rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Monday 9 June 2014

jeng yati 2

Jeng Yati,Istri Gatal 2 Jeng Yati terhenyak dan tubuhnya bergetaran seakan akan pingsan saat malam itu, di rumah yang sedang sepi, membuka selambu kamar kakak laki-laki ibunya, Pak De Sur untuk meminta uang saku yang biasa Jeng Yati minta. Di usia ke 18, secara nyata kedua kalinya melihat seperti Jeng Yati pernah membaca di buku putih yang dipinjami teman-temannya. Pak De Sur yang bujang lapuk, berumur sekitar 46 tahun, begitu sayang padanya bahkan Jeng Yati seringkali tidur bersama Pak de Sur yang suka memakai sarung dan kaos singlet saat tidur. Akhir-akhir ini memang, Jeng Yati sering kali terjaga dan tertidur kembali karena Pak De Sur tiba-tiba memeluk erat tubuhnya dan yang selama ini dirasakan Jeng Yati benda keras yang menekan punggungnya atau pantatnya tengah dilihatnya. “wwhh kontool…...kontol Pak De Sur ”desis Jeng Yati. “kontol laki-laki dewasa lagi..” Tanpa terasa selangkangannya lembab dan basah saat melihat bagaimana Pak De Sur sedang mengocok penisnya yang besarnya kurang lebih sebesar pegangan raket tenis dan dilihatnya Pak De Sur memejamkan kedua matanya dan… “Yaaaaatiiiiiiiiiii…………” desisnya dan dilihatnya penis Pak De Sur memuncratkan air mani yang tercecer di kasurnya, dimana hampir tiap malam ditiduri Jeng Yati bersama Pak De Sur. Jeng Yati begitu basah di selangkangannya, lendir dari liang vaginanya dan membasahi celana dalamnya. Sedikit berkunang-kunang karena melihat Pak De Sur mengocok penisnya, kemudian penisnya memuncratkan air mani dan Pak De Sur mendesiskan namanya saat Pak De Sur menyemburkan air maninya. Setelah itu, Jeng Yati sering kali menemui Pak De Sur mengocok penisnya baik di kamar atau saat Pak De Sur berlama lama di kamar mandi. Sedangkan Jeng Yati cepat-cepat ke kamarnya dan memeluk gulingnya yang selama ini teronggok di pojok kamarnya dan mulailah ia menggesek-gesek sang guling ke selangkangannya yang basah kuyup sampai hanya merasakan basah dan pantatnya tersentak sentak saat orgasme “Pak De Suuuuur …………..” desisnya. Tak lama dari kejadian pertama, mungkin karena senangnya mendapat nilai baik, seperti biasanya Jeng Yati langsung masuk kamar Pak De Sur karena seperti biasanya Pak De Sur akan memberi permen dan uang yang cukup banyak. Siang itu, Jeng Yati langsung masuk kamar Pak De Sur tanpa mengetuk pintunya, karena memang rumah sepi dan memang Jeng Yati ingin membuat kejutan dengan masuk pintu pelan-pelan dan membuka nilai-nilai ujiannya. Dua mata Jeng Yati melotot dan menatap tajam saat pagi itu, Pak De Sur tengah mengocok penisnya dan menciumi foto dirinya. “Yatiiiiii…….. ooocchhggggghhhhh …….” Jeng Yati melihat bagaimana Pak De Sur menciumi foto dirinya bersanggul sebesar 10R yang biasa di gantung di sebelah meja rias Jeng Yati...... “Ooohccfhh kamu Yatiiii ….. “ Pak De Sur merintih saat melihat Jeng Yati tengah terbengong-bengong “Siniiii Yatiiiii …..”Pak De Sur merintih. Jeng Yati pun dengan kebingungannya mendekat ke Pak De Sur dan tanpa terasa menjatuhkan buku raportnya. Jeng Yati begitu panggilan Pak De Sur menggema dan tanpa terasa selangkangannya menjadi lembab “Pak De Sur tadi pijat dan punya Pak De Sur yang ini belum dipijat…” kata Pak De Sur sambil menyorongkan batang kemaluannya yang pendek gemuk sebesar kaleng Axe. “Pijat ini Yatiii…” pinta Pak De Sur dan Jeng Yati pun dengan perasaan tak karuan Jeng Yati memegang penis Pak De Sur yang selama ini dirasakannya mengeras saat ditekan di punggungnya atau di pantatnya saat