rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Monday 9 June 2014

Malapetaka KKN - Gadis persembahan

Fanny adalah gadis yang paling cantik dari seluruh gadis yang ikut dalam rombongan KKN itu. Tubuhnya tinggi semampai dan padat berisi, tinggi badannya yang hampir 170 cm membuatnya tampak begitu jangkung diantara rekan-rekannya, masih ditambah bentuk tubuhnya yang begitu indah dan sekal, apalagi kalau dia sedang memakai busana ketat seperti yang biasa dipakainya, membuat bagian-bagian tubuhnya yang vital seperti dada dan pantat terlihat menonjol. Wajahnya bulat dan hidungnya mancung khas orang bule tapi berkulit kuning langsat seperti orang Asia. Hal itu bisa dimengerti karena Fanny berdarah campuran Indonesia dan Italia, sebuah perpaduan Euro Asia yang sangat menarik menghasilkan wajah yang sangat khas. Ditambah lagi rambutnya yang kecoklatan lurus sepunggung dibiarkannya tergerai. Yang paling menarik dari Fanny adalah matanya yang kehijauan. Mata itu begitu bercahaya seperti batu zamrut berkilau. Pagi itu pondokan tempat Fanny tinggal terlihat begitu sepi, seluruh rekannya sudah berangkat untuk melakukan aktifitas, hanya Fanny yang tinggal di pondokan. Fanny yang hari itu memang tidak ada kegiatan menyibukkan dirinya dengan membaca buku novel yang sengaja dibawanya dari rumah. Baru saja Fanny membaca beberapa halaman ketika didengarnya ketukan di pintu depan. Fanny yang pagi itu memakai blus putih dengan rambutnya yang berkilau lurus tergerai bebas terlihat lebih cantik dari biasanya. Dia tempak sedikit heran, siapa yang sepagi ini sudah bertandang ke pondokannya. Fanny segera menuju ke depan. Tanpa disangak-sangak, di ruangan depan sudah berkumpul tujuh orang pria setengah baya. Mereka adalah Pak Kades Wirya, Sarta Sekretaris desa, Pak Jamal tuan tanah yang paling kaya di seluruh desa, Pak Hasan jawara kampung, Pak Arman Mantri hutan dan dua orang lagi, yang satu sudah tua, kurus dengan wajah pucat seperti orang sakit dikenalnya sebagai Amar, salah satu sesepuh desa. Yang duduk di sebelah Amar badannya kurus dan jangkung dengan janggut kambing. Fanny tidak tahu nama aslinya, orang desa lebih dering menyebutnya Ki Wongso, orangnya sudah tua sekali, mungkin sudah lebih dari 70 tahun, terlihat dari rambut dan janggutnya yang sudah putih semua dan giginya yang hanya tinggal beberapa gelintir. Untuk sesaat Fanny merasa ngeri melihat ketujuh orang tua yang duduk di hadapannya itu. Tatapan mata mereka membuat Fanny merasa mereka bisa melihat menembus pakaiannya. Sorot mata mereka seperti sorot mata srigala lapar yang siap menerkam mangsanya. "Maaf Bapak-bapak.. ada perlu apa ya..?", tanya Fanny berusaha ramah, meskipun tubuhnya mulai gelisah. "Eh.. begini Neng.. kami ada perlu dengan Neng Fanny..", kata Pak Kades dangan nada canggung. "Dengan saya..?", Fanny heran. "Ada yang bisa saya bantu?" "Eh.. begini Neng Fanny..", Pak Kades Wirya berujar canggung, dia terlihat gelisah, terlihat dari gerakan-gerakan tangannya yang tidak teratur. "Sebelumnya saya minta maaf karena mengganggu Neng Fanny." "Ada apa ya Pak..?", Agak canggung Fanny menanyakan maksud kedatangan mereka. Mereka tidak langsung menjawab melainkan saling tatap satu sama lain. "Saya datang ke sini sebetulnya ingin membicarakan masalah desa ini pada Neng Fanny..", Kata Pak Kades. "Kalau saya bisa Bantu, saya akan Bantu.", Fanny menjawab cepat. "Oh.. ya.. dan memang hanya Neng Fanny saja yang bisa membantu masalah desa ini", kata Pak Kades dengan mata menatap liar ke arah Fanny, membuat Fanny merasa grogi dan takut. "Begini Neng, Neng Fanny tentu tahu kan, kalau desa ini memuja Dewi Kesuburan?", tanya Pak Kades. Fanny hanya mengangguk saja, dia sudah tahu riwayat pemujaan dewi kesuburan ini sejak pertama kali menginjakkan kaki di desa ini. "Dan apakah Neng Fanny juga tahu kalau setahun sekali Dewi Kesuburan akan turun ke desa ini dalam wujudnya sebagai seorang wanita?" "Ya.. saya tahu", kata Fanny sedikit jengkel. "Tapi apa hubungannya semua itu dengan saya?" "Yah.. Pak Kades menghela nafas sesaat. Perlu Neng Fanny tahu, berdasarkan perhitungan dan ramalan Dukun Desa, Dewi Kesuburan Desa ntuk tahun ini adalah.. Neng Fanny sendiri." "Apa? Fanny terkejut sesaat." Tapi itu tidak mungkin.. dia tidak tahu maksud ucapan Pak Kades. Dia bahkan yakin Pak Kades baru saja bergurau. "Betul Neng, Amar menyela Neng Fanny lahir tanggal 8 Mei kan..? Dan Neng punya tahi lalat di paha kiri kan? Persis seperti yang sudah diramalkan." "Dari mana Bapak tahu?", Fanny spontan bertanya. "Itu tidak penting, yang jelas sekarang Neng Fanny telah terpilih sebagai Dewi kesuburan.", tandasnya lagi. Fanny terdiam sesaat mencoba menerka maksud pembicaraan Pak Kades dan temannya, tapi dia sama sekali tidak menemukan apa-apa di kepalanya tentang dewi kesuburan ini. "Baik..", Fanny mengalah. "Katakan saya bersedia, lalu apa yang harus saya lakukan sebagai Dewi Kesuburan ini?" Ketujuh orang itu langsung berubah ekspresi dari yang semula sopan mendadak berubah menyeringai memuakkan dan tertawa-tawa aneh begitu mendengar ucapan Fanny barusan. "Tugas anda.. yah.. Dewi Kesuburan bertugas untuk membagikan kesuburannya pada para penduduk desa. Dewi Kesuburan adalah lambang dari lahan yang siap ditanami oleh petani. Neng Fanny sebagai lahannya dan kami petaninya." Seketika Fanny terperanjat mendengar tamsil yang diutarakan barusan. Kesuburan, lahan, petani, menanam benih, semuanya mendadak menjadi begitu jelas bagi Fanny. "Ma.. maksudnya saya akan dijadikan sebagi persembahan? Begitu?", Fanny tiba-tiba berteriak. Wajahnya seketika memerah karena marah dan malu. "Intinya, Neng Fanny harus merelakan kami menanamkan benih ke dalam tubuh Neng Fanny", kata Pak Kades, datar. Seketika itu pula emosi Fanny, didorong oleh rasa malu dan muak, langsung meledak. "Tidak.. aku tidak mau!", Fanny membentak marah sambil menuding. "Dasar tua bangka tidak tahu diri! Keluar kalian! Busuk kalian semua!" Anehnya dibentak-bentak dan dicaci maki seperti itu tidak membuat ketujuh orang tua itu marah. Reaksi mereka justru berkebalikan. Mereka malah tertawa, seolah baru saja melihat sebuah pertunjukan lawak yang sangat lucu. "Kalau Neng Fanny tidak mau ya tidak apa-apa", Pak Kades tersenyum sinis. "Tapi saya tidak menjamin keselamatan Neng Fanny dan rekan-rekan Neng Fanny kalau nantinya warga menjadi marah dan berbuat kekerasan pada Neng Fanny." Fanny terperanjat mendengar ucapan Pak Kades. Kata-kata itu seperti vonis mati baginya yang langsung merontokkan ketegarannya. Seketika Fanny langsung terduduk lemas seolah tubuhnya tidak bertulang lagi. "Jadi bagaimana Neng Fanny?", Tanya Pak Kades. "Semuanya terserah Neng Fanny lho..", ujar Pak Kades datar, nyaris tanpa ekspresi. Fanny terdiam mendengar ucapan itu, rasa marah, malu dan jijik bercampur menjadi satu. Fanny tidak bisa membayangkan wanita yang terhormat seperti dirinya dijebak dan disudutkan dalam nasib yang sangat mengerikan bagi wanita. Dirinya tidak rela dicemari oleh orang-orang seperti mereka, tapi pada saat yang sama Fanny tahu dirinya tidak berdaya sama sekali. Dia sendirian di tempat ini, tidak ada satupun yang bisa menolongnya sekarang karena seluruh penduduk berada dalam satu pihak dengan ketujuh pemuka desa. Fanny berpikir keras mencari jalan keluar, tapi tampaknya semua buntu. Dia bisa saja melarikan diri, tapi mau lari kemana? Dia juga tidak tahu apa-apa tentang lingkungan di sekeliling desa yang sangat terisolir itu. Dan akhirnya Fanny mengambil keputusan. "Baiklah Pak.. saya bersedia..", Fanny menjawab lirih. Tanpa sadar sebutir air mata mengalir membasahi pipinya yang putih mulus. Ketujuh pemuka desa itu bergumam puas penuh kemenangan seolah baru saja memenangkan hadiah yang sangat besar nilainya. "Kalau begitu Mulai hari ini sampai nanti bulan purnama penuh Neng Fanny akan tinggal di tempat yang sudah kami sediakan.", kata Pak Kades dengan nada suara yang ditekan, berusaha terdengar wajar untuk menyembunyikan kegembiraannya. Kemudian Fanny dibawa oleh ketujuh pemuka desa ke sebuah rumah adat di tepi hutan pinggiran desa,. Di rumah yang cukup mewah itu sudah disediakan berbagai fasilitas lengkap. Fanny diperlakukan bagai seorang ratu.sampai malam purnama penuh tiba. Dan pada malam yang sudah ditunggu-tunggu itu, Fanny dimandikan dengan air kembang yang sangat harum, tubuhnya dilulur sempurna sehingga kulitnya makin terlihat putih. Fanny juga didandani dengan bermacam perhiasan. Pergelangan tangannya dihiasi gelang emas sementara lehernya juga dilingkari kalung emas, pada dahinya terjuntai tiara emas yang dihiasi permata berwarna-warni. Akan tetapi pakaian yang dipakai Fanny sangat tidak masuk akal. Dia hanya memakai sehelai kain merah dan tipis yang diikat melingkari dadanya untuk menutupi payudaranya. Kain itu terlalu kecil dan terlalu tipis untuk bisa disebut penutup dada sehingga payudaranya yang putih terlihat menonjol sementara puting payudaranya terbayang dengan sangat jelas. Di pinggangnya terlilit kain yang dikencangkan dengan ikat pinggang emas, tapi meskipun kain itu menjuntai sampai mata kaki, kain itu terbuat Dari bahan yang sangat tipis dan tembus pandang sehingga memperlihatkan pinggul dan selangkangan Fanny yang hanya ditutupi oleh celana dalam model g-string berwarna merah. Dengan begitu pantatnya yang padat seperti tidak tertutup oleh apapun. Fanny kemudian dibawa menuju ke sebuah pendopo besar, sebuah ruangan yang hanya terdiri dari atap dan tiang-tiang besar penyangga tanpa dinding. Pendopo itu cukup besar, hampir mirip dengan aula. Tidak ada apa-apa di pendopo itu, kecuali sebuah ranjang besar berlapis kain ungu terang dengan keharuman yang luar biasa memabukkan asap berbau kemenyan wangi yang berasal dari anglo tanah yang dipasang di keempat penjuru ranjang. Ketujuh pemuka desa yang menjemput Fanny sekarang sudah berada di situ, mereka berdiri mengelilingi ranjang dengan masing masing memakai pakaian seperti jubah berwarna putih putih. Fanny terkesiap saat melihat ketujuh pemuka desa itu, tapi dia lebih kaget saat melihat ke arah luar pendopo, di situ sudah berkumpul hampir seluruh penduduk desa, dan kesemuanya adalah pria, semuanya bertelanjang dada, hanya memakai celana kolor panjang diikat oleh sabuk kulit besar. Fanny baru sadar kalau upacara Dewi Kesuburan hanya dihadiri oleh kaum pria. Sesaat Fanny merasakan tubuhnya menjadi kebas, membayangkan kejadian yang akan menimpanya. Fanny memejamkan mata dan menggeleng mencoba untuk mengusir ketakutannya, tapi dia tidak bisa. Kengerian luar biasa begitu kuat mencengkeramnya laksana tangan iblis yang menari-nari menghimpit seluruh tubuhnya. Belum lagi sadar dari cengkeraman kengerian, salah satu pemuka desa menuntun Fanny untuk maju menghadapi seluruh penduduk yang hadir. Wajah-wajah mereka menampakkan gairah yang ganjil ditimpa cahaya purnama. Penerangan obor dan lampu minyak di sekelilingnya membuat siluet mengerikan, seolah sepasukan hantu yang bergerak merayap mendekati dirinya. Sementara itu Ki Wongso yang Fanny kemudian tahu adalah dukun desa mulai beranjak berdiri di sampingnya. Wahai penduduk desa, Ki Wongso berteriak lantang, membuat penduduk desa serentak menatap ke arahnya. "Malam ini adalah malam purnama ke lima, dimana malam ini adalah saat Dewi Kesuburan turun ke bumi.", kata Ki Wongso masih dengan lantang. "Karena itulah malam ini, kupersembahkan gadis ini bagi Sang Dewi." Serentak penduduk desa berteriak lantang. "Terimalah persembahan kami!" Teriakan itu diucapkan berulang berkali-kali dan menggema di segala penjuru. Suaranya bersahutan dan terdengar mengerikan. Fanny seperti mendengar lagu kematian yang dinyanyikan untuknya. Sementara itu Ki Wongso terlihat berkomat-kamit sambil menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Suaranya seperti lebah berdengung.Sementara terlihat Amar yang dikenal sebagai tangan kanan sang dukun maju sambil membawa sebuah bokor tembaga. Di dalam bokor itu terdapat perlambang dari apa yang harus kami tanam tahun ini. kata Ki Wongso. Setiap perlambang juga melambangkan salah satu dari kami. Dan sekarang tugas Neng Fanny untuk menentukan perlambang apa yang keluar tahun ini. Fanny yang sudah dicekam kengerian hanya berdiri di tempatnya. Kengerian yang menyelimutinya membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa. Ki Wongso yang tidak sabar mendorong punggung Fanny dan memaksa tangan Fanny untuk mengambil benda di dalam bokor. Fanny dengan keterpaksaan yang luar biasa, mengambil benda yang terbuat dari kepinga tembaga dari dalam bokor. Fanny tidak tahu apa artinya benda itu, dia bahkan tidak berani melihatnya. Ki Wongso kemudian mengambil perlambang itu dari tangan Fanny. "Tujuh..", Ki Wongso mendesis sambil menyeringai. "Sebuah pertanda yang sangat baik.", katanya, disambut tawa seluruh pemuka desa. "Neng Fanny telah memilih tujuh, itu berarti ketujuh pemimpin desalah yang akan menanamkan benih di tubuh sang dewi." Fanny terkesiap pucat mendengar ucapan Ki Wongso. "Tidak Pak.. tidak mungkin..", Fanny mulai menangis, ucapan itu berarti dirinya harus merelakan dirinya disetubuhi oleh ketujuh pemuka desa itu secara sekaligus. "Jangan Pak.. saya tidak mau..", Fanny tersedak sambil terisak tubuhnya serasa mati dengan vonis yang baru saja diterimanya, dia merasa diperlakukan lebih rendah dari pelacur yang paling hina. Dan entah mendapat keberanian dari mana, tiba-tiba Fanny berontak dan berusaha lari. "Tangkap dia!", perintah Ki Wongso. Amar yang paling dekat dengan Fanny, dengan kesigapan seperti seekor harimau, merendahkan badannya sambil kakinya terjulur mengait pergelangan kaki Fanny. Fanny langsung terjungkal dan tertelungkup di lantai tanah. Serentak tiga orang langsung menagkapnya dan menelikung tangannya kec belakang. "Lepaskan!", Fanny berteriak-teriak sambil meronta-ronta mencoba membebaskan diri, tapi dia hanya seorang wanita, menghadapi tiga orang pria yang menangkapnya jelas dirinya tidak mampu berbuat banyak. "Percuma Neng lari. Kami pasti dengan mudah bisa menangkap Neng Fanny lagi.", kata Ki Wongso kalem dengan wajah menyeringai di hadapan Fanny. Fanny dengan wajah basah oleh air mata hanya menggeleng ketakutan.Ki Wongso kemudian menjulurkan tangannya dan menekan bagian belakang lehernya dengan satu pijatan kuat. Seperti ada satu aliran listrik mengalir dari tangan Ki Wongso menyengat lehernya. Sesaat kemudian Fanny merasa tubuhnya seperti lemas tanpa daya. Karena itulah dia tidak berontak lagi saat dirinya ditarik dan dibawa ke atas ranjang. Di atas ranjang Fanny merasakan tubuhnya seolah begitu ringan seperti melayang. apakah itu pengaruh pijatan Ki Wongso di lehernya ataukah karena bau kemenyan yang begitu kental, Fanny tidak tahu, yang jelas Fanny sekarang seperti tidak punya daya apa-apa. Seolah dirinya sudah siap diperlakukan apa saja oleh siapa saja. "Upacara segera dimulai..", kata Ki Wongso ada para penduduk. Serentak semua yang hadir di situ berdiri mendekat dan membentuk lingkaran besar yang berpusat pada ranjang tempat Fanny terbaring, sehingga apapun yang dilakukan di atas ranjang itu, semua penduduk akan bisa menyaksikannya dengan jelas. Mereka lantas melihat Ki Wongso berdiri di samping ranjang. Direbahkannya tubuh Fanny dengan posisi terlentang di atas ranjang lalu diaturnya posisi tangan dan kaki Fanny sehingga membuka ke samping seperti burung yang merentangkan sayapnya. Lalu perlahan dilepaskannya kain tipis yang melilit di pinggang Fanny sehingga hanya tersisa penutup dada dan celana dalem merah yang melekat di tubuh Fanny. Kemudian tangan Ki Wongso mulai menari-nari di atas tubuh Fanny yang mulus itu, dan dengan satu kali sentakan, kain yang menutupi payudara Fanny langsung terlepas, membuat payudara Fanny yang liat, putih dan mulus langsung mencuat telanjang, diiringai suara tertahan para penduduk yang menyaksikannya. Kemudian tangan Ki Wongso mulai menari di bagian pinggul Fanny. Perlahan ditariknya pinggiran celana dalam Fanny, lalu celana dalam itu ditariknya sampai lepas dari selangkangan Fanny dan akhirnya terlepas dari tubuhnya. Fanny sekarang terbaring dalam keadaaan telanjang bulat di atas ranjang, menjadi bahan tontonan penduduk dan pemuka desa. Kemudian Ki Wongso menyuruh empat orang memegangi kaki dan tangan Fanny dan merentangkannya ke samping sehingga tubuh bugil Fanny membentuk huruf X. Melihat tubuh mulus dan telanjang itu terentang tanpa daya, Ki Wongso mulai melepaskan jubah putihnya, hingga hanya tersisa celana kolor saja. Dia lalu menaiki ranjang dan berlutut di depan Fanny. "Ck-ck-ck... benar-benar tubuh yang sempurna, putih mulus tanpa cacat", ujar Ki Wongso, kemudian Ki Wongso mulai mendekatkan tubuhnya pada tubuh Fanny. Semakin pria itu mendekat semakin kencang pula jantung Fanny berdebar, wajahnya memerah menahan malu sambil menggigit bibir bawah. "Ohh.. ini payudara terindah yang pernah Bapak lihat, Bapak pegang dikit ya.", pinta Ki Wongso sambil menaruh tangannya di payudaranya. "Ahh...", Fanny mendesis merasakan perasaan aneh karena belaian pada payudaranya, jari-jari pria itu juga memencet putingnya sehingga seperti bulu kuduknya berdiri semua. "Eengghh..!", desisnya lebih keras ketika tangan Ki Wongso mulai meremas payudaranya. Ditekan-tekannya sepasang payudara mulus itu sambil sesekali membetot payudara itu dengan lembut. Hal itu membuat Fanny mendesah kecil, tubuhnya mendadak menegang, seperti ada sengatan listrik dari tangan Ki Wongso setiap kali tangan itu menyentuh payudaranya. Ki Wongso kemudian mulai menjilati puting payudara Fanny dengan lidahnya. Ujung lidahnya kadang menyentil-nyentil ujung puting payudara itu, sesekali Ki Wongso mengulum dan mengenyot payudara Fanny, sehingga orang tua itu terlihat seperti bayi yang sedang disusui oleh ibunya. Fanny merasakan sentuhan tangan itu seperti membangkitkan monster birahi yang tidur di dalam tubuhnya. Seketika Fanny merasa tubuhnya seperti meremang, dia bergerak dengan gelisah dam neggelinjang tak terkendali. Sesekali kakinya menggeliat kecil seperti menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam tubuhnya. "Ahhhh... Ohhhhh...", Fanny mulai mengeluarkan desahan-desahan tertahan, dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terhanyut dalam dorongan birahinya, tapi pada saat yang bersamaan, dorongan itu begitu kuat membetot setiap simpul syarafnya membuatnya terlena. Ki Wongso tahu Fanny sudah mulai terangsang karena itu dia makin gencar melakukan serangan di setiap jengkal kemulusan tubuh Fanny. Kemudian lidah Ki Wongso menyusuri perut Fanny yang rata, terus ke bawah dan ketika sampai di daerah selangkangan Fanny Ki Wongso lalu merangkul pinggang ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain. Fanny merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada kulit pahanya membuat gejolak birahinya makin naik. "Ssshhh...", sebuah desisan keluar dari mulutnya ketika jari Ki Wongso menyentuh bagian vaginanya. "Aahhh... aahhh... jangan!", Fanny mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Ki Wongso menelusuri gundukan bukit kemaluannya. Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Ki Wongso untuk menjilatinya. Tubuh Fanny seperti kesetrum ketika lidah Ki Wongso yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. Fanny semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak karuan akibat jilatan Ki Wongso sehingga Ki Wongso harus memegangi tubuhnya. "Ahhhh... ahhh... oohh!", desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Ki Wongso memainkan klitorisnya. Sementara semua mata yang menyaksikan permainan tersebut menahan nafas dan gejolak birahi mereka menyaksikan betapa tubuh yang begitu putih, mulus dan sexy milik Fanny dalam keadaan telanjang bulat sedang digeluti oleh seorang tua renta seperti Ki Wongso. Beberapa diantara mereka yang tidak tahan bahkan mulai melakukan masturbasi dengan mengocok penisnya sendiri. Fanny sendiri semula merasa malu tubuhnya yang bugil dijadikan tontonan begitu banyak orang, sekali-kalinya dia pernah telanjang dihadapan pria adalah saat bersama pacarnya, tapi pengaruh yang ditanamkan oleh Ki wongso terlanjur mencengkeram tubuhnya sangat kuat, membuat otaknya menjadi buntu, Fanny sekarang hanya bertindak berdasarkan naluri seksualnya semata. Tidak tahan dengan serangan-serangan Ki Wongso pada daerah sensitifnya, tubuh Fanny mendadak meregang kuat, membuat empat orang yang memegangi tangan dan kakinya harus menarik kedua belah tangan dan kaki Fanny lebih kuat. Desakan dari dalam tubuhnya ditambah tarikan pada kaki dan tangannya membuat tubuh Fanny menghentak kuat di ranjang, tubuh Fanny kemudian melengkung ke atas seperti busur yang ditarik membuat payudaranya yang membukit itu makin tegak menantang. "Ohhhkkhhhhhhhhhhhhh... Aaaaaahhhhhh...", fanny mengejang dan mengerang keras dengan tangan dan kaki menggelepar. Dari vaginanya mengucur cairan bening, Rangsangan Ki Wongso rupanya berhasil membuat tubuh Fanny orgasme dengan begitu kuat. Tubuh Fanny menegang sesaat sebelum kembali melemas. Fanny terkapar dambil terengah-engah. Orgasme yang dialaminya begitu kuat membuat sekujur tubuhnya bermandi keringat. Ki Wongso yang sudah bangkit pula birahinya melepaskan celana kolrnya sampai bugil. Dipermainkannya penisnya di hadapan Fanny. Dia menyuruh keempat orang yang memegangi tangan dan kaki Fany untuk melepaskannya. Keempat orang itu mundur selangkah. Ki Wongso perlahan mulai menempatkan tubuhnya di atas tubuh mulus Fanny.Tangan Ki Wongso bergerak menggenggam jari-jari lentik Fanny sehingga jari-jari mereka saling menyatu dan saling mencengkeram. "Nah,sekarang kita mulai ya Neng..", kata Ki Wongso sambil bendaratkan sebuah ciuman di bibir Fanny dan melumat bibir lembut itu berulang-ulang. Fanny hanya menggeleng lemah sambil menangis, tapi Ki Wongso yang sudah terangsang berat tidak mempedulikan penolakan Fanny. Perlahan ditindihnya tubuh bugil Fanny yang putih mulus itu. Lalu pelan-pelan Ki Wongso menekan penisnya ke liang vagina Fanny. "Sshhh... sakit, aahhh!!", Fanny mengerang lirih ketika penis Ki Wongso yang besar itu menerobos vaginanya. Fanny meringis dan merintih menahan rasa sakit pada vaginanya, meskipun sudah tidak perawan lagi karena sudah beberapa kali melakukan hubungan seks dengan pacarnya, tapi kemaluannya masih sempit. Ki Wongso harus berusaha keras untuk bisa memasukkan penisnya sambil melenguh-lenguh, vagina Fanny melawan dengan liat membuat Ki Wongso makin bernafsu mendorongkan penisnya. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vaginanya, saat itu airmata Fanny meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya. "Huhh... masuk juga akhirnya, tempiknya Neng seret banget...", katanya dekat telinga Fanny. Fanny hanya menangis ketika merasakan penis Ki Wongso dirasakan memenuhi vaginanya. Sesaat kemudian, Ki Wongso sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Fanny yang sebelumnya sudah mengalami orgasme benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali Ki Wongso penis Ki Wongso menghujam vaginanya. Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Fanny . "Ohhh... aahhh... oohhh... aahhh..", Fanny mendesah-desah penuh kenikmatan setiap kali penis Ki Wongso menghentak vaginanya, gerakan Ki Wongso sendiri tidak teratur dalam menggenjot vagina Fanny, kadang pelan dan lembut, kadang begitu kasar dan cepat, tapi gerakan-gerakan liar dan tidak teratur itu justru membuat Fanny merasa makin cepat merasakan orgasmenya mendekat. Ki Wongso meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu menggesek dan menekan klitoris Fanny ke dalam setiap kali menghujam vaginanya. Kedua payudaranya yang membusung tegak itu ikut berguncang hebat seirama guncangan badannya. Ki Wongso meraih kedua payudara Fanny dan meremasnya dengan gemas. Sementara Fanny sekarang sudah sepenuhnya dikuasai oleh dorongan seksualnya, setiap genjotan penis Ki Wongso pada vaginanya membuatnya tersentak dan mengeluarkan desahan penuh kenikmatan, dia merasakan kenikmatan yang berbeda dari yang pernah didapatkan dari pacarnya, tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan pinggulnya seolah merespon gerakan Ki Wongso. Hebatnya meskipun sudah sangat tua, tapi kemampuan Ki Wongso dalam melakukan persetubuhan ternyata sangat hebat, mungkin sebelumnya Ki Wongso sudah meminum jamu khusus sehingga membuat tahan lama, selama lebih dari limabelas menit Ki Wongso menggenjot tubuh Fanny, tapi belum ada tanda-tanda kalau dia akan selesai. Fanny yang sudah sedemikian terangsang hanya bisa melenguh dan mendesah-desah merasakan sensasinya yang setiap saat siap meledak. Dan beberapa saat kemudian tubuh Fanny kembali mengejang, tangannya yang menggengam tangan Ki Wongso menekan jari-jari keriput itu dengan kuat. "Ohhhh... Aahhh..!!!', Fanny mengerang keras, wajahnya merah padam, tubuhnya mengejang dan bergetar dengan kuat seolah akan melemparkan Ki Wongso dari atas tubuhnya. Sekali lagi Fanny mengalami orgasme. Ki Wongso berusaha menahan agar tidak buru-buru ejakulasi, dia menghentikan gerakannya dan membiarkan Fanny bergerak liar. Seluruh tubuh Ki Wongso juga menegang, bedanya, Ki Wongso sedang berusaha menahan ejakulasinya agar spermanya tidak buru-buru dimuntahkan. Ki Wongso pelan-pelan merasakan tubuh Fanny kembali melemas, kemudian dia mendekap tubuh mulus itu dankembali melanjutkan genjotannya di vagina Fanny. Kali ini gerakannya lebih cepat dari sebelumnya bahkan cenderung kasar. Fanny merasakan tubuhnya sampai terbanting-banting menahan hentakan demi hentakan pada bagian bawah tubuhnya. Erangan-erangan Fanny semakin keras, badan dan kepala semakin bergoyang-goyang tidak beraturan menahan nikmat di dalam vaginanya. Kadang kala Fanny dan Ki Wongso terlibat dalam ciuman-ciuman lembut, beberapa kali bibir Fanny yang lembut itu dikulum oleh bibir Ki Wongso seolah dilekatkan oleh lem yang sangat kuat, Mata Fanny sudah sayu dan merem melek menerima kenikmatan yang rasanya tidak ada akhirnya. Badannya bergoyang erotis mengikuti setiap genjotan penis Ki Wongso pada vaginanya. Terlihat sekali Fanny sedang menikmati permainan tersebut, Fanny menjadi tidak peduli dengan sekelilingnya. Fanny sudah tidak mempedulikan lagi persetubuhannya dijadikan tontonan begitu banyak orang. Fanny sudah tidak mempedulikan lagi sorak-sorak para penduduk yang ikut menikmati adegan persetubuhannya dengan Ki Wongso. Fanny sudah sepenuhnya dikuasai oleh nafsu birahinya yang kian lama kian memuncak. Fanny menggelinjang liar dan erotis, tubuhnya dibiarkan mengikuti apa mau laki-laki tua yang sedang menyetubuhinya. Desahan dan erangannya makin liar dan meracau. Namun sekali ini laki-laki tua yang sudah sangat pengalaman itu tidak membiarkan Fanny untuk orgasme. "Ammmpunn..egggghhh...", erang Fanny keras mengharap orgasmenya segera datang, namun harapannya tinggal harapan, karena Ki Wongso masih ingin mempermainkan Fanny dalam waktu yang lama. Tubuh Fanny sampai mengejang-ngejang setiap kali gagal mengalami orgasme. Baru setelah lebih dari satu jam, Ki Wongso melepaskan Fanny. Seketika orgasmenya meledak dengan begitu kuat membuat tubuh Fanny melengkung mengangkat tubuh Ki Wongso yang menindihnya, kakinya menyepak-nyepak ke segala arah. Erangan yang begitu keras meluncur dari bibirnya. "AAAHHH... OOOHHHH...!!!!", Fanny menumpahkan segenap tenaganya untuk meledakkan orgasmenya yang seolah menghancurkan tubuhnya dari dalam. Vaginanya sedemikian kuat mencengkeram penis Ki Wongso membuatnya seperti dibetot oleh tangan yang begitu kuat. Ki Wongso akhirnya tidak tahan lagi. Dengan satu dorongan keras, dilesakkannya penisnya dalam-dalam ke vagina Fanny. "Ahhkk...", Ki Wongso mengejang tertahan, seketika spermanya menyembur membanjiri rahim Fanny. Setelah itu keduanya kembali lemas dan saling bertumpuk. Fanny membiarkan saja tubuh Ki Wongso menindih tubuhnya. Ki Wongso untuk terakhir kalinya meresapi kenikmatan tubuh Fanny dengan memeluk tubuh lembut itu, merasakan kehangatannya saat tubuh putih mulus itu menyatu dengan tubuhnya sambil sesekali mencium bibir Fanny. Setalah Ki Wongso selesai melepaskan hasrat seksualnya, sekarang giliran Pak Kades Wirya yang akan menyetubuhi Fanny. Pak Kades yang telah telanjang bulat itu lalu menarik pinggang Fanny dan membalikkan tubuhnya, kemudian ditariknya pinggang Fanny sehingga posisi pinggang Fanny lebih tinggi dari kepalanya yang menyentuh ranjang sehingga payudara Fanny menekan ranjang dan Fanny dalam posisi menungging, kemudian Pak kades mulai melesakkan penisnya ke dalam vagina Fanny dan mulai menggenjotnya dengan kuat. Pak Kades sudah terangsang saat menyaksikan adegan persetubuhan Fanny dengan Ki Wongso merasa tidak perlu lagi pemanasan, gerakan penis Pak Kades pada vagina Fanny makin lama makin kasar sehingga Fanny menjerit-jerit dan melolong histeris, batang kemaluan Pak Kades yang berukuran besar itu mengaduk-aduk liang kemaluan Fanny yang semakin lama semakin lemas. Tidak puas dengan gaya anjing, pak Kades membimbing Fanny untuk melakukan gaya lain, dia duduk di atas ranjang sementara Fanny di atas pangkuannya dengan paha mengangkang dan posisi berhadapan. Dengan posisi duduk, buah dada Fanny tampak sangat menggairahkan, apalagi dengan tubuhnya yang ramping, tampak buah dadanya tergantung indah, padat dan berisi. Sambil menyetubuhi Fanny Pak Kades juga meremas-remas kedua belah payudara Fanny dengan bernafsu, kadang ia mendempetkan kedua buah dada itu lekat-lekat sehingga belahan payudara Fanny terbentuk indah di hadapannya. Semantara Fanny hanya dapat merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak. Sambil terus memompa Fanny, ia tertawa-tawa disaksikan teman-temannya yang tidak sabar menanti giliran, sesekali Pak Kades juga mengulum bibir Fanny dengan gemas seolah ingin menggigit bibir mungil itu kuat-kuat. Fanny benar-benar tidak berdaya, dia hanya mengikuti naluri seksualnya tanpa mempedulikan apapun lagi, karena itu ketika Pak Kades berhenti memompa Fanny, secara refleks Fanny melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar tetap dikocok oleh kemaluan pak Kades yang terasa sesak di vaginanya. "Ehh.. Neng Fanny seneng ngentot juga rupanya", Pak Kades tertawa mengejek di tengah lenguhannya. Pak kades tertawa sambil memeluk tubuh Fanny, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulus Fanny sementara buah dada Fanny yang kenyal terjepit di dadanya yang berbulu. Rupanya Fanny mendengar perkataan itu, wajah Fanny tampak memerah karena malu dan marah, lalu tubuhnya diam tak bereaksi, Tapi Pak Kades tidak tinggal diam, dia terus-menerus merangsang Fanny agar tetap berada dalam kendalinya. Pak Kades mencengkeram kuat-kuat kedua buah dada Fanny. Lalu dengan gerakan memutar, diremasnya payudara mulus itu dengan keras sehingga Fanny merintih-rintih antara sakit dan nikmat, sesekali pak Kades kembali menghentikan pompaannya, dan secara refleks kembali Fanny ganti menggoyangkan pantatnya maju mundur, selama beberapa saat hingga Fanny sadar dan dapat mengendalikan tubuhnya. Hal itu terjadi berkali-kali, bahkan saat pemuda itu mendorong tubuh Fanny hingga batang kemaluannya keluar dari liang kemaluan Fanny. Secara refleks diluar kemauan Fanny sendiri tubuh Fanny kembali merapat sehingga batang kemaluan itu kembali terbenam ke dalam liang vaginanya sambil kaki Fanny melipat erat seolah-olah takut lepas. Pak Kades semakin lama tampak semakin ganas memperkosa Fanny, hingga selang beberapa saat tampak tubuh Fanny berkelonjotan dan menegang, kedua kakinya mengacung lurus dengan otot paha dan betisnya mengejang, jari-jari kakinya menutup, dan nafas Fanny tak teratur sambil terus merintih keras dan panjang. Pak Kades semakin mempercepat gerakannya hingga akhirnya membuat Fanny merintih panjang. "Ooohhkkh... ", seluruh tubuh Fanny menegang dan menggelinjang selama beberapa detik dan aku sadar bahwa Fanny sedang mengalami orgasme dahsyat dan kenikmatan luar biasa. Setelah berkelonjotan sesaat, tubuh Fanny tumbang dengan lemas di pelukan Pak Kades yang masih terus memompa Fanny yang telah lemas sambil tertawa senang. "Gimana rasanya Neng? Ngomong dong..", kata Pak Kades sambil terus menydok-nyodokkan penisnya di vagina Fanny. "Nikmaaatt eegg... .nikmaatt... ... ennaaakkk.", jawab Fanny sambil membiarkan kedua puting payudaranya dijilat dan digigit kecil oleh Pak Kades. "Neng Fanny nggak apa-apa kan kalau Bapak menghamili Neng Fanny..?", sebuah pertanyaan aneh meluncur dari mulut pak Kades. Dalam keadaan normal Fanny tantu akan marah mendengarnya, tapi dalam keadaan seperti sekarang ini, otaknya sudah tidak mampu berpikir dengan jernih. Fanny mengangguk-anggukkan kepalanya begitu saja. "Mau Paak..! Silakan bikin Fanny hamil.. Fanny mau dihamili sama Bapakk.. eeeggghhhhh... .aagghhhhh...", jawab Fanny. Pak kades tersenyum puas mendengar hal itu, dia membayangkan bagaimana mendapat anak dari seorang wanita cantik dan terpelajar seperti Fanny, hal itu membuatnya makin bersemangat menyetubuhi Fanny. Sampai setengah jam kemudian, setelah Fanny mengalami orgasme untuk kelima kalinya, Pak Kades melenguh dan menyemburkan spermanya ke dalam rahim Fanny. Giliran ketiga adalah Pak Jamal. Tuan tanah yang gemuk itu sudah sedari tadi bertelanjang bulat sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Begitu sampai gilirannya, dia menarik Fanny yang terbaring memaksa Fanny untuk meneggakkan badan. Kemudian dia menyodorkan penisnya ke wajah Fanny. "Ayo Neng, sekarang Neng harus ngocokin punya Bapak.", katanya sambil menyorongkan penisnya. "Neng doyan ngocok kan..?" Fanny hanya diam saja, tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih dari orgasme, karena itu dia hanya menurut saja perintah Pak Jamal, segera dilingkarkannya jeri-jari tangannya yang lentik ke penis Pak Jamal, penis itu terasa penuh dalam genggaman Fanny. Kemudian dengan gerakan lembut, fanny mulai mengocok penis itu naik turun, semula gerakannya pelan, tapi lama lama makin cepat. Pak Jamal merasakan sensasi yang berbeda pada kocokan tangan Fanny yang lembut dibandingkan dengan tangannya sendiri. "Ohh.. emhh... yeahh... ohhh.. teruss neng.. Kocokannya Neng memang mantap.. ahhh..", Pak Jamal mulai mengerang-erang menikmati permainan jari lentik Fanny pada penisnya. "Kocokan gadis cantik memang beda..", kata Pak Jamal sambil membelai-belai rambut Fanny. Perlahan tangannya menyusur turun menyentuh payudara Fanny dan mulai meremasinya penuh nafsu. Sentuhan dan remasan tangan Pak Jamal pada payudaranya membuat Fanny kembali terangsang gairahnya, dia makin bersemangat mengocok-ngocok penis besar dan hitam itu. "Sekarang masukin ke mulutnya Neng Fanny..", perintah Pak Jamal. Fanny yang sudah mulai terbangkitkan gairahnya tidak malu-malu lagi. Diapun mulai memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Pak Jamal mendesah merasakan kehangatan mulut Fanny, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat padanya. "Eeenngghh... aahh... aahh!", terdengar desahan Pak Jamal saat penisnya sedang dikenyot-kenyot oleh Fanny. Sesekali Fanny mengeluarkan penis itu dari mulutnya untuk dikocoknya pelan, kemudian dikulumnya lagi. Penis itu semakin mengeras dan berkedut-kedut di dalam mulut Fanny. Penis yang besar mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil, maka sesekali Pak Jamal menekan kepalanya agar bisa masuk lebih dalam lagi. "Lagi Neng, kurang masuk... aahhh", demikian katanya sambil mulai mendorong-dorongkan pantatnya sehingga penisnya makin menekan mulut Fanny. "Aggh..aggh...", suara Fanny terdengar tersedak oleh penis Pak Jamal. Tangan Fanny berusaha menahan pinggul Pak Jamal agar Pak Jamal tidak bisa memompa penisnya ke dalam mulut Fanny. Melihat itu, Pak Hasan yang rupanya sudah tidak tahan lagi dengan sigap bangkit dari tempatnya dan berlutut di belakang punggung Fanny. "Sini Pak.. saya bantuin biar Neng cantik ini cepat menurut..", ujar Pak Hasan kepada Pak Jamal, yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Pak Jamal. Pak Hasan yang ada di belakang Fanny mulai menuyusupkan tangannnya ke bawah ketiak Fanny, tangan itu kemudian meraba-raba payudara Fanny dengan lembut, kemudian payudra Fanny mulai diremas-remas dan diputar-putar oleh Pak Hasan, sesakali Pak Hasan juga mencubiti kedua puting susunya dan menarik-narik puting payudara Fanny dengan jari-jari kasarnya. Diperlakukan seperti itu, dimana Pak Jamal memompa paksa penisnya yang besar ke dalam mulut Fanny dan jari-jari Pak Hasan dengan lihainya mempermainkan kedua belah payudaranya, terlihat reaksi Fanny mulai berubah, dari yang tadinya tegang dan meronta-ronta, sekarang mulai rileks dan merima perlakuan Pak Jamal dan Pak Hasan terhadap tubuhnya yang mulus itu. Fanny mulai membuka mulutnya menyesuaikan dengan lingkar penis Pak Jamal yang sangat besar itu. Rupanya diperlakukan kasar oleh Pak Jamal dan Pak Hasan memberikan rangsangan tersendiri buat Fanny. Yang dirasakan oleh Fanny sekarang hanyalah rangsangan hebat pada sekujur tubuhnya, rasa nikmat pada vaginanya dan rasa ingin bersetubuh lagi. Tubuh Fanny mulai mengikuti gerakan Pak Jamal dan Pak Hasan, dan kepalanya tidak lagi harus dipaksa dan dipegangi oleh Pak Jamal. Sekarang malah Fanny dengan sukarela mengulum penis Pak