Jeng Yati tidur bersamanya. “Yatiiii…” Pak De Sur mendesis saat kemenakannya, Jeng Yati memegang penisnya yang sudah ngaceng berat. “Kocok Yatii…..” Pak De Sur memerintah Jeng Yati. “Pakai Minyak Yatiiiii….”perintahnya sambil menyodorkan botol baby oil ke Jeng Yati yang langsung menerimanya dan melumuri penis Pak De Sur dengan baby oil dan dengan kesadarannya Jeng Yati mengocok penis Pak De Sur tanpa dikomando karena celana dalam Jeng Yati sudah basah merasakan lendir dari liang vagina Jeng Yati mulai meleleh. Antara kesadaran dan kebingungannya Jeng Yati terus mengocok penis gemuk sebesar kaleng Axe Pak De Sur yang blingsatan merasakan elusan jari-jari tangan Jeng Yati “Paaak Deeee ……”Jeng Yati mendesah saat Pak De Sur meremas kedua payudara ranum Jeng Yati yang masih terbungkus BH tipisnya. Jeng Yati pun merasakan celana dalamnya basah saat dengan ganasnya kedua tangan Pak De Sur semakin liar meremas-remas kedua payudara ranum Jeng Yati. “Ayooo cepaaat Yatiiiii …. Paak Deee enaaaak …. Koocookk cepaaat …” Pak De Sur semakin blingsatan dan merasakan penis Pak De Sur membesar dan berdenyut-denyut cepat….. “Yaaaaatiiiiiii…..” dan muncratlah air mani Pak De Sur menyembur menyemprot nyemprot sehingga membasahi seragam SMA Jeng Yati. “Paak Deeeee……..” desis Jeng Yati mengetahui pertama kalinya melihat muncratnya air mani laki-laki dewasa yang keluar karena kocokan jari tangannya. Jeng Yati segera keluar kamar saat mendengar kunci ruang depan berputar dan dengan sedikit berlari ke kamar mandi karena ibunya yang sudah lebih dari 11 tahun minggat dari bapak Jeng Yati sehingga Bapak Jeng Yati tak mau menceraikan Bu Asih sehingga ibunya bukan juga janda. Bu Asih sedang membuka pintu depan pulang dari kerjanya sebagai guru. Ya, seorang ibu guru, ibu guru SD yang selalu gatal minta disetubuhi. Jeng Yati sempat menyambar handuk saat masuk kamar mandi. Ia pun tak kuasa mengontrol dirinya yang sudah kepalang basah merasakan basahnya celana dalamnya. ’ Karena nafsunya sudah membubung dimana kelentitnya dan bibir vaginanya dan vagina Jeng Yati begitu gatal, begitu masuk kamar mandi ia langsung melepas celana dalamnya bersama dengan rok seragamnya yang basah oleh air mani Pak De Sur. Jeng Yati pun duduk di closet dan mengkangkangan kedua kakinya dan jari-jarinya mulai menari nari menggosok ngosok kelentit nya dan bibir vaginanya yang sudah kegatalan. Hampir 5 menit ia mempermainkan kelentit dan bibir vaginanya dan mendekati klimaks orgasmenya….tapi “Yati ngapain kamu? Sini Pak De bantu…. Buka pintunya” Jeng Yati yang sudah amat sangat kegatalan membuka kunci dan pintu kamar mandi didorong oleh Pak De Sur dan mengunci pintu itu kembali dan langsung nyosor ke selangkangan keponakannya. “Aduuuuhhh Pak De Sur eeennnaaaagghhhhh iiitiiiiiilkuuuuu …. Tempiiiikkuuuuu ……” tak ada lagi kata tabu dan perasaan malu, Jeng Yati yang selama ini santun sudah mengatakan kata-kata itil ... tempik .... “Ampuuuun Pak De Suuuuuur..” Jeng Yati mendesah keras saat Pak De Sur menyedot-nyedot bibir vaginanya.. “Oooooggghhhhhh…..lidaaaahmuuuu Pak De Suuuuur….ampuuuun ngngngngngngn’ Jeng Yati mengerang saat lidah Pak De Sur menerobos masuk ke liang vaginanya yang masih perawan dan pantatnya yang mulai padat itupun tersentak-sentak hebat saat orgasmenya meledak pertama kali oleh tusukan lidah Pak De Sur. Sorenya Pak De Sur mengajak Jeng Yati untuk membeli hadiah atas hasil rapornya dan Pak De Sur membelikan alat-alat kecantikan dan sebuah kimono dan sebuah celana dalam aneh buat Jeng Yati sebuah celana