Jamal yang besar dan menggerakkan kepalanya maju mundur melahap penis Pak Jamal.Beberapa menit kemudian Pak Jamal menghentikan pompaan penisnya pada mulut Fanny, Pak Hasan yang ada di belakang Fanny menarik tubuh Fanny dan membaringkannya terlentang di ranjang, Pak Jamal kemudian membuka kaki Fanny lebar-lebar, sehingga posisi Fanny telentang di atas karpet dengan kaki mengangkang lebar. Semua yang hadir terkagum-kagum melihat Fanny yang sangat cantik siap untuk disetubuhi. Pak Jamal kemudian langsung menindih tubuh Fanny sambil mengarahkan penisnya yang besar itu ke vagina Fanny. "Aagghh...", erang Fanny ketika penis besar Pak Jamal mulai memasuki vaginanya. Pak Jamal dengan kasar langsung memasukkan penisnya sampai mentok ke dalam vagina Fanny yang sudah basah itu. Karena besarnya diameter penis Pak Jamal, vagina Fanny terlihat tertarik dan penuh dan menjadi berbentuk bulat melingkar ketat di penis Pak Jamal. Pak Jamal mulai memompa penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Fanny. Fanny yang belum pernah vaginanya dipompa oleh penis sebesar penis Pak Jamal hanya bisa mengerang-erang dengan mata tertutup dan mulut sedikit terbuka. "Aaahhhh... ooohhhh... aaahhh... oohhhh...", Fanny mendesah-desah setiap kali Pak Jamal menggenjot vaginanya sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-remas kain seprei. Pak Jamal semakin cepat memompa vagina Fanny dengan penisnya. Fanny tanpa sadar mengakkat kedua kakinya dan melingkarkannya di pinggang Pak Jamal memberikan kesempatan kepada Pak Jamal untuk terus memompa vaginanya dengan lebih cepat lagi. "Aaahh...... oohhh...", Fanny mulai meracau dengan mata tertutup dan tangannya semakin keras meremas-remas kain seprei. Semua mata yang menonton setiap adegan persetubuhan antara Fanny dan Pak Jamal melotot dan terangsang hebat melihat bagaimana seorang pria setengah baya dengan perut buncit sedang menyetubuhi seorang wanita muda yang sangat cantik. Setelah 10 menit disetubuhi Pak Jamal, tiba-tiba badan Fanny mengejang, kedua kakinya dirapatkan menjepit pinggang Pak Jamal, tangannya memeluk erat leher Pak Jamal dan badannya terangkat cukup tinggi. "AAAAGGHHH...", erang Fanny mencapai orgasme yang sangat tinggi. Kemudian badan Fanny melemah, pelukan tangannya lepas dari leher Pak Jamal, kakinya yang tadinya memeluk pinggang Pak Jamal jatuh ke karpet, vagina Fanny yang tersumpal rapat oleh penis Pak Jamal terlihat mengeluarkan cairan sampai membasahi kain seprei. Tetapi Pak Jamal belum mau cepat-cepat menyelesaikan kesenangannya. Masih dengan tubuhnya menyatu dengan tubuh mulus Fanny, Pak Jamal mendekap tubuh mulus itu dan berguling sehingga posisinya sekarang bertukar, tubuh putih Fanny sekarang berada di atas tubuh Pak Jamal dengan posisi agak melengukng karena perut Fanny tertekan oleh perut Pak Jamal yang buncit. Dengan posisi seperti itu, Pak Jamal memegang pinggang Fanny dengan kedua tangannya, lalu memaksa Fanny untuk bergerak sehingga penisnya yang masih membenam di dalam vagina Fanny kembali terkocok. Semula Fanny hanya mengikuti tarikan dan dorongan tangan Pak Jamal, tapi lama-lama, Fanny yang sudah terangsang hebat mulai menggerakkan tubuhnya sendiri sehingga saat Pak Jamal menghentikan gerakannya, secara refleks Fanny melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar vaginanya tetap dikocok oleh kemaluan Pak Jamal. "Hehehehe...Neng memang gadis pintar..", Pak Jamal tertawa sambil memeluk tubuh Fanny, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulus Fanny. Fanny tidak mempedulikan ejekan Pak Jamal. Dia terus menggerkakan pantatnya naik turun memompa penis Pak Jamal pada vaginanya. Mendadak Pak Hasan maju mendekat. Dipegangnya pantat Fanny sambil sesekali diremasnya bongkahan pantat yang mulus itu. Nggak keberatan kan Pak Jamal kalau saya ikutan? tanya Pak Hasan sambil sibuk meremasi pantat sekal Fanny. "Ohh.. tentu tidak Pak Hasan..", kata Pak Jamal di tengah usahanya menggagahi Fanny. Fanny terkejut ketika tangan kasar Pak Hasan membuka celah pantatnya. Sesaat kesadarannya pulih. "Jangan paakk.. ampuun.. jangan di situ..", Fanny menggeliat mencoba berontak, tapi tangan Pak Jamal segera mendekapnya dengan erat membuatnya tidak bisa bergerak dalam pelukan Pak Jamal. "Nah... sekarang Bapak mau nyobain lubang pantatnya gadis kota..", sahut Pak Hasan sambil terkekeh-kekeh. "Jangan Paak...", tangis Fanny mulai pecah lagi, dia tersedu-sedu merasakan tangan Pak Hasan pada pantatnya. Pak Jamal tidak membiarkan Fanny berontak, dekapannya makin erat membuat Fanny terhimpit oleh dua pria sekaligus. Pak Jamal merentangkan kedua paha Fanny sampai terbuka lebar-lebar, "Jangan... jangan...", tangis Fanny semakin keras. Seakan-akan tidak mendengarkan tangisan Fanny, kemudian Pak Hasan memegang kedua bongkahan pantat Fanny dan menguakkannya ke hadapan Pak Hasan. Tarikan Pak Hasan pada pantat Fanny itu mengakibatkan lubang pantat Fanny menjadi terlihat dan sedikit terbuka seakan-akan siap menerima penis Pak Hasan yang besar. "AAAHHHKKHHH...". Tiba-tiba terdengar jeritan Fanny. Rupanya Pak Hasan mulai memasukkan penisnya yang besar ke dalam lubang pantat Fanny. "Jangaaan... ampuun... saaaakiiittt..", teriak Fanny ketika secara perlahan tapi pasti penis Pak Hasan masuk ke dalam lubang pantatnya. "Uhhh... masih seret dan sempit nih..", kata Pak Hasan ketika seluruh penisnya sudah masuk ke dalam lubang pantat Fanny. Pak Hasan kemudian mengangkat pantat Fanny sedikit sehingga sekarang posisi Fanny makin menungging, di lubang pantatnya terbenam seluruh penis Pak Hasan yang besar. Untuk sesaat tidak ada pergerakan baik dari Pak Hasan, Fanny maupun Pak Jamal, mereka seakan-akan sedang berpose dalam posisi seperti itu. Rupanya Pak Hasan sedang memberikan waktu supaya Fanny terbiasa dengan keadaan dimana penis Pak Hasan yang besar didalam lubang pantat Fanny dan penis Pak Jamal berada di vaginanya. "Aaagg... aaggghhh...", jerit pelan Fanny ketika Pak Hasan mulai menarik penisnya secara perlahan dari lubang pantat Fanny sampai tinggal kepala penis Pak Hasan yang masih terbenam dalam lubang pantat Fanny. "AAAAGGGHHHHHHH...", jerit Fanny dengan keras ketika secara tiba-tiba dan kasar Pak Hasan memasukkan kembali seluruh penisnya ke dalam lubang pantat Fanny. Sementara Pak Jamal juga mulai menggerakkan pantatnya sehingga penisnya kembali menyodok vagina Fanny. Kemudian Pak Hasan dan Pak Jamal mulai secara kompak memompa penisnya masing keluar masuk vagina dan lubang pantat Fanny. Pompaan mereka semakin lama semakin cepat, membuat tubuh Fanny tergoncang-goncang. Kepala Fanny bergoyang tidak beraturan karena nikmat yang dirasakannya. Kedua payudara Fanny dijilati oleh Pak Jamal dari bawah. Kedua tangan Pak Jamal memainkan puting Fanny seperti orang mencari sinyal radio. Selama hampir lima belas menit Kedua laki-laki gemuk itu menghimpit tubuh Fanny, tubuh putih mulus itu seperti daging dalam jepitan roti hamburger. Semua mata menyaksikan tanpa berkedip bagaimana tubuh putih mulus Fanny terhentak-hentak di tengah jepitan Pak Jamal dan Pak Hasan. Perlahan Pak Hasan menyusupkan tangannya di ketiak Fanny, lalu dengan sebuah sentakan, dia dan Fanny bangun dan duduk dengan punggung Fanny melekat di dadanya sementara tangan kekarnya mengunci kedua lengan Fanny, posisi ini membuat jepitan vagina Fanny pada penis Pak Jamal terlepas. Kemudian dengan gerakan pelan, Pak Hasan merebahkan dirinya terlentang, masih dengan punggung Fanny menempel di dadanya, sehingga keduanya saling bertindihan dengan posisi tubuh Fanny terlentang di atas tubuh Pak Hasan, perut gendut Pak Hasan menekan punggung Fanny sehingga dada Fanny melengkung ke depan, membuat payudaranya mencuat menggemaskan sementara penis Pak Hasan mesih membenam di anus Fanny. Dengan posisi demikian, Pak Jamal jadi lebih leluasa, dia kemudian memegangi pergelangan kaki Fanny, lalu kedua belah kaki Fanny diangkatnya tinggi tinggi ke udara dan dibentangkannya ke samping, sehingga membentuk huruf V. Posisi itu membuat liang vaginanya membuka. Tanpa menunggu lebih lama, Pak Jamal kembali melesakkan penisnya ke dalam liang vagian Fanny. Dan kembali tubuh mulus Fanny digenjot oleh kedua laki-laki gendut itu dari dua arah. Genjotan demi genjotan penis kedua laki-laki itu pada anus dan vagiinanya benar-benar memaksa Fanny untuk kembali mengalami orgasme, tubuhnya mengejang-ngejang kuat, kedua tangan dan kakinya kembali meronta-ronta liar. Tapi kedua laki-laki itu tidak ingin Fanny terlalu cepat mencapai klimaksnya, sedapat mungkin mereka menahan agar Fanny tidak buru-buru mencapai orgasme. Selama hampir satu jam mereka menyetubuhi Fanny, tubuh mulus itu benar-benar sudah kepayahan, berulangkali orgasmenya tertahan membuat wajah Fanny memerah seolah akan meledak. Fanny berusaha sekuat tenaga untuk bisa kembali orgasme tapi selalu bisa dicegah. "Ohhgghhh... amm.. puunn. Paakk... oohh.. amm.. puuunnn.. sudaaah... oohh.. nggak tahaaaannn... ahhh.. mau sampai... ahh.. mau sampai...", Fanny merintih-rintih putus asa di tengah usahanya untuk bisa orgasme. Pak Jamal dan Pak Hasan tertawa-tawa mendengar rintihan Fanny yang tidak ubahnya seperti pelacur saja. "Mau konak ya Neng.. tunggu bentar lagi.. Bapak belum puas..", kata Pak Jamal di telinga Fanny, keduanya terus-menerus menggenjot Fanny yang sudah lemas. Tubuh fanny sekarang tidak ubahnya sebuah boneka kain yang terhentak-hentak dalam himpitan dua laki-laki tua yang sedang menyetubuhinya. Mata Fanny sudah sayu dan merem melek menerima kenikmatan yang rasanya tidak ada akhirnya. Badannya bergoyang erotis mengikuti sodokan penis kedua laki-laki tua itu pada vagina dan pantatnya. Terlihat sekali Fanny sedang menikmati permainan tersebut, Fanny menjadi tidak peduli dengan sekelilingnya. Fanny sudah tidak mempedulikan lagi suara-suara desahan tertahan dari penonton yang ikut terangsang menyaksikan adegan persetubuhannya dengan dua laki-laki sekaligus. Fanny berada di dunianya sendiri, tubuhnya sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksual. Fanny menggelinjang liar dan erotis, tubuhnya dibiarkan mengikuti apa maunya kedua laki-laki tua itu. Banyak dari penonton yang beronani sampai menyemburkan spermanya di tempat karena tidak tahan menyaksikan tubuh yang begitu putih, mulus dan sexy itu dihimpit dua tubuh laki-laki tua berbadan gemuk dan hitam. Setelah lebih dari satu jam dikerjai sedemikian rupa, akhirnya ketiganya tidak tahan lagi. Fanny lah yang pertama kali mencapai puncak orgasmenya. Tubuhnya mengejang luar biasa keras sambil kakinya menyentak-nyentak ke samping seperti kuda liar, tubuhnya melengkung seperti mendorong tubuh Pak Jamal yang berada di atasnya. "Aaaahhhhhkkhhhh... Oohhhhhhhh...!!!", Fanny mengerang keras sambil tubuhnya menegang keras bagaikan patung batu, tangannya mengepal kuat-kuat, kepalanya sampai terdongak menengadah. Dari vaginanya kembali mengucur deras cairan kewanitaannya. Pada saat yang bersamaan Pak jamal dan pak Hasan juga mengejang. Keduanya menekan keras penis mereka kuat-kuat ke dalam vagina dan lubang pantat Fanny. "Ohhhhkk... Ahhh...", Diiringi desa penuh kenikmatan, Pak Jamal dan Pak Hasan menyemburkan sperma mereka ke dalam vagina dan anus Fanny, ketiganya mencapai puncak orgasme mereka secara hampir bersamaan. Tubuh fanny tergolek lemas di atas ranjang, setelah disetubuhi oleh tiga orang, tenaganya benar-benar habis. Fanny merasa seluruh tulang di tubuhnya seperti rontok dari sendinya, badannya terasa sakit skali, seolah baru saja dilindas oleh rombongan gajah. Pada saat itu, Ki Wongso, yang sekarang memakai kembali celana kolornya, mendekati Fanny yang terkapar leas sambil membawa sebuah piala perak berisi cairan hijau kental. Ki Wongso menegakkan tubuh Fanny dan menyodorkan piala itu ke bibir Fanny. Fanny dipaksa menelan cairan hijau aneh tersebut. Tenggorokan Fanny seperti terbakar oleh rasa pahit yang begitu pekat. Dia ingin memuntahkan kembali cairan itu, tapi Ki Wongso memaksanya menelan cairan itu. Dan entah apa isi piala itu, tapi pengaruhnya sangat besar pada diri Fanny. Tubuh Fanny seolah dialiri sebuah tenaga tambahan yang begitu menggelora, seperti ada yang baru saja menyalakan mesin pendorong dalam tubuhnya, tubuh Fanny langsung segar dan bersemangat. Matanya yang tadi begitu sayu sekarang kembali bersinar. Fanny juga merasakan detak jantungnya bertambah cepat dan tubuhnya kembali menghangat seperti ada api yang menyala di dalam tubuhnya. Perlahan nafasnya mulai tersengal-sengal dan wajahnya mulai memerah. Fanny merasakan vaginanya kembali berdenyut-denyut, desakan seksualnya secara mendadak meledak lagi, dibangkitkan oleh cairan yang baru saja diminumnya. Seketika Fanny mulai mendesah-desah dan berkeringat, gerakannya mendadak menjadi gelisah, Fanny perlahan mulai meremasi payudaranya sendiri dengan gerakan lembut. "Ohh... ohh... ahh...", Fanny mengerang-erang lirih sambil terus meremasi payudaranya sendiri, kemudian dia juga mengelus-elus vaginanya, jari-jari tangannya dimasukan ke liang vaginanya sendiri dan mengaduk-aduk liang vagina itu sambil seskali mendesah dan mengerang. Melihat hal itu, Amar yang sudah terangsang berat naik ke atas ranjang. "Ohh.. daripada Neng main sendirian, Neng main sama kita-kita yuk..", kata Amar sambil melepaskan celana kolornya. Seketika penisnya yang sudah sejak tadi tegang langsung menjulur keluar. Fanny yang terangsang berat tanpa ragu-ragu memegang penis itu dan mengocoknya dengan lembut. Sesekali penis Amar yang juga besar itu dijilatinya seperti sedang menjilati es krim, kemudian Fanny membuka mulutnya dan mengulum penis Amar yang berurat itu. Fanny menggoyangkan kepalanya maju mundur membuat penis Amar terkocok di dalam mulutnya. "Ohh.. yeahh... ahhh.. teruss Neng.. ahhh... oohh..", Amar mengerang merasakan kenikmatan kuluman dan kenyotan bibir Fanny pada penisnya. Serentak, Pak Sarta Sekretaris Desa dan Pak Arman si mantri hutan ikut naik ke atas ranjang, masing-masing membuka celananya dan menyorongkan penisnya ke wajah Fanny tiga batang penis besar dan legam menjulur di wajah Fanny seperti senapan yang siap ditembakkan. Fanny yang sangat trangsang akibat pengaruh cairan hijau yang diminumnya segera meraih penis-penis itu. Penis Amar ada di dalam mulutnya, penis Pak Sarta dalam genggaman dan kocokan tangan kanan sedangkan penis Pak Arman dikocoknya dengan tangan kiri. Fanny sekarang benar-benar sibuk melayani ketiga batang penis dengan mulut dan tangannya, secara bergantian dikulumnya penis-penis itu dengan mulut mungilnya sambil tangannya tetap mengocok ketiga penis itu bersamaan. Pak Sarta, Amar dan Pak Arman melenguh-lenguh penuh kenikmatan mendapatkan pelayanan tangan dan bibir Fanny. Kemudian Pak Arman yang penisnya paling besar diantara mereka bertiga mundur, dia menempatkan diri di belakang Fanny. Dia menyuruh Fanny untuk menunggingkan pantatnya sementara tangan dan mulutnya tetap sibuk mengocok dan mengulum penis Amar dan Pak Sarta. Posisi Fanny sekarang seperti merangkak dengan bertumpu pada lutut dan sebelah tangannya sedangkan tangan satunya lagi sibuk mengocok penis Pak Sarta dan bibirnya sibuk mengulum dan mengenyot penis Amar. Sambil mengocok dan mengngulum penis Pak Sarta dan Amar, Fanny merasa ada sesuatu yang basah di bawah sana, ternyata Pak arman sedang menjilati bongkahan pantatnya yang putih dan montok. Tubuh Fanny menggelinjang, apalagi waktu jari-jari tanagn Pak Arman bermain dengan vaginanya, setiap sentuhan jari pak Arman pada vagina Fanny membuatnya semakin terangsang. Tiba-tiba Fanny menghentikan kuluman dan kocokannya pada penis Amar dan Pak Sarta sambil mengerang tertahan, dia lepaskan sejenak penis Pak Sarta dari mulutnya. Wajahnya meringis karena di belakang sana Pak Arman mendorongkan penisnya yang besar dan legam ke vaginanya. "Aaahh... oooohhh... oohh!!", rintihnya dengan menengok ke belakang melihat penis itu pelan-pelan memasuki vaginanya. Fanny merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis itu, benda itu bahkan menyentuh dinding rahimnya. Setalah diam beberapa saat, Pak Arman mulai menggenjot penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Fanny. Fanny yang belum pernah vaginanya digenjot oleh penis sebesar penis Pak Arman hanya bisa mengerang-erang dengan mata tertutup dan mulut sedikit terbuka. "Aaahhhh... Oohhhhhhh.... Ahhhh...", Fanny mendesah-desah penuh nikmat sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-remas kain seprei. Pak Arman semakin cepat memompa vagina Fanny dengan penisnya. Sementra Pak Sarta dan Amar kmbali menyodorkan penisnya untuk dikocok dan dikenyot lagi oleh fanny. Dari belakang Pak Arman menggenjot vaginanya, sedangkan dari depan, sepasang penis besar mendesak-desak di dalam mulutnya secara bergantian. Setelah sepuluh menit pak Arman menggenjot vagina Fanny, dia memberikan isyarat untuk berganti posisi. Sekarang giliran Pak Sarta yang menyodok-nyodok vagina Fanny dengan penisnya. Pak Arman memompa vagina Fanny dengan kasar dan dalam tempo yang cepat. "Aaaaghh... egghhhh...", teriak Fanny mendapat perlakuan kasar dari Pak Sarta, tapi Amar dan Pak arman segera menyumbat mulut Fanny dengan penis mereka, membuat desahan dan rintihan Fanny hanya berupa gumaman-gumaman tidak jelas. Mendengar Fanny merintih-rintih seperti itu justru membuat Pak Sarta malah semakin bersemangat dan semakin keras menggenjot vagina Fanny dengan penisnya dari belakang. Tangan Pak sarta memegang pinggang Fanny dan mulai menarik maju mundur badan Fanny, sehingga pompaan penisnya dalam vagina Fanny semakin keras dan cepat. Badan Fanny maju mundur mengikuti pompaan keras penis Pak Arman. Setiap kali Pak Arman memasukkan penisnya sampai mentok ke vagina Fanny, terdengar teriakan Fanny yang teredam oleh sumpalan penis Pak Arman dan Amar. MHGHH... ..MMHHHH... .OGHHH... suara erangan Fanny teredam oleh penis yang memenuhi mulutnya. Semakin cepat Pak Sarta memompa penisnya semakin cepat dan keras erangan Fanny. Sepuluh menit kemudian mereka kembali bertukar posisi, kali ini Amar yang kebagian jatah menggenjot vagina Fanny. Amar menggenjot tubuh Fanny dengan tidak kalah brutalnya membuat tubuh mulus itu terhentak-hentak ke depan. Dan begitu seterusnya setiap sepuluh menit sekali meeka berganti posisi. Karena terus menerus berganti-ganti posisi, maka mereka bertiga bisa bertahan sangat lama, entah berapa kali Fanny mengelepar-gelepar merasakan orgasmenya yang meledak berulang-ulang, tapi ketiga laki-laki tua itu seolah tidak akan berhenti menggenjot tubuhnya dari depan maupun belakang. Fanny merasa seperti sedang diperkosa oleh satu kompi tentara yang tidak pernah berhenti menggilir tubuhnya. Tiga jam lebih Pak Arman, Pak sarta dan Amar menyetubuhi Fanny, membuat tubuh Fanny tidak kuasa lagi bergerak, dia hanya mengikuti irama setiap genjotan pada tubuhnya tanpa daya, sementara orgasmenya entah sudah berapa kali terjadi. Perkosaan itu baru berakhir setelah keiga pria itu merasa benar-benar puas, mereka lalu menyemprotkan spermanya di dalam rahim Fanny secara bergantian. Tidak terasa hampir enam jam lamanya Fanny disetubuhi secara non stop oleh tujuh orang sekaligus. Tubuhnya serasa sudah mati, hanya rintihan lirih yang keluar dari bibir Fanny sementara dia hanya bisa terbaring di ranjang dengan lemas. Fann pun tidak mampu berbuat apa-apa ketika Ki Wongso mengumumkan, bagi siapapun yang tidak bisa menahan nafsunya dibolehkan untuk menyemprotkan spermanya ke tubuh Fanny ang terbaring telanjang. Maka berbondong-bondong, ratusan warga desa yag memang sejak tadi tidak kuat menahan eakulasinya secara bergantian mengocok-ngocok penis mereka di atas tubuh Fanny, lalu mereka menyemprotkan spermanya ke sekujur tubuh Fanny, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelah selesai acara persembahan itu, tubuh Fany sudah benar-benar tidak berdaya, sekujur tubuhnya yang putih mulus dan telanjang itu penuh berlumuran sperma, seolah Fanny baru saja mandi sperma. Upacara baru benar-benar selesai mejelang matahari terbit. Fanny hanya bisa menangis setelah kesadaranya kebali pulih. Penderitaan yang dialaminya semalam telah menghancurkan dirinya luar dalam, dia merasa benar-benar hina, lebih hina dari pelacur yang pling rendah, apalagi ketika teringta berapa banyak sperma yang disemprotkan ke dalam rahimnya, Fanny merinding dengan kemungkinan dirinya akan hamil mengingat malam itu adalah masa suburnya. Kalau dirinya hamil, dia tidak akan bisa tahu siapa yang menghamilinya diantara ketujuh pemuka desa itu. Tamat

Cerita Seks Aku Menjadi Budak Seks Penjaga Sekolah

Cerita seks bugil kini aku mau menceritakan sebuah pengalaman pribadiku dengan kalian semunya pecinta cerita seks. Kali ini saya mau menceritakan pada waktu dulu yang pernah aku alami dengan seorang yang begitu dekat dengan aku walaupun dia hanya seorang penjaga sekolah yang yang sangat di idaman oleh para siswi di sekolahku. Untung saja aku yang paling dekat dengan dia bahkan sampai aku menjadi seorang yang paling disukai sama mang ucup panggil saja begitu. Ini merupupakan hal yang tidak pernah aku bisa melupakan walaupun sampai aku sekarang sudah ber suami dengan lelaki lain. Bagi pencinta seks bugil mari aku mau awali ceritaku kali ini dengan keindahan dan sebuah pengabdian penuh pada sexku. Sudah seminggu aku melayani Mang Ucup, setiap hari sehabis pulang sekolah malam harinya dan jika sabtu minggu, Setiap malam menjadikan malam yang panas bagi aku dan Mang Ucup. Mang Ucup dan aku janjian untuk bertemu di tempat yang biasa menjadi tempat pergumulanku dengan Mang Ucup yaitu gudang sekolah. Semenjak aku sering melayani Mang Ucup di gudang sekolah, Mang Ucup jadi lebih rajin membersihkan gudang sehingga gudang sekolah menjadi bersih dan Mang Ucup mendapat pujian dari kepala sekolah karena gudang sekolah jadi lebih bersih, peribahasa “sambil menyelam minum air” mungkin tepat untuk Mang Ucup karena selain menjalankan tugasnya, dia juga bisa menikmati tubuhku setiap malam. Sebelum kulanjutkan kisah seks ini jangan lupa ya selalu berkunjung diSeksBugil.Com karena hanya kamilah situs yang selalu update tentang cerita panas terlengkap. Meskipun Mang Ucup sudah berumur 60 tahun, kulitnya hitam, rambutnya beruban, giginya banyak yang ompong, tapi aku sayang kepadanya karena penisnya bisa membuatku ketagihan, bahkan karena terlalu ketagihan aku tetap bersetubuh dengan Mang Ucup meskipun aku sedang ulangan. Untungnya ulanganku bisa kukerjakan dengan baik sehingga aku yakin raporku bagus yang akan kuterima 1 minggu lagi, dan tentu saja selama 1 minggu aku melayani Mang Ucup setiap malam. Benar dugaanku, raporku bagus dan aku naik kelas, aku sangat senang melihat nilaiku yang bagus. Malam harinya, setelah aku selesai melayani Mang Ucup. “sayang, selamat ya, kamu naik kelas”. “iya dong, siapa dulu, Rasti gitu loh, oh ya, untuk ngerayain, Mang Ucup mau gak nginep di rumah aku selama 1 minggu?”. “mau banget, tapi di rumah kamu emangnya gak ada orang?”. “gak ada, makanya aku minta abang nemenin aku, mau gak?”. “pasti abang mau dong,,,”. “oh ya Mang, bawa temen ya, biar tambah rame”. “ok sayangku,,”. Lalu dia mengantarku pulang, dan seperti biasa aku berciuman dengan Mang Ucup sebelum dia pergi, kemudian aku masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah, Mbok Parti sedang mengepak bajunya ke dalam kopernya. “mbok, mau pulang ke kampung mbok ya?”. “iya, kayak biasa,,,”. “oh iya ya, besok kan udah mulai liburan sekolah ya”. “ya non, kan jarang-jarang Mbok punya waktu kumpul ama keluarga”. “terus kapan mbok mau berangkat?”. “subuh non, supaya nyampe sana gak terlalu siang”. “yaudah mbok, besok mbok berangkatnya gak usah bangunin aku soalnya aku capek”. “ok non,,”, lalu aku pergi ke kamarku dan langsung tidur. Paginya aku bangun pada pukul 9 pagi, lalu aku mandi membersihkan tubuhku yang tadi malam habis dinikmati oleh Mang Ucup. Setelah mandi, aku membuat sarapan dan aku makan tanpa sehelai benangpun yang membalut tubuhku. Sambil menunggu Mang Ucup dan temannya datang, aku menonton vcd porno dan tentu saja 2 dildo yang bisa bergerak ke segala arah sudah tertanam di vagina dan anusku. Tidak terlalu lama, kudengar bunyi motor Mang Ucup yang sudah kukenal, untungnya sistem keamanan rumahku sudah kumatikan sehingga alarm tidak menyala ketika Mang Ucup dan temannya mendekati pintu gerbang rumahku. Lalu kubuka pintu gerbang otomatisku dengan remote dari ruang tamu dan tak lama kemudian terdengar bunyi ketokan di pintu rumahku. Seperti biasanya, ide gilaku muncul, aku ingin menemui mereka tanpa memakai apapun dan dengan dildo yang masih tertanam di vagina dan anusku, aku berjalan ke pintu dahulu lalu baru kumasukkan 2 dildo tadi di vagina dan anusku kemudian aku membuka pintu rumahku. Betapa kagetnya mereka ketika melihatku telanjang dengan dildo yang menancap di kedua lubangku, tapi Mang Ucup hanya kaget sebentar, dia langsung melumat bibirku dan membelit lidahku, setelah puas mencumbuku dia berdiri di sampingku dan memaju mundurkan 2 dildo yang tertanam di vagina dan anusku, sementara teman Mang Ucup hanya bengong melihat cewek cantik yang telanjang sedang dimainkan oleh temannya yang sudah tua itu. “yad, ayo ikutan sini bengong aja lo,,,”. Dengan ragu-ragu si teman Mang Ucup mendekatiku. “gak apa-apa neng kalau abang ikutan?”. “nnngggg,,,,ak a,,,pa-a,,,,pa”. “tuh kan gak apa-apa, udah nih pegang mainannya”. Lalu Mang Ucup ke belakang dan memainkan dildo yang tertanam di anusku dengan tangan kanannya dan tangan kirinya meraba dada kiriku dari belakang, sementara teman Mang Ucup mulai menggerakkan dildo yang ada di dalam vaginaku. Aku hanya bisa mendesah dan meliuk-liukkan badanku karena sangat nikmat, 8 menit kemudian aku orgasme tapi cairanku tertahan oleh dildo sehingga vaginaku terasa hangat oleh cairanku dan setiap kali dildo menyeruak masuk ke dalam vaginaku, cairanku meleleh keluar dari sela-sela vaginaku mengalir ke pahaku. Lalu Mang Ucup menyuruh temannya untuk berhenti dan tiduran, kemudian aku disuruh untuk menduduki wajah teman Mang Ucup. Di saat vaginaku tepat berada diatas wajah teman Mang Ucup, Mang Ucup mencabut dildo yang ada di vaginaku sehingga cairanku langsung tumpah ke mulut teman Mang Ucup yang sudah terbuka lebar. Cairanku yang tadi tertahan di dalam vaginaku kini sudah habis diminum teman Mang Ucup hingga tak bersisa. “gimana Yad, manis kan cairan vagina si neng satu ini?”. “ini mah bukan manis doang tapi juga legit banget. Neng, boleh gak minta lagi?”. “pasti boleh dong,,,silahkan minum sesuka hati abang”. Lalu aku menekan vaginaku ke wajah teman Mang Ucup yang langsung menjilati dengan antusias, dia menjilati bibir vaginaku dari bawah ke atas yang membuatku geli sekaligus nikmat, dan ketika lidahnya mengenai klitorisku, tubuhku bergetar karena rasa nikmat dan geli bertambah. “gile, klitoris neng manisnya minta ampun”. “uda,,,”, belum selesai kata-kataku, mulutku sudah dilumat oleh Mang Ucup yang memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku. 10 menit kemudian aku orgasme dan cairanku langsung mengalir deras ke mulut teman Mang Ucup yang terbuka lebar. Teman Mang Ucup sepertinya sangat ketagihan dengan cairanku karena dia sampai memegangi pinggulku seolah tidak mau berhenti meminum cairanku. “udah dong bang, masa dijilatin terus, pegel nih”. “tau lo Yad, kan kasihan si Rasti kecape’an”. “sory deh neng, abisnya vagina neng manis banget sih abang jadi lupa diri deh”. “gak apa-apa kok bang, waktu pertama kali, Mang Ucup juga ketagihan, oh ya ngomong-ngomong aku belum tau nama abang”. Lalu aku dan teman Mang Ucup berdiri dan saling memperkenalkan diri. “kenalin, nama saya Yadi,,”. “aku Rasti, aku boleh gak manggil abang Mang Yadi?”. “pasti boleh dong buat neng cantik, ngomong-ngomong neng Rasti kok mau sih vaginanya abang jilatin, padahal kan belum kenal?”. “yang penting abang suka kan?”. “suka banget neng, soalnya abang gak pernah ngerasain vagina cewek muda ‘n cantik kayak neng”. Mang Yadi berumur 61 tahun, wajahnya lebih kelihatan tua dari Mang Ucup, kulitnya hitam, kepalanya botak, dan tubuhnya kurus. “Mang Yadi, Mang Ucup, langsung yuk ke kamarku, udah gak tahan nih pengen ditusuk”. “yuk,,,”. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku, sesampainya kami di kamarku aku langsung tiduran di kasur dan membuka kakiku lebar untuk membuat Mang Yadi dan Mang Ucup semakin tergoda. Tentu saja karena disuguhi pemandangan seperti itu, mereka langsung mendekati tubuh putih mulusku yang terbaring pasrah menanti mereka di ranjang. Mereka berdua tiduran di sampingku, lalu Mang Ucup mengenyot dada kananku dan Mang Yadi melahap dada kiriku sedangkan tangan mereka meraba-raba secara halus daerah selangkanganku, dan mereka bergantian memasukkan jari-jari mereka ke dalam vaginaku untuk mengorek-ngorek vaginaku. 7 menit kemudian, cairanku mengalir deras keluar dari vaginaku, lalu secara bersamaan mereka memasukkan 2 jari mereka ke dalam vaginaku dan mengorek-ngorek cairanku yang ada di dalam vaginaku dan sekitar vaginaku. Setelah 2 jari mereka berlumur cairan vaginaku, kemudian mereka memasukkan 2 jari mereka yang berlumur cairanku ke dalam mulutku sehingga aku bisa merasakan rasa cairan vaginaku yang ternyata manis, kujilati cairanku sendiri sampai tak bersisa di jari mereka. “ternyata cairanku bener-bener manis ya”. “emangnya neng baru nyobain cairan neng sendiri ya?”. “udah pernah sih, tapi dulu gak semanis kayak gini, kayaknya gara-gara obat pencegah kehamilanku deh”. “yaudah neng, kami buka baju dulu ya”. Lalu mereka membuka baju dan celana mereka, kemudian aku melihat benda yang berdiri tegak di tengah-tengah selangkangan mereka. Aku sudah biasa melihat penis Mang Ucup, jadinya aku lebih fokus pada penis Mang Yadi yang ukurannya lebih besar dari penis Mang Ucup. Aku takjub melihat penis Mang Yadi karena panjangnya 21 cm, sedangkan diameternya 10 cm. “mang Yadi, padahal udah kakek-kakek kok penisnya bisa mantap kayak gitu?”. “abang sering ke Mak Erot, hasilnya ya begini”. “oohh, pantes aja penis abang super kayak gitu”. “udah,, udah, ngobrolnya, mendingan kita mulai. Yad, lo gue kasih memeknya duluan deh, biar gue pantatnya aja”. Lalu Mang Yadi tidur terlentang, sementara aku sudah mengambil posisi di atas badan Mang Yadi, kemudian dengan perlahan aku memasukkan penis Mang Yadi yang besar itu ke dalam vaginaku yang sudah lapar akan penis. Aku tak menyangka kalau penis Mang Yadi dari ujung kepalanya sampai pangkalnya bisa masuk ke dalam vaginaku meskipun sekarang vaginaku benar-benar terasa penuh. Lalu aku mulai menggoyangkan tubuhku untuk menghilangkan rasa sakit yang ditimbulkan penis Mang Yadi, dan akhirnya rasa sakit itu mulai hilang. Kemudian, dari belakang Mang Ucup mendorong tubuhku ke depan sehingga posisiku tidur di atas badan Mang Yadi dan dadaku tepat di wajah Mang Yadi, dan tentu saja Mang Yadi langsung melahap payudaraku yang putih mulus dan montok. Lalu kurasakan benda tumpul yang menyeruak masuk ke dalam anusku, ternyata Mang Ucup sudah menanamkan penisnya ke dalam anusku. Mereka menungguku agar terbiasa dulu, setelah aku sudah mulai merasa nikmat, mereka mulai memompa penis mereka di dalam 2 lubangku. Aku sangat merasa nikmat karena diobok-obok 2 penis yang ukurannya besar ditambah lagi ketika penis Mang Ucup sedang masuk, penis Mang Yadi, dan sebaliknya, sementara payudaraku dilumat habis oleh Mang Yadi. 9 menit kemudian tubuhku mengejang yang menandakan aku orgasme, tapi cairanku tertahan oleh penis besar Mang Yadi yang mengisi vaginaku sehingga setiap kali Mang Yadi menggenjot vaginaku terdengar bunyi “cplok,,,cplok”, sementara Mang Ucup sedang asik menikmati jepitan anusku yang sangat sempit. Sampai 1 jam lamanya mereka terus memompa penis mereka tanpa henti, akhirnya keduanya menyemburkan sperma ke dalam vagina dan anusku hampir secara bersamaan. Setelah mereka selesai menyemburkan sperma mereka, Mang Ucup ambruk menindih tubuhku sehingga tubuhku yang masih muda dan putih mulus dibuat sandwich oleh 2 kakek yang hitam dan sudah keriput. “wah neng Rasti, vagina neng peret banget, enak eui”. “siapa dulu, Rasti gitu loh”. “tapi neng, gak papa abang buang di dalem?”. “gak apa-apa kok, tenang aja Mang Yadi, pokoknya sperma Mang Yadi ama Mang Ucup aku terima di mana aja abang mau”. “gimana Yad, pacar gue mantep kan?”. “tadinye gue kirain pacar lo nenek-nenek, taunya cewek bohai banget kayak gini”. “nah Mang Ucup, Mang Yadi, kalian nginep disini kan?”. “iya dong sayang, abang ama Yadi bakal nemenin kamu sampai hari minggu”. “nah, karena kalian bakal nemenin aku, sebagai imbalannya, aku akan menjadi mainan sex kalian”. “berarti neng bakal ngelayanin kita kapan aja?”. “kapanpun dan dimanapun Mang Yadi ‘n Mang Ucup mau,,,”. “asik,,, kalo gini caranya abang mau deh tinggal disini terus-terusan”. Kemudian kami tertawa bersama-sama dengan penis Mang Yadi masih menancap di dalam vaginaku, dan penis Mang Ucup masih tertanam di dalam anusku. “Mang Ucup ama Mang Yadi kan baru dateng, mendingan aku buatin makanan ya,,,”. “boleh juga tuh sayang,, jadi laper, yuk”. Lalu Mang Ucup mencabut penisnya dan turun dari ranjang kemudian aku juga turun dari ranjang dan langsung pergi menuju ke dapur untuk memasakkan makanan bagi dua kekasih tuaku. Setelah aku sudah selesai memasak, aku hidangkan makanan di meja makan lalu kami bertiga duduk di kursi. “wuih, sayang, makanannya enak-enak nih”. “iya dong, makanannya harus enak, kan buat 2 orang yang paling aku sayang”. “neng Rasti emang mantap deh, udah baik, cantik, bohai, hebat di ranjang, bisa masak juga lagi, coba neng Rasti jadi istri abang, pasti abang seneng tiap hari”. “ya udah bang, selama 1 minggu ini kalian anggep aku istri ya, ok?”. “ok, sayang”. Lalu kami bertiga makan semua makanan yang sudah kumasak, setelah makan Mang Yadi bertanya-tanya kepadaku dan Mang Ucup tentang bagaimana caranya sampai Mang Ucup bisa menikmati tubuhku setiap malam. “gile lo Cup, enak banget lo ye, tiap malem ada yang bikin lo anget”. “hehehe, lagian waktu itu gue ajak gak mau”. “tadinya gue pikir, pacar lo itu paling-paling penjaga kantin,, eh gak taunya cewek cantik ‘n sexy banget”. “oh ya sayang, tau gak kenapa aku ngajak Mang Yadi?”. “karena penisnya gede?”. “ada lagi selain itu,,”. “apaan dong sayang?”. “soalnya dia punya obat rahasia dan hanya dia yang punya”. “wah, obat apa, ada hubungannya ama sex kan?”. “yah, gimana sih sayang, udah pasti ada kaitannya dong, nih lihat ya”. Lalu Mang Ucup dan Mang Yadi bangun dari kursi mereka kemudian masing-masing meminum obat, setelah meminum obat penis mereka langsung berdiri tegak. “wow, Mang Yadi, itu obat apa?”. “ini obat bikinan abang”. “iya sayang, keluarga Mang Yadi punya resep rahasia”. “ooh gitu, terus fungsi obat ini apa?”. “obat ini bikin kontol gak bisa tidur, terus ngaceng, udah gitu bikin peju gak bisa abis”. “keren banget, oh ya, fungsi obat ini sampe kapan?”. “sampai besok siang,,,”. “wow, aku bisa pingsan kalau kayak gini,,,”. “tenang aja non, Mang Yadi juga punya obat kuat buat cewek”. “fungsinya apa?”. “bikin tenaga kamu gak abis-abis, ‘n bikin badan kamu seger terus jadinya kamu bisa ngelayanin kita sampe besok siang”. “ok, karena aku udah sah jadi istri angkat kalian, aku akan melayani kalian sampai kalian puas, sini obatnya”. Lalu aku minum obat dari Mang Yadi, setelah meminum obat itu tubuhku panas, vaginaku terasa gatal, tapi badanku terasa sangat segar. “yuk, tubuhku udah siap melayani kalian berdua”. Kemudian kami bertiga menuju ke kamarku, dan mereka langsung menggarap tubuhku seperti binatang buas, tapi kini Mang Ucup yang mengaduk-aduk vaginaku sementara Mang Yadi mengobok-obok anusku. Benar-benar manjur obat dari Mang Yadi, soalnya sudah beberapa kali orgasme tapi badanku tetap segar seperti tidak terjadi apa-apa, sedangkan Mang Yadi dan Mang Ucup lebih cepat mencapai orgasme dan menyemburkan lahar putih mereka ke dalam vagina dan anusku, tapi penis mereka tetap berdiri, tentu saja, mereka mengaduk-aduk vagina dan anusku lagi tanpa henti. Kami hanya berhenti beberapa kali untuk makan dan itu pun hanya sebentar, setelah itu tubuhku kembali digarap Mang Yadi dan Mang Ucup tanpa ampun. Ternyata obat Mang Yadi benar-benar dahsyat karena sudah jam 12 siang, badanku masih terasa segar meskipun badanku penuh sperma Mang Yadi dan Mang Ucup, sedangkan entah sudah berapa kali Mang Yadi dan Mang Ucup menyemburkan lahar putih mereka baik ke dalam lubang anus, vagina, dan anusku maupun ke tubuhku, mulai dari rambut, wajah, tangan, payudara, perut, paha, betis, sampai ujung kakiku sudah dilumuri sperma sehingga kini seolah-olah aku memakai baju dari sperma. Setelah semburan sperma Mang Yadi dan Mang Ucup yang ke 53 kali menerpa tubuhku, efek obat itu habis dan badan kami langsung lemas, lalu kami tertidur pulas dengan Mang Yadi dan Mang Ucup mengapit tubuhku tapi penis mereka sudah mengecil dan keluar dari vagina dan anusku. Sepertinya, dalam waktu seminggu aku akan berada dalam surga dunia di rumahku, karena udah penis Mang Yadi dan Mang Ucup, sekarang malah ditambah obat yang bikin penis mereka gak bisa tidur. Betapa senangnya diriku, seminggu ke depan ada 2 orang yang akan menyetubuhiku terus menerus.

MILA, SISWI BUDAK SEKS

Milla ABG yang masih duduk di bangku SMP , tapi sudah sering berganti ganti cowok . Karena ke cantikan dan ke sexy-an nya telah menarik birahi wali kelasnya . Wali kelasnya berhasil memancingnya ke kantornya , dan memperkosanya di sana , tidak hanya itu wali kelasnya juga berencana menjadikan Milla budak sexnya. “ Milla , lihat hasil ulangan kamu , tidak lebih dari angka 4 “ kata pak Solihin . Milla menundukan kepalanya . “ Apa kamu pikir bisa , naik kelas dengan hasil seperti ini , sebentar lagi ujian kenaikan kelas , bagaimana ini..” kata pak Solihin lagi . “ ma maaf pak..” kata Milla terbata . “ dengar Milla , sebagai wali kelas mu , saya tak mau kamu tinggal kelas , saya tak mau ada satu murid pun tinggal kelas , saya malu..” kata pak Solihin lagi . Milla terdiam . Lalu pak Solihin dengan lembut membelai rambut halus Milla . Dia berkata lembut “ nah , Milla , coba katakan , apa kesulitanmu.?” . “ eh , saya sulit manghafal rumus pak..” kata Milla . Pak Solihin menarik nafas , dan berkata “ begini saja , sepulang sekolah nanti , kamu ke mari , aku akan memberi kamu les privat , gimana..?” . “ terima kasih pak , tapi saya tak punya biaya pak..” kata Milla . Pak Solihin tersenyum “ saya tak minta uang , saya hanya mau membatu kamu..” . “ terima kasih pak , saya akan kemari setelah bubar sekolah nanti “ kata Milla . “ Bagus Milla , sekarang kamu boleh kembali ke kelas , belajar yang rajin yah..” kata pak Solihin . Milla berjalan keluar ruang pak Solihin . Tubuhnya yang ramping , bertambah sexy dengan Rok birunya yang agak mini , 10 cm di atas lutut . Memperlihatkan kakinya dan sebagian pahanya yang putih mulus . Wajah imut murid kelas 2 SMP itu ,telah menarik nafsu pak Solihin . Pak Solihin adalah kepala sekolah , yang juga wali kelas Milla . Pak Solihin selalu berlaku , wibawa tinggi dan sopan santun . Semua guru ,apa lagi murid murid segan dengan dia . Dengan umurnya yang 45 tahun , wajahnya cukup ganteng . Dan tubuhnya atletis , maklum dia sangat suka berolah raga . Tapi di balik semua itu , Pak Solihin mempunyai nafsu bejat terhadap Milla . Sudah lama dia memperhatikan Milla . Di lain pihak , Milla memang ABG yang rusak . Dia memang seperti perek . Hobinya gonti gonti cowok . Dan mengejar cowok yang berduit . Walau usianya baru 14 tahun , tapi karena pergaulnya yang bebas , Dia jadi seperti itu . Bahkan ada gosip gosip yang berkata , Milla juga menjual dirinya pada om om..Inilah yang membuat Pak Solihin makin nafsu sama Milla . Dia memakai alasan memberi les privat , tapi sebenarnya akan melecehkan Milla . Siang itu tepat pukul 1.30 siang . Semua murid keluar meninggalkan kelas . Dan Seorang di antaranya berjalan menaiki tangga ke lantai 3 , dimana ruang kantor pak Solihin berada . Dia mengetuk pintu . “ masuk , ayo masuk ..” sambut pak Solihin. Milla masuk ke ruang itu . Kening nya tampak berkeringat . Pak Solihin memberinya tissue “ nih , hapus keringat mu..” .Lalu menyuruh Milla duduk di sofa . “ Terima kasih pak “ kata Milla ,lalu duduk di Sofa . Mata pak Solihin menatap tajam paha Milla , yang rok mininya agak terangkat . Milla entah sadar atau tidak , dia duduk diam dan tersenyum , sambil menghapus keringat di keningnya . Lalu Pak Solihin memberinya , kertas berisi soal soal matematika . “ Milla ,Coba kerjain soal soal ini” . Milla mengambil soal itu . Kening mengenyit . Lalu dia mengambil pen nya . Pen itu hanya di putar putar oleh jari jarinya . Setelah beberapa saat , tanpa melakukan apa pun ,pak Solihin menegurnya “ kenapa , sulit yah..” . Milla mengangguk “ iyah , pak saya tak mengerti ..” . Pak Solihin memgambil kertas soal itu . Dia merobeknya , “ matematika itu memang menyebalkan yah ..” katanya . Milla benggong melihat kelakuan Pak Solihin itu . “ Milla , kamu tak perlu belajar matematika yang menyebalkan ini , Saya bisa memberimu nilai 10 , setiap kali ulangan , tanpa kamu susah susah belajar , asal kamu mau ….” . Tangan pak Solihin meraba lutut dan paha Milla . Milla berdiri , dia kaget . Dadanya berdegup keras . ABG berpengalaman seperti Milla tentu tahu maksud buruk pak Solihin . “ asal saya mau apa Pak ? ..” katanya . Pak Solihin tersenyum “ asal kamu mau memuaskan nafsu saya , Milla saya tergila gila sama kamu..” . “ maaf pak , saya tak bisa..” lalu Milla berjalan ke arah pintu . Dan membuka pintu . Tapi pintu itu terkunci . “ Pak tolong , bukakan pintunya pak..” kata Milla . Pak Solihin hanya tersenyum . Tangannya lalu meraih sebatang Rotan . Milla mulai panik , tangannya memukul mukul pintu . kakinya juga menendang nendang pintu . “ Tolong , tolong…. “ jeritnya panik . “ iyah , tolong tolong , saya mau memperkosa perek yang bernama Milla..” kata pak Solihin mengejeknya . Milla terus berteriak , tapi tak ada orang lagi di sana . Tiba tiba “ ctarr…” . Pak Solihin tepat memukul pantanya keras . Milla menjerit keras sambil memegang pantatnya . “ Auuuwww sakitt ammpun jangan pukul pak..” . Pak Solihin tertawa . “ Milla , saya itu cinta damai , saya tak suka kekerasan , asal kamu menurut , aku tak akan memukul kamu , Milla sayang..” . kata Pak Solihin . Milla gemetar . Dia menetap pak Solihin . “ Milla sini dan duduk di Sofa itu .. “ . Pak Solihin memerintah Milla . Milla pun menurut . dia duduk lagi di sofa itu . Dan pak solihin duduk di meja kerjanya . Tangannya memegang batang rotan itu . Milla Agak gemetar ketakutan “ pak , ampun jangan pukul saya…” . Pak Solihin tersenyum , lalu dia meletakan batang rotan itu . “ tenang saja , saya tak akan memukul kamu asal kamu nurut ngeti..” . Milla terisak dan mengangguk. “ Milla , saya banyak mendengar gospi gosip , katanya kamu suka di booking om om yah ?” tanya Pak Solihin . Milla terhentak “ tidak pak , sumpah , saya tak pernah , gosip itu cuma untuk meledek saya , saya di bilang perek..” . “ ok ok Milla , saya percaya… “ kata pak Solihin . Dan Dia bertanya lagi “ Milla apa kamu masih perawan..” . Milla tertunduk , dia diam , dan pak Solin mengulangi pertanyaannya lagi “ Milla apa kamu perawan , jawab ” . Milla menatap pak Solihin ,dia mengeleng “ saya sudah tidak perawan..” . Air matanya meleleh . Pertanyaan memalukan itu terpaksa di jawabnya. “ Bagus , bagus..” kata pak Solihin . “ Siapa yang perawanin kamu ?” tanyanya lagi Milla tertunduk , dan diam saja . “ Milla , kalau saya tanya , kamu harus jawab , kamu tak mau di pukul kan..” . katanya . Milla berkata “ jangan pukul pak , yang perawanin saya Anto pak ..”. Pak Solihin berpikir sebentar “ Anto yang kelas 3 itu , yang bawa mobil sedan biru itu ..” . “ iyah pak…” kata Milla . “ Jadi itu pacar kamu ?.” kata pak Solihin . “ Dulu pak , Anto pacaran sama saya 3 bulan , terus putus .. “ kata Milla . Pak Solihin tersenyum “ oh lalu…” . “ Lalu saya pacaran sama , Rudi .. itu juga cuma dua bulan .. dan terus sama Ayung 4 bulan dan sama Ginno itu pun baru putus..” kata Milla . Semua cowok yang di sebutkan itu rata rata anak orang berduit . Mereka semua membawa mobil pribadi . Pak Solihin mengelengkan kepala . “ Milla sama semua cowok cowok kamu itu , kamu pernah di entot..” kata pak Solihin Milla mengangguk . “ Wah , umur kamu baru 14 tahun , tapi sudah pernah di entot sama 4 cowok , hebat sekali ck ck ck..” kata pak Solihin tersenyum . Milla tertunduk wajahnya memerah . “ eh saat pertama sama si Anto , apa kamu di paksa..” tanya pak solihin . Milla mengeleng “ tidak pak , suka sama suka..”Pak Solihin mangut mangut “ kamu merasa nikmat ngak ..?” tanyanya . Milla mengeleng “ pertama kali saya sakit sekali pak , saya berdarah .. tapi setelah itu .. besok besoknya saya baru bisa merasa nikmat pak..” . Pak Solihin mulai ereksi . Dia meraba selangkangannya . “ Milla , kamu suka yah di entot..” .tanya pak Solihin . Milla hanya menundukan kepalanya . Pak Solihin tersenyum , “ Milla kamu suka , main sex, apa kamu pernah isep ****** cowok cowok kamu..?” . Milla mengangguk. “ Lalu cowok cowok kamu pernah jilati memek kamu ngak.? “ tanya pak Solihin lagi . Milla mengankat wajahnya “ Cuma Rudi yang pernah , yang lain tak mau..” kata Milla . Pak Solihin menganguk . “ Wah , sayang yah , padahal kamu suka yah di jilatin memeknya yah.” kata pak Solihin . Milla tersenyum , “ koq bapak tahu sih , saya suka di jilatin..” kata Milla tanpa sadar . Pak Solihin tersenyum . Dan Muka milla kembali memerah . Rasa takut Milla berkurang , dia mulai terlihat lebih Rilex . “ Milla , boleh ngak saya jilatin memek kamu..” tanya pak Solihin . Milla tersenyum malu . Dia menganguk . “ Baik saya akan jilatin memek kamu sampai kamu puas .. Tapi saya mau main main dulu dengan kamu . Permainan Sex tentunya..” kata pak Solihin tersenyum . “ Milla coba kamu duduknya ngongkong , saya mau lihat celana dalam kamu..” kata pak Solihin . Milla menunduk , lalu dia melebarkan kakinya . Dan celana dalamnya yang putih terlihat jelas pak Solohin . Celana dalamnya tampak ada sedikit basah tepat di selangkangannya . Pak Solohin menjadi penasaran , dia mendekat , dan meraba celana dalam Milla . Milla mengelijing . Pak Solihin tahu itu cairan vagina Milla . Karena bercerita tentang hal hal itu , membuat Milla agak terangsang . “ Milla kamu terangsang yah..” tanya pak Solihin . Milla tak menjawab , lalu menutup kakinya , mukanya merah “ malu pak , saya malu..” . Lalu kembali pak Solihin meminta Mila duduk mengongkong . Dan Pak Solihin kembali duduk di atas meja kerjanya . Milla berkata “ pak malu , saya malu duduk begini di lihatin bapak..” . seraya merapatkan kakinya . “ eit , jangan di tutup , kamu janji mau nurutkan , kamu gak mau di pukulkan..” kata pak Solihin . Milla menundukan kepalanya , dan kembali duduk dengan posisi merangsang . Kakinya terbuka lebar , memperlihatkan selangkangan celana dalam putihnya . Milla benar benar di buat malu. Di saat Milla menunduk malu , dan tiba tiba , ada sinar putih terang nyala sekejap . “ Ahh , pak jangan di foto .. “ lalu kakinya menutup rapat . Pak Solihin tersenyum “ tenang saja , ini buat koleksi pribadiKu..” . “ ayo Milla , buka lagi kaki kamu lebar..” kata pak Solihin . “ Pak saya tidak mau di foto seperti ini , malu pak..” kata Milla . Dia hampir menanggis . Pak Solihin memegang tongkat rotan nya . “ Kamu ini mesti di pukul yah..” kata pak Solihin . “ Jangan , jangan pukul , saya buka..” kata Milla dan langsung membuka kakinya lebar lebar . Pak Solihin langsung memfotonya lagi . Beberapa shoot lalu meminta Miila melepas kancing bajunya . Milla tak kuasa , dia menangis ,” tolong pak , saya malu , jangan permalukan saya tolong lah pak…” kata Milla memelas . Pak Solohin memberinya shock terapi , satu pukulan rotan , tepat di pahanya . Tak terlalu keras , tapi cukup menyakitkan . “ ahhhggg …” jerit Milla dan Milla menangis “ Eh dengar yah , jangan menolak permintaanKu , Kamu akan jadi budak sex Ku sekarang..” kata pak Solihin . Milla terisak . Pak Solihin mengambil tissue , dia melap air mata Milla . “ maaf yah sayang , saya tak akan memukul kamu , asal kamu nurut .” kata pak Solihin lembut. “ sekarang buka kancing baju kamu seluruhnya , dan duduk ngongkong..” perintah pak Solihin . Tak ada pilihan lain , Milla menuruti perintah pak Solihin . Dia membuka bajunya . dan terlihat Bhnya yang modelnya seperti kaos kutang , tapi pendek . Dan Duduk mengongkong . Pak Solihin memfoto Milla lagi ,dalam posisi seperti itu ,beberapa shoot . Lalu pak Solihin mengeluarkan sebungus Rokok , dan menyalakannya , dia menghisap rokok itu , lalu memberikan pada Milla . “ Ini , isap rokok ..” kata pak Solihin . Milla memang suka merokok . Lalu dia menghisapnya . Pak Solihin memfotonya lagi , Milla dengan baju terbuka , Branya putih ,dan duduk ngongkong dengan celana dalam putih . Dan Asik merokok . Lalu pak Solihin mengangkat branya , dan Buah dada Milla yang kecil terlihat . dangan putting yang kecil ,dan berwarna ke merahan . Pak Solihin meraba putingnya , lalu meremas lembut buah dadanya Milla mengelijing . Kembali pak Solihin memfotonya beberapa shoot . Lalu tangan pak Solihin merayap ke bawah , dan manyibak celana dalam Milla .Mata pak Solihin melotot melihat Vaginanya , sama sekali bersih tanpa bulu , kecil dengan bibir vagina yang agak basah , merah . Pak Solihin menciumi vaginanya , Milla mengelijing . “ wah , Milla memek kamu harum yah..” katanya . Milla diam tak menjawab . Tangan Milla di pegang , dan dibawa ke bawah “ Milla , sibak celana dalam kamu seperti ini yah , saya mau foto kamu..” kata pak Milla . Milla tak bisa berbuat apa apa , selain memenuhi kemauan gurunya itu . Pak Solihin memfotonya beberapa shoot , terutama di bagian vaginanya . Setelah puas dengan itu , Pak Solihin , membuka celananya , dan juga kolornya . Penisnya yang hitam besar , ngaceng tegak sekali . Milla melotot melihatnya . Walaupun Milla sudah melihat penis penis cowoknya tapi tak ada yang sebesar pak Solihin punya . Dia mengocok ngocok penisnya sendiri dan mendekati Milla “ Milla , ayo isepin ******Ku..” kata pak Solihin . Tangan Milla gematar , dan meraih batang penis pak Solihin , Lalu Milla menjulurkan lidahnya dan menjilat ujung penis pak solihin . Pak Solihin mendesah “ ahhh……” . “ Milla , lebih besar ****** saya , apa ****** pacar pacar kamu..” tanya pak Solihin .“Punya bapak besar sekali..” kata Milla pelan.. Tangan pak Solihin mengelus rambutnya “ kamu suka sama ****** saya..” tanya pak Solihin . Milla mengeleng “ saya takut bapak punya besar sekali ..” . “ Milla , kamu harus suka punya saya , ayo buka mulut kamu yang lebar, dan kulum..” perintah pak Solihin . Milla mundur sedikit , “Pak , saya jilatin aja , saya suka jilatin bapak punya..” “ iyah , tapi saya suka di kulum..” kata pak Solihin dan terus mendorong penisnya masuk ke dalam mulutnya. Sementara tanganya masih memegangi rambut Milla. Milla meronta , dan mengatup mulutnya rapat . Tapi tangan gurunya itu meraba buah dada kanan Milla dan menjepit puting susunya. Milla menjerit keras, dan Pak Solihin langsung mendorong penisnya masuk hingga tenggorokan Milla. Penis besar itu mulai bergerak maju mundur, sementara Milla berusaha melepaskan diri sambil terbatuk-batuk. Milla benar-benar shock. Penis Pak Solihin yang besar tegang dan keras itu masuk hingga tenggorokannya, ia dapat merasakan sesuatu yang asin dan lengket di dalam mulutnya. Lalu dengan kedua tangannya pak Solihin memegang kepalanya lalu memaju mundukan penisnya dalam mulut Milla yang kecil . Pak Solihin mendesah dan mengeram kenikmatan . “ ohh , nikmat sekali Oh , gua bisa keluar nih..” Milla tahu pak Solihin akan mengalami ejakulasi di dalam mulutnya. Kembali ia meronta berusaha menarik kepalanya. Tapi dengan kasar pak Solihin menarik kepala Milla, penisnya makin masuk ke dalam tenggorokan Milla dan menahan kepala Milla hingga tidak bisa bergerak. Pak Solihin kemudian menarik sedikit penisnya dan tertawa melihat Milla tersengal-sengal menghirup udara. Pak Solihin tidak bisa bertahan lama di mulut Milla. Tiba-tiba Pak Solihin mulai mengerang dan mendengus, tangan yang ada di buah dada Milla mulai meremas dan menarik-narik buah dada Milla, sedangkan tangan yang lain memegangi kepala Milla dan menggerakannya makin cepat, membuat Milla mengulum makin cepat dan dalam. Sperma Pak Solihin menyembur di dalam mulut Milla, menyemprot ke dalam tenggorokan Milla, membuat Milla terbatuk-batuk. Penis Pak Solihin tetap ada di dalam mulutnya, memompa dan menyembur selama sesaat. Akhirnya Pak Solihin menarik penisnya perlahan hingga seluruhnya keluar dari mulut Milla. Sperma berwarna putih dan lengket mengalir keluar dari mulut Milla, mengalir turun membasahi serangam SMP nyaMilla terisak lagi . Pak Solihin mengambil tisuue dan melap bibir Milla , dan juga melap air matanya . “ kenapa menangis , kan kamu juga sudah sering ngulum ****** cowok ..” . Milla terdiam lalu berkata “ bapak punya terlalu besar , mulut saya sakit..” katanya . Pak Solihin mencium bibirnya . “ Milla , sekarang kamu buka celana dalam kamu , aku mau menjilati memek kamu..” katanya .Milla dengan ragu dan terpaksa , melepas celana dalamnya . Pak Solihin tersenyum “ bagus , sekarang , kamu duduk , dan buka kaki kamu lebar “ . Lalu Milla duduk dan melebarkan kakinya . Vaginanya yang tak berbulu itu terpampang lebar . Pemandanan yang sungguh erotis . Lalu Dia jongkok dan menciumi vagina Milla . Milla tersentak, ketika dirasanya sebuah tangan mulai merabai vaginanya."Mmmmphhh," Milla mengerang .Tiba-tiba Milla merasakan kehangatan mengalir di vaginanya, tubuhnya tersentak, dan tanpa sadar pinggulnya terangkat. Milla merasa sangat nikmat ketika lidah Pak Solihin menjilati bagian dalam bibir vaginanya, membuatnya basah . Milla sama sekali tidak bisa melawan sensasi yang timbul di vaginanya. Untuk beberapa menit Pak Solihin terus menjilati bibir vagina Milla, menciuminya dan menjilati cairan yang keluar dari vagina Milla. Dari mulut Milla terdengar pelan desahannya . “ aaahhh ahhh ahh…” . Pak Solihin , meraih kedua tangan Milla , meletakan dekat vaginanya , dan menyuruhnya membuka lebar bibir vaginanya dengan tangannya . Sehingga Klitorisnya tertampang jelas . Agak merah , membesar dan berlendir .Pak Solihin sangat hati-hati dan lembut ketika menjilati vagina Milla itu. Kaki dan pinggul Milla bergarak dan tersentak-sentak tanpa bisa dikendalikan oleh Milla. Milla benar benar terangsang . Dan rupanya Milla mudah terangsang . Dia termasuk cewek yang mudah terangsang , dan nafsunya besar . Pak Solihin masih terus menjilati klitorisnya . Lendir yang keluar pun jadi , makanan lezat bagi gurunya itu Milla terus mengejang , nikmat desahan desahnya makin sering terdengar . Tangan Milla semakin membuka lebar bibir vaginanya , Dan pak Solihin makin mempercepat sapuan lidahnya . Pantat Milla terangkat , dan Dia mengejang sesaat , lalu kembali lemas . Kakinya mengejet beberapa kali . Milla mendesah panjang “ ahhhhh….” . Milla telah mendapat orgasmenya .Pak Solihin , menatapnya tersenyum . “ Milla , nikmat yah…” kata pak Solihin . Milla tak menjawab , dia menunduk , dan mukanya merah .“ Milla sekarang saya akan entotin kamu yah..” kata pak Solihin . Milla tersentak , dia merinding dan menjerit "Jangan, jangan, saya mohon, saya takut , punya bapak terlalu besar , Saya akan lakukan apa saja , jangan entot pak..” Milla merengeng rengeng .Pak Solihin cuma tersenyum “ tenang saja , Milla , nanti juga kamu nikmat koq..” Pak Solihin mengangkat kaki Milla lebih tinggi lagi. Penis Pak Solihin sudah berada di hadapan vagina Milla dan menyentuh bibir vaginanya. Milla gemetar , rasa takut melebihi rasa nikmatnya . Pak Solihin mengesek ujung penisnya di klitoris Milla. Lalu dengan perlahan Pak Solihin mulai mendorong penisnya, Milla menangis memohon agar Pak Solihin berhenti. Tanpa mendengarkan tangisan Milla, Pak Solihin terus mendorong dan merasakan bibir vagina Milla mulai terbuka. Dan Dari mulut Milla terdengar jeritnya “ ahwwwwww “ Milla merasa nyeri di vaginanya . Liangnya di buka paksa oleh penis besar pak Solihin . Milla mengejang . Lalu Pak Solihin merasakan kepala penisnya mulai masuk ke dalam vagina Milla diiringi oleh hentakan nafas dari Milla. Terus mendorong, Pak Solihin merasakan jepitan erat dari dinding vagina Milla di penisnya. Pak Solihin melihat Milla, gadis kecil yang cantik sekali, dan tubuh yang merangsang. Tengah merintih kesakitan , dan mengerang . Perlahan Pak Solihin mulai mendorong lagi, ia sangat bernafsu untuk merasakan nikmat vagina Milla . Milla sudah meronta sekuat tenaga, tapi Pak Solihin tidak merasakannya sedikitpun. Perlahan, perlahan sekali , Akhirnya penis sepanjang 20 cm itu terbenam seluruhnya . Milla menjerit keras “ aghhh ,sakittt. Sudah cabut..”. Pak Solihin , melumat bibir mungil Milla untuk membungkam jeritnya . Dan perlahan dia mengoyang penisnya . Milla mengejen , kesakitan . Pak Solihin terus mengeluarkan dan memasukan penis besarnya di liang vagina gadis kecil 14 tahun itu . Milla terus mengeliat , menahan nyeri di vaginanya .Pak Solihin terus bergerak pelan , Milla mulai tenang . Pak Solihin trus mengoyang pelan . “ aghh aghh sakit pak..” . Tapi pak Solihin tak peduli . Terus mengoyang dengan pelan . Sampai pak Solihin merasa sudah hampir sampai di puncak kenikmatannya , ,dan mulai mengoyang cepat , dan menghentak hentak . Ini membuat Milla menjerit jerit kesakitan “ aggghh sakit pelan pelan , aghhhh sakit..” . Pak Solihin , terus mengoyang , dan mendengus . Dan akhirnya dia membenamkan habis batang penisnya , lalu Dia tegang . dan menumpahkan spermanya di liang vagina Milla . Perlahan penis besarnya mengecil , dan mulai di cabut dari liang vagina Milla . Sperma Pak Solihin turut mengalir keluar , bersamaan penisnya . Milla lemas sekali , dan nafasnya tersenggal , dia terisak menangis . “ Milla kenapa menangis , kaya perawan saja..” kata pak Solihin .Milla menatap pak Solihin , “ waktu saya di perawanin ,tidak sesakit ini ,pak .” kata Milla sambil terisak . Pak Solihin tersenyum , “ iyah saya tahu , karena memek kamu belum terbiasa sama ******Ku , besok besok pasti memek kamu biasa koq..” . “ Besok besok , Apa maksud bapak..” kata Milla . “ iyah , kalau besok aku entot kamu pasti kamu sudah tak begitu sakit lagi , karena memek kamu sudah melar , ha ha ha…” kata pak Solihin . “ tidak pak saya , tidak mau lagi..” kata Milla . Pak Solihin tersenyum “ kamu tahu , apa gunanya , Aku memfoto kamu tadi..” . Milla tertunduk , dia sudah tahu ini pasti terjadi . “ maaf , Milla kamu akan jadi buduk nafsuKu , sayang ha ha ha ” kata pak Solihin sambil tertawa . Lalu Pak Solihin memberinya beberapa lembar tisuue , “ nih , lap memek kamu , ayo aku antar kamu pulang..” katanya . Milla membersihkan sisa sisa sperma gurunya , lalu memakai kembali seragamnya . “ ayo , aku antar..” kata pak Solihin . “ Tidak usah pak , saya pulang sendiri saja..” tolak Milla . Tapi Pak Solihin bersikeras , mau mengantar Milla pulang “ saya mau tahu kamu tinggal dimana..” katanya . Akhirnya pak Solihin mengantarnya pulang dengan mobilnya . Milla mengetuk pintu rumahnya , begitu tiba di rumahnya . Pintu itu terbuka “ Milla kenapa baru pulang , sudah jam 6.00 malam..” kata mamanya . Mamanya memandang pak Solihin , mukanya garang “ dan siapa ini..” katanya . “ maaf , bu , saya guru Milla ..” kata pak Solihin Sopan . Raut wajah mama Milla berubah “ oh maaf , saya tak tahu , ada apa pak , apa Milla berbuat salah..” tanya mamanya kawatir . Pak solihin tersenyum ,” oh tidak tidak..” katanya .Lalu mama Milla mempersilakan , pak Solihin masuk ,dan duduk di ruang tamu . Dan juga menyajikan teh hangat . “ silakan pak , cuma air teh saja..” kata mama Milla Pak Solihin meminum teh itu , dan mama Milla berkata “ maaf yah pak , Milla itu suka nakal , dan malas belajar , kerjanya cuma pacaran saja..” .“ ah.. tidak Bu , Milla itu cukup baik koq , dia disiplin , rajin..” kata pak Solihin . Milla tersenyum saja . Mama Milla tercengang “ tapi ,banyak temannya melapor pada saya , Milla itu ….” Kata mamanya , yang langsung di sela pak Solihin .“ Bu , jangan dengarin , teman temannya itu cuma iri , sama Milla ..” kata pak Solihin. Mama Milla menganguk . “Lalu tujuan bapak kemari ada apa yah..” tanya mama Milla . “ Begini bu , saya ingin memberi tahu ibu , Milla mendapat pelajaran tambahan , Les privat sama saya , untuk meningkatkan prestasinya.. jadi Milla akan sering pulang telat ,” kata pak Solihin . “ Oh . wah terima kasih pak ” kata mama Milla . Lalu tiba tiba Della , adik Milla datang dan mengeleyot di mamanya . Mata pak Solihin menatap liar pada Della yang berseragam SD itu . “ ini anak sudah besar juga , masih manja..” kata mamanya . Pak Solihin bertanya “ wah , kelas berapa adik ini ? ” . Della langsung menjawab “ kelas 6…” . Pak Solihin tersenyum “ wah ebtanas untuk SD sudah dekat nih , tinggal dua bulan lagi , harus rajin belajar yah..” . Mama Milla langsung menjawab “ iyah , ini adik Milla juga sama , malas belajar..” . Pak Solihin tersenyum “ wah , kalau mau sekalian saja sama Milla , saya bantu Les Privat , tidak perlu bayar koq..” . Milla langsung menjerit “ JANGANNN…..” . “ Milla , apa apaan kamu..” kata mamanya . Lalu mama Milla menatap pak Solihin , “ Terima kasih , atas perhatian bapak , saya akan suruh Milla ,membawa Della sekalian , untuk les Privat..” kata mama Milla . Pak Solihin tersenyum , “ bagus , bagus.. oh yah , hari sudah malam , saya mohon pamit yah Bu…” . “ oh , iyah silakan pak terima kasih banyak…” kata mamanya. Pak Solihin beranjak , lalu menuju pintu , di susul Milla . “ Pak , tolonglah , adik saya masih kecil , jangan di rusak…” kata Milla . Pak Solihin tersenyum , “ lalu apa Aku harus merusak mama kamu ha ha ha..” . Milla diam , matanya menatap pak Solihin . “ Milla , besok jam 11 .00 kamu sudah harus ke ruangKu , jangan sampai telat . kamu tak mau foto foto erotis kamu sampai ke mama kamu kan..” . Milla terenyuh . Pak Solihin , masuk ke mobil, dan memacu mobilnya kencang. Besoknya jam 10 .50 pagi , pintu kantornya di ketuk . Dan Milla masuk menemui pak Solihin . “ Ah Milla , sayang kamu tepat waktu , “ kata pak Solihin, sambil melihat jam tangannya . Lalu pak Solihin , duduk di sofa . Milla masih berdiri , terpaku . Dia menunggu dan menebak kira kira apa perintah gurunya . “ Milla , kamu boleh pilih , mau aku entot , apa kulum ******Ku sampai aku keluar..” kata gurunya . Milla diam dan menjawab pelan “ saya kulum punya bapak saja..” . “ Ok , tapi kamu buka rok kamu yah , saya mau lihat celana dalam kamu..” kata pak Solihin lagi . Milla membuka roknya . “ Milla , kemarin celana dalam kamu putih , hari ini juga putih , apa kamu tak punya celana dalam warna lain.. “ tanya pak Solihin . Milla diam , dan mengeleng . Lalu pak Solihin membuka celananya sebatas lutut , berikut kolornya . ****** besarnya sudah ngaceng keras . “ Ayo , kulum ******Ku.” Perintahnya . Milla berlutut , dan menjilati ujung penis pak Solihin . Pak Solihin , mendesah kenikmatan . “ iyah , benar begitu , oh enak sekali lidah kamu , sayang…” .Milla terus saja menjilat , tapi tidak memasukan dalam mulutnya . Pak Solihin mulai gusar “ Milla , ayo kulum , masa mesti di paksa sih..” katanya. Mau tak mau Milla membuka lebar lebar mulutnya dan mengulum penis pak solihin . “iyah , begitu dong , sedot dong ” . Lalu pak Solihin mengerakan pantatnya . Penis itu seperti menonjok nonjok kerongkongannya , membuat Milla tesedak beberapa kali . Tapi pak Solihin tak peduli , dan terus melakukan itu . Saat pak Solihin hampir mendekati klimak , Pak Solihin mencabut penisnya . Dan mendudukkan Milla di sofa Lalu pak Solihin menyibak celana dalam putihnya . Milla protes “ pak saya sudah kulum , jangan di masukin..” . Pak Solihin berkata “ tenang Aku cuma gesek gesek doang “ . Lalu mulai mengesek kepala penisnya di klitoris Milla . Begitu sudah mencapai klimak , ujung penis itu di tekan masuk ke liang vagina Milla Membuat Milla menjerit “ aduhhh , pak jangan..” . Lalu Milla merasa liang vaginanya penuh dengan cairan hangat . Tangan pak Solihin , merogoh kantong bajunya , dan mengambil carefree yang sudah di siapkan sebelumnya . Lalu Ujung penisnya di cabut , lalu dengan cepat carefree , itu di taruh di vaginanya . Setelah itu celana dalam Milla di rapikan kembali . “ Milla , memek kamu penuh dengan pejuKu , awas jangan di cuci , aku mau memek kamu basah dengan pejuku , ha ha ha..” . kata pak Solihin .Milla bengong , tak mengerti sifat aneh gurunya. “ tapi pak , kalau saya mau pipis bagaimana..? “ Milla sedikit protes . “ Kamu mesti tahan , kalau sudah benar benar tidak tahan kamu ke mari , dan pipis di sini..” kata pak Solihin sambil tertawa . Bel berbunyi , tanda di mulainya jam pelajaran . Milla memakai kembali roknya , lalu segera berlalu untuk masuk ke kelas . Pada jam 3.00 , bel istirahat berbunyi tapi Milla belum ke kantor pak Solihin . Tapi pada istirahat kedua , pukul 4.30 sore Milla kembali datang ke ruang pak Solihin . “ Pak , saya sudah tak tahan kebelet mau pipis, izinkan saya ke WC pak..” pinta Milla . Pak Solihin tertawa . “ tidak , kamu pipis di sini dan berdiri pipisnya “ . Pak Solihin memberinya ember platik . Milla yang sudah kebelat , langsung membuka celana dalamnya , lalu berdiri . Yang pertama kali keluar ialah cairan putih , spema pak Solihin yang sudah encer . Dan di susul cairan kekuningan , pipis Milla . Pak Solihin memberinya tisuue untuk melap vaginanya .Setelah itu , Pak Solihin melepas carefree yang basah dari celana dalamnya , dan memakaikan celana dalamnya kembali . “ bagus Milla , kamu murid yang baik , ha ha ha…” kata pak Solihin . Lalu Mila hendak meninggalkan ruang pak Solihin . Tapi pak Solihin menarik tangannya . “ Milla tunggu , duduk dulu di sofa itu “ kata pak Solihin “ Tapi pak sebentar lagi , saya harus masuk kelas “ kata Milla . “ Milla ,kamu lupa yah, habis istirahat ini jam pelajaran matematika , itu jam saya mengajar di kelas Milla akhirnya duduk di sofa itu . Pak Solihin meraih kedua kaki Milla dan membukanya, membuat nafas Milla kembali tersentak. Tetapi teringat akan hukuman yang ia akan dapatkan , kalau melawan, maka ia sama sekali tidak melawan perbuatan gurunya. Sekarang ia terduduk di sofa dengan kaki terbuka, dan rok mini biru nya dengan sendirinya terangkat sampai ke pinggangnya. Pak Solihin membuka sebuah laci dan mengambil sebuah dildo – sebuah benda berbentuk penis yang terbuat dari karet keras – berwarna hitam. "Tetap buka kaki kamu Milla “ , perintah gurunya Pak Solihin menyibak celana dalamnya lalu mulai mendorong dildo itu agar masuk ke vagina Milla. Milla mengerang beberapa kali, dan, dildo sepanjang 10 senti itu masuk seluruhnya ke dalam liang vagina Milla. Lalu Pak Solihin juga menempelkan carefree yang baru , di celana dalam Milla . Dan merapikan kembali celana dalam Milla . Dildol itu sekarang berada di liang vagina Milla dangan mantap . Dildol itu bekerja dangan remote control . Ketika tombol on di tekan , Dildol itu bergetar dan berputar . “ ohh oh aghh…” Milla tersentak . Pak solihin menekan tombol off dan bertanya “ apa yang kamu rasakan Milla..”.Milla tak menjawab . dia menunduk .Dan pak Solihin menekan tombol on lagi . Dan Milla tersentak lagi “..oohhh…” . Dan menekan tombol off lagi , “ Milla apa rasanya..” tanya pak Solihin lagi. “ Ah.. anu.. memek saya seperti di korek korek pak.. “ jawab Milla. Pak Solihin tertawa “ ha ha ha kamu suka Milla..” . Milla diam menunduk dan Pak Solihin tertawa . "Milla, jam pelajaran ini memek kamu bakalan basah, dengan begitu dildo yang ada di dalam vagina kamu juga akan basah.” Katanya lagi . Milla hanya diam , dia akan di permalukan gurunya di depan teman teman . “ Dan Milla , apapun yang terjadi kamu tak boleh ke WC..” kata pak Solihin lagi . “ Teng , teng , teng” bel berbunyai , tanda istirahat telah selesai , waktunya kembali ke kelas . “ nah Milla sayang , ayo jalan ,masuk kelas..” kata pak Solihin . Milla berdiri , dan berjalan Milla agak sudah berjalan , karena ada dildol yang menganjal di vaginanya . Pak Solihin hanya tersenyum, sambil berjalan di belakang Milla.Begitu tiba di kelas , Milla langsung duduk di bangkunya . Dan Pak Solihin juga masuk ke kelas . “ selamat sore anak anak..” . kata pak Solihin . “ Sore pak…” begitu sambut murid muridnya . “ pelajaran kita sampai di mana yah..” tanya pak Solihin pada murid muridnya . Pak Solihin pun mulai mengajar . Matanya melihat ke Milla . Milla sedang melihat buku matematikanya .Dan tiba tiba pak Solihin menekan tombol on . Membuat dildol itu bergetar dan berputar di liang vagina Milla . Tanpa sadar Milla menjerit tersentak “ aghhhh… …..” . Teman teman menengok ke Milla . “ eh kamu kenapa Milla “ , tanya seorang temannya. “ eh , anu perutku sakit..” kata Milla . “ Eh anak anak , ayo sudah belajar , perhatikan buku masing masing..” kata pak Solihin. Murid murid itu kembali melihat buku matematikanya ,dan mengerjakan soal latihan Sementara , Milla mengigit bibirnya , merasakan sensasi , getaran dildol itu , berputar cepat di liang kewanitaannya. Pak Solihin terus menatap Milla . Milla juga menatap pak Solihin . Terlihat Milla mengigit bibirnya sendiri , dan tangan Milla mengepal , menahan nikmat . Pak Solihin lalu berjalan ke papan tulis , dia menulis satu soal matematika. Dan kembali duduk di kursinya . Lalu mematikan dildol di vagina Milla , dengan menekan tombol off , di remotenya . Milla agak tenang “ Milla coba ke depan kerjakan soal di papan tulis itu..” perintah pak Solihin . Milla perlahan bangun , dan berjalan pelan ke papan tulis . Dan pak solihin menekan tombol on . “ ohhh….” Mila tersentak dan memegang vaginanya . Kembali murid murid melihatnya . Milla berjalan pelan , Milla semakin sulit berjalan bila dildol itu bergetar Dan kembali pak Solihin mematikan dildol itu . Dia berdiri di depan papan tulis memegang spidol , dan tak mengerjakan apa apa . “ Milla kenapa tak bisa..” tanya pak Solihin . Tiba tiba ada yang nyeletuk “ dia mana bisa , bisa cuma pacaran..” . Murid lain tertawa tawa . “ Anak anak tenang..” kata pak Solihin . Lalu Pak solihin menghidupkan dildol itu . Kembali Milla tersedak , “ ohhhh…..” . Pak Solihin terus membiarkan Dildol itu bergetar, Milla berdiri dengan kaki terbuka lebar . Tubuhnya gemetar , sebelah tanganya tertumpu di papan tulis . Kepalanya menunduk . Pak Solihin terus memperhatikan ,Milla . Kakinya kejang , dan tubuh terus bergetar Milla terus berdiri sampai kira kira 10 menit , Miila Akhirnya berteriak “ aghhhh saya tak tahan pak , ampunn…” . Lalu Dia jangkok dan menangis tersedu sedu . Mata semua murid murid tertuju ke Milla. Pak Solihin segera mematikan Dildol itu . Lalu Menghampiri Milla . Memegang tanganya dan Milla berdiri masih terisak menangis .” Ayo kembali duduk di bangku kamu .” kata pak Solihin . “ anak anak , lihat tingkah laku kalian , kalian meledek Milla sampai dia menagis “ kata pak Solihin . Dan tak lama terdengan bel , tanda usai sekolah . Mudir murid berteriak gembira . Lalu berebut keluar kelas . “ Hi anak anak , jangan lupa mengerjakan PR yah..” pesan pak Solihin . Milla masih terduduk di bangkunya . Dan ketika semua murid sudah keluar , Dan tak ada orang lagi pak Solihin menghapirnya . Pak Solihin membelai rambut Milla . “ Milla , ayo ke ruangKu..” kata pak Solihin . Milla berjalan mengikuti gurunya . Setelah di ruang itu Milla langsung duduk di Sofa . Dia duduk melebarkan kakinya . Pak Solihin menghapirinya , lalu melepas celana dalamnya . Dan menemukan carefree yang basah sekali . Lalu perlahan mencabut dildol itu dari liang vagina Milla . Lalu Segera lidah pak Solihin menyapu bibir vagina Milla . Milla mengelijing. Dan tangan Milla segera melebarkan bibir vaginanya . Sehingga klitorisnya yang bengkak terlihat jelas . Pak Solihin tersenyum, “ wah , memek eloe pasti sudah gatel banget yah “ . Dan mulai menjilati klitoris Milla . Milla mendesah nikmat , merasakan jilatan lidah gurunya di klitorisnya . Pak Solihin terus menjilati klitorisnya , Tak lama Milla mengajang “ ohhhh……” . Tubuhnya gematar , berkejet kejet , Milla orgasme di buat gurunya . Setelah beberapa saat , pak Solihin membuka celananya , ****** besarnya ngaceng keras , Dan segera di arahkan ke vagina Milla . “ jangan pak , jangan saya takut ” kata Milla . “ Milla kamu curang yah , kamu sudah saya puaskan , masa saya tak boleh entotin kamu..” kata pak Solihin . Sambil mengesek ujung penisnya di vagina Milla. Yang menbuat Milla mengelijing “ Jangan pak saya kulum saja..” kata Milla . Pak Solihin cuma tertawa . Dan Milla menjerit keras “ AHGGGG sakittt…” . Ketika dengan tiba tiba pak Solihin menekan masuk , seluruh batang penisnya ke liang vagina Milla . Pak Solihin bernafsu sekali , dan terus bergoyang dan menghentak keras di liang vagina Milla. Milla menjerit jerit kesakitan . Kembali liang vagina Milla di paksa membuka lebar oleh penis besar gurunya. Rasa nyeri kembali mendera Milla. Milla kembali menjerit kesakitan . setelah kira kira 10 menit , Dan suara Milla semakin parau , Pak Solihin pun , sudah tak bisa menahan nafsunya , lalu memuntahkan spremanya di liang kewanitaan Milla. Perlahan mencabut penisnya . Vagina Milla terlihat memerah agak memar . Hari ini Milla merasa sangat sakit . Karena pak Solihin menyetubuhi ABG ini , secara cepat dan kasar Setelah diam beberapa saat Milla memakai kembali celana dalamnya . Lalu Dia berjalan pelan , tertatih , karena rasa nyeri di vaginanya . Pak Solihin cuma tertawa “ Milla , sakit yah..” . Milla Diam dan terus berjalan pelan , keluar pintu . “ Milla tunggu , mau saya antar pulang..” kata pak Solihin .Milla tak menjawab , dia terus berjalan . Lalu pak Solihin menyusulnya dan menarik tangannya . “ tidak usah pak saya bisa pulang sendiri..” katanya.Lalu pak Solihin membiarkan dia pergi . Selang beberapa hari , Pak Solihin , menyuruh Milla untuk datang ke ruangnya . Milla pun pergi ke ruang itu dengan langkah gontai . Begitu tiba dan masuk di ruang itu , pak Solihin tersenyum melihatnya . Milla hanya diam berdiri . Pak Solihin meraih pengaris panjang . Milla terkejut “ jangan , jangan , pukul pak..” . Pak Solihin tersenyum “ tenang , saya tidak akan memukul kamu..” . Pak Solihin dengan pengaris itu mengukur tinggi baadan Milla , dari pundak ke pusar dan Dari pinggang ke paha nya . Milla tak mengerti apa yang di lakukan gurunya itu. Selesai itu pak Solihin berkata “ sudah . Milla kamu boleh kembali ke kelas kamu.”. Masih terbengong bengong , Milla melangkah keluar , lalu “ eh tunggu Milla saya hanpir lupa..” kata pak Solihin . Lalu memberikan Milla sebuah kotak . “ ini buat kamu , mulai besok pakai ini yah.. dan besok kamu datang ke ruang saya jam 10.00 pagi” kata pak Solihin . “ jam 10.00 pagi pak ?” kata Milla . Pak Solihin menangguk. Milla membuka kotak itu , dia mendapati selusin celana dalam , dengan Bra , dengan aneka warna dan motif . Milla berjalan keluar , tanpa berkata apa apa . Pak Solihin cuma tersenyum melihatnya . Setelah Milla keluar , tak lama pak Timbul , guru fisika yang terkenal kiler itu masuk ke ruang pak Solihin . “ eh ini , ukurannya , kamu atur yah..” kata pak Solihin , memberikan ukuran tubuh Milla yang baru saja di ukurnya itu . Pak Timbul , tersenyum , “ beres , apa kamu sudah atur , waktunya..” . Pak Solihin tertawa “ ha..ha.. ha.. Milla itu budak sex Ku , mengatur Dia , sama seperti mengatur boneka.. Besok jam 10.00 pagi ..” . Pak Timbul pun tertawa . “ Selamat pagi , Milla sayang..” begitu kata pak Solihin ,tatkala Milla memasuki ruangnya tepat jam 10.00 pagi . Milla hanya diam , memikirkan apa lagi tingkah gurunya dan apa yang akan di lakukan terhadapnya. “ Milla , ayo buka baju kamu..” kata pak Solihin . Milla dengan lemas mulai membuka kancing bajunya . lalu membuka roknya . Pak Solihin menatapnya . Milla mengunakan Bra kuning , dan celana dalam yang juga kuning , yang di berikan pak Solihin kemarin . “ Milla buka Bra kamu sayang..” kata pak Solihin . Milla pun melepas Branya . Pak Solihin menatap nafsu buah dada Milla yang kecil itu . Lalu pak solihin mengeluarkan baju dan rok biru dari tasnya .” Milla pakai ini.” Perintah pak Solihin . Milla mengambil baju itu . Dan melihat baju kemeja putih dengan logo OSIS SMP , tapi baju itu pendek sekali . “ pak.. ini kependekan..” kata Milla . “ iyah , saya tahu..” kata pak Solihin. Milla hendak memakai branya , tapi pak Solihin melarangnya .” Jangan pakai Bra “ Lalu Milla memakai kemeja itu . pendek sekali , sehingga perutnya yang rata , terlihat . kemeja itu hanya menutupi buah dadanya . Begitu pula , rok biru itu , Rok yang pendek sekali , hanya mampu menutupi celana dalamnya . “ wah .. Milla , kamu cantik dan sexy sekali ..” katanya . Pak Solihin lalu menfotonya beberapa Shoot . Lalu Milla di suruh duduk di sofa . Dan Di foto lagi dengan berbagai pose . Lalu pak Solihin duduk di sebelahnya . Menciumi bibirnya , dan tangannya masuk ke dalam kemeja Milla , lalu meraba raba payudaranya . Tubuh Milla mengelijing . dan rasa birahinya bangkit . Pak Solihin terus merangsang tubuhnya . Dan Jari jari nya mulai mengesek selangkanan Milla yang lembab . Dan menyelinap di balik celana alamnya , dan mengesek klitorisnya . Milla mulai mendesah . Pak Solihin terus mengesek klitorisnya . Sampai Milla benar benar basah . Lalu pak Solihin membuka celananya dan kolor . Dan menbuka kaki Milla lebar , lalu menyibak celana dalamnya . “ Pak , jangan “ kata Milla . Pak Solihin , mendorong masuk penisnya dengan cepat . “ Aghhhh , sakitt pelan pelan…” .jaritnya . Pak Solihin terus menyetubuhinya dengan kasar dan cepat . Nafsunya sudah demikian tinggi . Walaupun Milla menjerit , pak Solihin tak peduli sama sekali . “ oh enak benar , memek kamu sayang , ayo menjerit aku mau dengar jeritan kamu sayang “ kata pak Solihin Milla merintih , meronta , dalam dekapan pak Solihin . Sampai pak Solihin melepaskan spermana di liang Milla . Dan mencabut penisnya . Milla megap megap , dan meringgis , karena rasa perih di vaginanya . Pak Solihin membiarkannya , terkulai lemas di sofa itu . Setelah beberapa saat , pak Solihin , berkata “ Milla kamu boleh pergi , kamu harus masuk kelas pakai baju itu..” . “ tapi , tapi , baju ini terlalu pendek pak , saya malu tolong jangan permalukan saya pak , saya mohon..” Milla berkata memelas. “ Ha ha ha… Milla kamu lupa yah , kamu itu budak sex Ku..” kata pak Solihin . Milla lalu berdiri , lalu pergi meninggalkan ruang pak Solihin . Milla berpikir untuk segera pulang , dan berganti baju . Tidak mungkin dia masuk kelas dengan pakaian seperti itu . Milla berjalan pelan menuruni tangga . Mila tidak menyadari seseorang mendekatinya dan tangan orang itu merangkul bahunya. "Mila, pakaian kamu sangat tidak sopan dan melanggar aturan sekolah ini.” Kata pak Timbul . Milla menatap Pak Timbul , “ tolong pak , pakaian ini diberikan pak Solihin..” “ APA , Ayo ikut saya menemui pak Solihin..” kata pak Timbul . Milla berpikir , dia menemukan sang penyelamat tapi dia salah besar . Sebab , pak Timbul lebih sadis dari pak Solihin , dan sekarang akan memberi pelajan sex buat Milla , Pak Timbul sudah merencanakannya . Akhirnya mereka berdua sampai di depan kantor Pak Solihin. Ia mendorong Mila masuk dan mengunci pintunya setelah mereka masuk ke dalam ruang pak Solihin. Mila memandangi seisi kantor itu. Ada perbedaan . Matanya terpaku pada sebuah benda yang terletak di tengah ruangan, bentuknya mirip dengan kuda-kuda pelana yang digunakan di olahraga senam, dengan lebar sekitar 50 senti dan panjang sekitar 150 senti dengan kaki-kaki dari besi. Kapan benda di di bawa kemari ,tadi tidak ada benda itu . Pikirnya . “ Pak Solihin maaf , apa benar bapak memberinya pakaian seperti ini..” tanya pak Timbul . Pak Solihin berpura pura kaget dan menjawab .“ ya , ampun pakaian itu ,lebih mirip pelacur dari pada pelajar , mana mungkin saya menyuruhnya memakai itu pak Timbul..” . “ Milla kamu berbohong yah..” kata pak Timbul . “ tidak sumpah pak , benar pak Solihin yang memberi saya baju ini” jawab Milla . “ Milla , apa salah saya , kamu menuduh saya begitu..” kata pak Solihin . Dan “ Ctarrr.” . Pantat Milla di Pukul keras oleh pak Timbul . “ aduh sakit…..” teriak Milla . “ Pak Solihin , murid kurang ajar ini perlu dihukum…” kata pak Timbul . “ Baik , baik, pak Timbul , saya serahkan dia pada Pak Timbul untuk di hukum..” kata pak Solihin tersenyum . Sebelum Milla sempat berbuat apa apa , Pak Timbul sudah memegang pundaknya dan mendorongnya jatuh ke atas kuda-kuda itu. Segera setelah Milla jatuh tertelungkup, Pak Timbul mengikat tangan dan kaki Milla ke kaki kuda-kuda itu. Dalam waktu singkat Milla terikat erat dengan tangan dan kaki terikat dan kepala tergantung dipinggiran kuda-kuda, bernafas dengan sesak karena tubuhnya terikat erat di kuda-kuda itu. menyebabkan Milla menjerit. Pak timbul memasukan 2 butir , pil perangsang kedalam gelas . Lalu memaksa Milla meminumnya . Milla meronta ronta , tapi akhirnya obat perangsang itu tertelan . "Asal Bapak tahu, saya akan melaporkan ini pada polisi saya sudah muak , sebarkan foto foto saya , saya tak peduliii.. .." Milla menjerit kesal dan putus asa . Dan “ Ctarrr…” . Milla menjerit lagi ketika ikat pinggang Pak Timbul memukul bagian belakang tubuhnya meninggalkan bekas berwarna merah. "Wah, Milla, jangan begitu , Kamu kan anak yang pintar." Dan “ Ctarrrr..”…… “ Ctarrrr…” . Setiap kali ikat pinggang itu memukul tubuhnya, Milla menjerit dan meronta, berusaha melepaskan dirinya dari pukulan-pukulan di punggung dan pantatnya. Tapi itu tak berhasil karena ikatannya terlalu kuat. “ Sekarang katakan , saya pelacur .. saya budak sex… saya suka di entot..” Milla tidak menjawab, air matanya mulai mengalir ke pipinya. Milla sangat ingin melindungi punggung dan pantatnya dengan kedua tangannya, tapi semuanya terikat begitu erat. “ Ctarrr….” . “ ampun…sakittt…..” "Kamu belum bilang Milla. Jangan menangis dan katakan , di sekolah kamu adalah mainan saya. Mengerti?" Milla menggelengkan kepalanya keras-keras, mempertahankan harga dirinya. Ia tidak sudi mengakui bahwa dirinya adalah budak nafsu dan mainan dari guru guru bejat itu. Milla bertekad tidak akan mengucapkan apa yang ingin didengar oleh Pak Timbul. "Saya masih punya banyak waktu Milla." Kata pak Timbul . Punggung Milla mulai berubah warna menjadi merah . Pak Timbul terus saja memukulnya dengan ikat pinggangnya “ Ctarrrr ” . “ aghh ” jarit Milla Milla meronta-ronta sambil mejerit keras. Rasa sakitnya tak tertahankan, tubuhnya menggeliat dalam ikatan. Tapi tidak cukup untuk menghindari setiap pukul “ Ctarrrr.” . “ aghh ,ampunnn” jarit Milla Pak Timbul kembali tersenyum lebar, melepaskan ikatan Milla memutar tubuhnya sehingga berbaring terlentang dan mengikatnya lagi. Dan Pak Timbul berkata "Kita coba apa kita bisa bikin bagian depan kamu seindah yang di belakang." Milla menjerit dan pukulan-pukulan itu berlanjut. Satu jam kemudian, Pak Timbul berhenti untuk membalikan lagi tubuh Milla hingga tertelungkup lagi, dan memberinya waktu untuk beristirahat. Pak Timbul meletakan ikat pinggangnya dan berlutut di depan wajah Milla, mengamati wajahnya yang basah karena air mata. Pak Timbul menyibakan rambut dari wajah Milla, mengusapnya. "Kamu boleh istirahat sebentar Milla." Kata pak Timbul tersenyum. Milla tetap diam tak menjawab, tapi Pak Timbul melihat sinar kelegaan di mata Milla. Pak Timbul berdiri dan mengambil sesuatu dari mejanya. "Saya suka sekali dengan lilin ini Milla." Milla memandangi sebuah lilin berukuran besar, tidak mengerti apa yang akan dilakukan Pak Timbul dengan lilin itu, dan ia tertalu lemah untuk meronta lagi. Pak Timbul menyalakan lilin itu dan menyeringai sadis pada Milla. Milla merasakan tetesan lilin cair jatuh ke punggungnya. Matanya terbelalak dan tubuhnya yang lemah lunglai menegang karena kesakitan. Akhirnya Milla bisa berteriak lagi. "Jangaaaaan , ampun perih , Jangann…." Setiap kali sebuah memar tertutup oleh lilin, Pak Timbul akan langsung pindah ke memar yang lain, membuat Milla terus menjerit dan meronta karena sakit ,panas dan perih , yang menyerang bagian belakang punggungnya. "Jangan, jangan, baik pak, saya bilang apa yang bapak mau, saya mainan bapak, saya mainan bapak. Saya mainan bapak, sakit sekali pak, saya sudah bilang pak, saya mainan bapak. Saya mohon berhenti pak, sakit!" kata Milla mengiba iba . Pak Timbul menjawab,"Wah agak terlambat Milla." . Dan terus saja Pak Timbul meneteskan lilin itu di tubuhnya . Selama setengah jam berikutnya, Pak Timbul melanjutkan kerjanya menetesi setiap memar Milla dengan lilin .Milla merintih perlahan, tenggorokannya sakit karena terus menjerit selama setengah jam. Pak Timbul berdiri sambil menatap , Milla sangat cantik ,sangat manis. Buah dadanya yang kecil bergoyang setiap kali ia menarik nafas, dan pahanya gemetar. Pak Timbul terus memandangi tubuh Milla selama beberapa saat. Kemudian ia memutuskan untuk memberi perhatian pada penisnya yang telah tegang sedari tadi. "Oh, Milla kamu betul-betul cantik sayang ." kata Pak Timbul Milla mengerang dan terengah-engah. "Saya benci bapak. Saya benci bapak!" Pak Timbul hanya tersenyum."Milla, kamu harus bisa mengendalikan diri kamu. “ Milla mendengar Pak Timbul menurunkan resleting celananya dan melepaskannya. Milla kembali mengerang, walaupun semua lilin di belakang tubuhnya telah mengeras tapi rasa sakit masih terasa sekali. Ikatan Pak Timbul ,membuat dirinya sesak nafas dan tangan dan kakinya terasa sakit terikat begitu erat. " "ohh…. apa yang bapak lakukan?" jerit lirih Milla . Pak Timbul sedang berlutut dan membuka belahan pantatnya. Kemudian ia menjilati lubang anus Milla dengan lidahnya "Membuat kamu terangsang Milla. Nikmati dan jangan mengeluh." Kata Pak Timbul . Milla mengerang. Pak Timbul memasukan jari tengahnya ke vagina Milla dan meraba-raba clitorisnya dengan ibu jarinya, sementara lidahnya terus menjilati liang anus Milla. Obat perangsang itu bekerja efektif ,rasa nikmat perlahan bangkit dari vagina Milla. "Tubuh kamu ternyata tidak benci saya Milla." Ledek pak Timbul . "Saya benci bapak" jerit Milla . Jari Pak Timbul makin cepat bergerak keluar masuk, begitu juga rabaan ibu jarinya. Milla menjadi sangat terangsang , dan vagina basah . Tanpa sadar mulai bergerak-gerak mengikuti irama gerakan jari Pak Timbul, erangannya makin lama makin cepat dan keras. "Masih benci saya Milla?" tanya pak Timbul . "Sa ,sa ,saya ben bencibapak. Jang, jangan, ooohh, aaahh, ohhhh …" Pak Timbul mengeluarkan jarinya. Dan menghentikan Aktifitas di vaginanya . "Jangan, jangan berhenti." Teriak Milla secara reflek . “ ha ha ha kamu doyan juga yah …” kata pak Timbul meledek Milla . Milla menyerah dan menyadari apa yang baru saja dikatakannya, membuat mukanya memerah. "Sekarang saya ,akan masukan penis saya ke anus kamu , apa kamu Siap Milla?" “Jangan , jangan si situ ..” jerit Milla Pak Timbul mulai mendorong penisnya yang sudah menempel di liang anus Milla. Pak Timbul merasakan tubuh Milla berusaha mendorongnya menjauh, tapi itu malah membuatnya makin mudah masuk ke dalam anus Milla. "Jangan, jangan, jangan di situ. AGHHHH, sakiiitt. Sakiittt!" Pak Timbul tidak bisa lagi menahan diri, mendorong seluruh penisnya masuk ke dalam anus Milla. Tubuh Milla meronta, berusaha menendang tubuh Pak Timbul denga kakinya. Pak Timbul merasakan otot kaki Milla menegang. Membuatnya makin bernafsu. " Ha ha ha Bagaimana rasanya Milla?" tanya pak Timbul . Milla mengerang, berusaha memahan sakit di anusnya dengan benda besar yang masuk ke dalamnya. Pak Timbul memejamkan matanya, menikmati gerakan otot-otot anus Milla bergerak memijat. Pak Timbul menghela nafas dan menindih punggung Milla. Milla megap-megap, berat badan Pak Timbul membuat dirinya makin sulit bernafas. Ia mengeluarkan rintihan. "Pak ampunn , pak, sakit pak, sakit sekali." Rintih Milla . "Kenapa Milla? biar saya bantu kamu." Kata pak Solihin yang asik menonton dari tadi Lalu pak Solihin melempar Dildol yang sebesar 20 cm ,ke pak Timbul . Pak Timbul mengambil dildo itu. Kembali ia memasukan dildo itu ke vagina Milla tanpa menghiraukan rintih kesakitan Milla. Ketika semuanya telah masuk, Pak Timbul meletakan dasar dildo itu di kuda-kuda sehingga berat tubuh Milla menahannya untuk tidak keluar, dan batang dildo itu tepat menggosok clitoris Milla setip kali pinggul Milla bergerak "aghh sakit sekali ampun ,saya tidak tahan , agh sakit…" rintih Milla . Pak Timbul tetap menindihnya, dengan penisnya masuk seluruhnya ke liang anus Milla. Ia tetap menindih Milla tanpa bergerak maju mundur. Milla , meronta , dan merintih "sakit , sudah ampun , ampunnn aghhh sakit …" "Ayo goyangkan pantat kamu , bikin saya puas sampai orgasme Milla, kamu masih punya waktu tiga jam. Saya tidak akan bergerak sedikitpun." Kata pak Timbul "tidak bisa , jangan tidak bisa" erang Milla. Seperti ingin membunuh Milla ,Pak Timbul makin menindih Milla dengan seluruh berat tubuhnya. Pak Timbul merasakan tubuh Milla yang hangat, sedang gemetar kesakitan. Penisnya kembali merasakan pijatan otot anus Milla. "Ayo gerakan pantat kamu,." Kata pak Timbul . "ohh , ampunnn tolong saya" rintih Milla . Pak Timbul mengerang, Milla dalam keadaan terikat erat mulai berusaha menggerakan pantatnya. Pantat Milla tidak bisa banyak bergerak, paling-paling hanya sedikit kekiri dan ke kanan, sementara otot-otot anusnya menegang dan melemas memijati penis Pak Timbul. "Kamu sungguh cantik Milla. Rasanya nikmat sekali. Kamu juga merasa nikmat juga kan?" kata pak Timbul . Pak Timbul tertawa kecil, sementara Milla hanya merintih memelas, kakinya mulai letih berusaha menggerakan pantatnya sedari tadi. Untuk lebih menyiksa Milla, Pak Timbul sesekali mendorong tubuh Milla, sehingga dildo yan ada di vagina Milla terdorong-dorong dan bergesekan dengan clitoris Milla. Dan setiap kali rasa nikmat itu timbul di clitorisnya Milla kehilangan irama gerakan pantatnya, dan penis Pak Timbul mulai mengecil lagi, sehingga kembali Milla dengan tangis putus asa berusaha bergerak berirama lagi berusaha memuaskan Pak Timbul. "Kamu capek ya Milla? Tapi saya tidak tuh, saya masih kuat sekitar 4 atau lima jam lagi kalau begini terus. Gila, nikmat sekali Milla, dan saya tidak usah bergerak sedikitpun!" Milla mendengus dan berusaha menggerakan pinggulnya lebih cepat, berusaha membuat Pak Timbul mencapai orgasme secepatnya, dengan harapan ia bisa segera dibebaskan. Air mata terus jatuh di pipi Milla. Milla sangat ingin melepaskan diri, dan Karena pengaruh obat perangsang itu , Milla sangat ingin merasakan orgasme yang sedari tadi tertunda. Milla menggigit bibirnya dan berusaha berkonsentrasi, mulai lagi bergerak berusaha membuat Pak Timbul mencapai puncak kenikmatan. Tapi Pak Timbul sendiri selalu berusaha menahan orgasmenya. Ia hampir mencapai puncak beberapa kali, tapi ditahannya hingga Milla kehilangan irama gerakannya. Pak Timbul tersenyum, dan kembali mengerang. Ia memejamkan mata merasakan pinggul Milla kembali bergerak-gerak. "Terus Milla. Anus Kamu betul-betul sempit, gimana rasanya ****** saya di pantat kamu? Besar bukan? Atau kamu mau saya keluarin ****** saya?" tanya pak Timbul . Milla mengangguk-angguk cepat. “ Iyah , keluarin aja , cabut dari anus saya..” “ PLAAK “ pak Solihin memukul pantatnya keras . “ awww, sakit..” jerit Milla . "Kamu nakal Milla. Kamu musti bilang pada setiap laki-laki kalau kamu suka sama ****** mereka. Karena itu kamu musti saya hukum lagi." Kata pak Timbul Pak Timbul sekarang mulai memukuli belahan pantat kiri dan kanan Milla, setiap kali pinggul Milla bergerak. Setiap pantat Milla mengejang kesakitan, rasa nikmat kembali mengalir di penis Pak Timbul. “ PLAAK” “ PLAAK “ "Ampuun, sakitttt, tolong aghhh ampun sakitt sekaliii …" rintih Milla . Milla terus merintih , menahan sakit , tapi Dia terus mengoyang pantanya . Kalau dia melambat ,Pak timbul memukul pantatnya . "Lebih cepat Milla, rasanya nikmat sekali. Mungkin saya bisa orgasme sebentar lagi." “ PLAAK “ “ PLAAK “ "Sakiiit, jangan pukullll . terusss ooohhh. Jangan, jangan…!" jerit Milla “ PLAAK “ “ PLAAK “ "Ampuun, sakiit!!" jerit Milla " Goyang pantat kamu yang cepat , Puasin saya Milla. Cepat!" bentak pak Timbul. Milla berusaha terus mengoyang pantatnya . cepat dan cepat . "Aaahhhh Milla, kamu cantik sekali. Pantat kamu indah sekali. Aaaahhhh, kamu milik saya Milla, dan akan saya entot setiap hari, eeehhhhggg, aaaahhhhhh. Selamanya, selamanya!" Sambil mengerang dan berteriak, akhirnya Pak Timbul mencapai orgasme, dan menyemprotkan spermanya ke dalam anus Milla, sementara tubuh Pak Timbul bergetar dan menggelinjang nikmat. Setelah selesai, Pak Timbul langsung mencabut dildo dari vagina Milla, agar Milla sendiri tidak bisa mencapai orgasme yang sedari tadi diinginkannya,membuat Milla merintih kecewa. Pak Timbul kemudian berbaring menindih punggung Milla, dan mendengarkan tangis Milla, sementara ia sendiri berusaha memulihkan tenaganya setelah orgasme tadi. Setelah beberapa menit Pak Timbul berdiri dan memandangi tubuh lemah yang indah di depannya. Milla masih terikat erat di atas kuda-kuda, tubuhnya basah karena keringat, rambutnya menutupi wajahnya, dan punggung serta pantatnya memar-memar keunguan. Ia melihat tangan dan kaki Milla juga membiru karena Milla berusaha melepaskan diri tadi. " Milla. Apa kamu Masih kuat?" Pak Timbul tersenyum dan berlutut di belakang Milla, kemudian mulai memasukan lidahnya di vagina Milla. Pak Timbul memutar-mutarkan lidahnya di bibir vagina Milla, sambil memasukan ujung lidahnya ke vagina Milla. Kemudian Pak Timbul menjilati clitoris Milla dan mengulumnya sesekali, dengan lembut dan perlahan. Milla dengan segera, kembali mengerang , Nafsunya meningkat kembali dan mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Pak Timbul dapat merasakannya , kemudian menarik lidahnya, menunggu gerakan Milla berhenti dan pinggulnya tak bergerak lagi. "Pak, saya mau keluar pak. Tolong buat saya keluar pak , saya mohon pak." rintih Milla mengiba iba . "Saya mengerti Milla, itulah indahnya!" Pak Timbul menunggu sampai Milla berhenti memohon-mohon dan terdiam. Milla hanya bisa kembali menangis . Pak Solihin yang melihat keadaan Milla , jadi heran “ Timbul , apa ini pengaruh obat yang kamu berikan tadi??? “ tanya pak Solihin . “ ha, ha, ha, benar sekali…” jawabnya . “ wah ,hebat sekali , bisa membuat dia memohon meminta orgame..” kata pak Solihin . “ Obat itu ,akan membuatnya memohon untuk dia bisa orgasme , Walaupun kita menyiksanya , dan dia merasa sakit sekali , tapi tetap saja dia bisa orgasme . Karena obat perangsang itu , mempengaruhi syaraf syaraf nya . kalau tidak dapat orgasme dia akan jadi seperti orang gila , lupa diri , rasa malunya hilang , seperti orang ketagihan morfin , Dia akan mengiba iba memohon orgasme..” terang pak Timbul . “ Ohh , begitu , lalu kalau dia sudah orgasme pengaruh obat itu selesai dong..” tanya pak Solihin lagi . “ Tidak begitu , setelah orgasme , dia kan terangsang lagi dan memohon untuk di buat orgasme lagi.. “ jawab pak Timbul . “ sampai berapa kali pak Timbul..” tanya pak Solihin.. “ ha ha ha.. tergantung daya tahan tubuhnya , kalau untuk gadis seperti Milla , saya kira 20 kali , baru obat itu habis pengaruhnya..” jawab pak Timbul . “ Kalau di biarkan saja , bagai mana..? “’ tanya pak Solihin lagi . “ Yah dia akan menderita , selama kira kira 10 jam, vaginanya akan terasa tak enak..” .jawab pak Timbul . “ wah, hebat sekali , kita mesti cari perawan nih..” kata pak Solihin . “ oh tidak bisa buat perawan , kecuali perawan itu pernah merasakan orgasme , pokoknya obat ini hanya berpengaruh pada cewek yang pernah merasakan orgasme , kalau dia belum pernah orgasme obat ini tak ada pengaruhnya..” jelas pak Timbul “ Wah , pak Timbul beli dimana obat itu..” tanya pak Solihin . “ He he. he walaupun saya Guru Fisika , tapi saya juga pernah sekolah apoteker..” kata pak Timbul . “ Maksud pak timbul , meracik sendiri obat itu..” tanya pak Solihin lagi . Pak timbul mengangguk . “ pak Solihin , kita bisa kerja sama , anda lebih jago , merayu cewek , sedangkan saya bisa membuat obat , ha ,ha , ha…” kata pak Timbul . Pak Solihin sudah mengerti maksud pak Timbul . Dan Dia menangguk tertawa . Pak Solihin menghapiri Milla , dengan lembut membersihkan sisa sisa lilin yang menempel di badannya . “ pak, tolong saya , ampun..” rintih Milla . Pak Solihin mengangkat wajahnya , lalu melumat bibirnya ,” Milla mau saya bikin orgasme yah..” tanya pak Solihin . “ mau pak, tolong bikin saya orgasme..” pintanya memelas . Pak Solihin ke belakang , lalu membuka belahan pantat Milla . Dan menjilati bibir vaginanya . Geterannya langsung menuju pusat syaraf di otak Milla “ ohhhh, iyahh ohhh teruss…” jeritnya . Pak Solihin terus menjilat , Milla makin mendesah desah . Tubuhnya menegang . tak sampai semenit Milla menjerit “ ahhhhhh , keluarrrrr…..” . Tubuhnya mengejet beberapa kali . “ ha ha ha mudah sekali membuat kamu orgasme Milla “ kata pak Solihin . Tangan lalu mengusap usap klitoris Milla , kembali Milla menegang “ ohhh , ahhh pak, Terusss…” . desah Milla . Pak Solihin terus mengobel klitorisnya . Dan tak lama Milla mengejet lagi “ keluarrrr……” . P ak Solihin terus mengobelnya . Milla mengejet terus ,dan gemetar . Setiap satu menit Milla berteriak “ keluarrr…” . lalu Milla menjerit meminta lagi “ lagi, lagi, pak itil saya gatel sekali , bikin saya keluarr lagiii..” . Begitu terus sampai Milla orgasme lebih dari 10 kali . Pak Solihin lalu membuka celananya . Lalu mengarahkan ke liang vagina Milla . Dan mendorong keras penuh nafsu . “ aggghhhh “ Jerit Milla. Pak Solihin terus mengoyang cepat . Dan Milla menjerit kesakitan juga kenikmatan . “ aghhhh… aghh terus, ahh teruss…” rintihnya . Pak Solihin terus menghajar , dan Miila sudah akan orgasme lagi “ ahhhh teruss, mau keluarr ” . Tapi Pak Solihin , berhenti dan segera mencabut penisnya . “ aghhh , tolong jangan di cabut, ahhhh tolong pak bikin saya keluar..” pinta Milla . Pak Solihin tersenyum melihat ke arah pak Timbul “ obat perangsang yang hebat.. ha ha ha” . Pak Solihin memandang ke wajah Milla yang sangat memelas “ kamu suka sama ****** saya Milla..” . Milla seperti orang kehausan akan sex lalu menjawab “ suka, suka masukin masukin di memek saya tolong” pintanya . “Oke Milla saya akan entot kamu dan bikin kamu orgasme , tapi bilang dulu , kamu dudak sex ku , kamu pelacur , kamu doyan ******…” kata pak Solihin tertawa . “ tolong pak , saya budak sex bapak , saya pelacur bapak , saya doyan ****** bapak, tolong entot saya, tolong bikin saya orgasme…” pintanya mengiba iba . Pak Solihin lalu kebelakang lagi , dan menghunus penisnya di liang sagama Milla “ ohh , aghhh iyahh teruss…” jeritnya . Sambil memegang pinggangnya pak Solihin menghentak keras vaginanya . Milla menjerit jerit , sambil mengoyang pantatnya . “ agghhhhh terusss ahhhh…” . tak lama Milla mengejet , dia orgasme . Pak Timbul mendekat “ gantian ..” katanya . Pak Solihin mencabut penisnya dari vagina Milla , dan Pak Timbul kini yang me******* Milla . dan Milla kembali mendesah desah . Pak Solihin lalu memaksa Milla mengulum penisnya . Milla orgasme lagi di entot pak Timbul . dan mereka lalu berganti posisi lagi . Pak Solihin me*******nya , dan pak Timbul memasukan penisnya di mulut Milla. Pak Solihin dan Pak Timbul terus bergantian , setiap kali Milla mengerang menikmati orgasmenya . Yang jelas setelah Milla orgasme lebih dari 10 kali , mereka baru ejakulasi . Pak Timbul di mulut , dan Pak Solihin di vaginanya . Mereka memberikan spermanya . Setelah itu , ikatan tangan Milla di lepas . Dan Milla ambruk , tak mampu berdiri . Dia terkulai lemas di lantai . Nafasnya tersengal sengal . .. Pak Solihin lalu menarik tubuh Milla dan membaringkannya di sofa . Milla terisak isak. Hari sudah mulai gelap . Tanpa terasa hampir seharian mereka menyiksa Milla .