dalam yang hanya bisa menutup bibir vaginanya yang sudah ditumbuhi bulu-bulu, yang Jeng Yati tahu setelah beberapa tahun, saat bersuami, bahwa nama celana dalam itu disebut G string, dan BH yang berlubang dimana hanya menutup payudara sekalnya yang ranum sedang membiarkan puting susunya yang kecil mencuat. Dengan senang hati, Jeng Yati menerima hadiah itu dan Pak De Sur tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang saat Jeng Yati akan memberikan kejutan pada ibunya. “Sssst nanti saja.. kan lebih baik kamu pakai dulu dan tunjukkan kamu dah bisa bersolek …”kata Pak De Sur . Jeng Yati pun menurut dan dengan keterbatasan pengetahuannya, ia bersolek memakai kaos dan memoles bibirnya dengan lipstik merah merekah. “Pakai ini Yati…” Pak De Sur menyuruh Jeng Yati melepas kaosnya dan ia menyerahkan bungkusan berisi G-String, BH bolong dan kimono. Jeng Yati pun menuruti permintaan Pak De Sur yang kemudian keluar kamar. Ia keluar kamar dan dilihatnya Pak De Sur sedang mengintip kamar Bu Asih, ibunya. Pak De Sur melihat Jeng Yati dan meletakkan jari telunjuknya di tengah-tengah bibirnya sambil mendekatinya. Jeng Yati hanya menurut saat Pak De Sur menyeretnya mendekati kamar Bu Asih, ibunya, sambil terus memberikan isyarat untuk diam. Jeng Yati pun terkesiap saat mengintip di dalam kamar ibunya. Dilihatnya Pak Lik Ali, yang biasa dipanggil Lik Ali, yang menyewa toko kecil di samping rumah Jeng Yati, tengah menggumuli ibunya yang setahu Jeng Yati tidak pernah lagi dikunjungi ayahnya lebih dari 11 tahun dan Jeng Yati begitu ingat saat berumur 5 tahun saat ibunya mengajak pergi dirinya ke tempat yang jauh dari bapaknya yang sekarang mereka tempati atas saran Pak De Sur, tersungkur. Jeng Yati dan bahkan ibunya sekalipun tak tahu dalam hati kecil Pak De Sur, yang awalnya ingin meniduri adiknya, Bu Asih. Tapi malah anak alias keponakannya Pak De Sur, Jeng Yati, menjadi incarannya. Pak De Sur akhir-akhir ini tak lagi kuat menahan nafsu birahinya, saat tidur bersama Jeng Yati, apalagi Pak De Sur jarang sekali pakai cawat saat tidur, sehingga tanpa sengaja penisnya menggesek paha ranum Jeng Yati. Jeng Yati hanya terperangah melihat ibunya, bukan saja digumuli Lik Ali, tapi Lik ALi sudah membuka resleting daster ibunya dan Lik Ali mengual kedua payudara montok ibunya dan dengan ganasnya Lik ALi meremas remas bahkan mulut berbibir tebal hitamnya tengah menyedot nyedot kedua puting susu ibunya dan Jeng Yati begitu serasa kedua matanya lepas saat dilihatnya kedua puting susu ibunya menyemburkan air susu. Jeng Yati teringat kata-kata Mbah Bejo, ibunya tidak akan hamil tapi kedua payudara montoknya akan mengeluarkan air susu apabila ada laki-laki yang menjilati kedua puting susu ibunya. Mulut hitam tebal Lik Ali terus menyedot-nyedot payudara kiri Bu Asih, ibunya dan payudara kanan Bu Asih, ibunya diremas-remas secara ganas oleh Lik Ali dan tangan kanan Lik Ali tengah memelorotkan celana dekil baunya dan mengeluarkan penis hitam panjang dan penis itu jauh lebih besar dari penis Pak De Sur yang hanya sebesar kaleng Axe. Penis hitam besar panjang Lik Ali yang sudah ngaceng pun berdenyut-denyut dan kepala jamurnya yang besar digesek-gesekkan ke vagina ibunya “Wwwwaaaaaduuuuuuugggggggghhhhzzzz.” ibunya mendesah berat dan mengelenggelengkan kepalanya… “Kenapa Bu Asih?” tanya Lik Ali “Koooontoooolmuuuu Lik Aliiiiiii…. Gedeeeee bangeeeetttzzzz….” Jeng Yati yang terangsang berat tak lagi kuasa menolak saat Pak De Sur menggelandangnya ke kamar Pak De Sur. Pak De Sur mengunci pintu kamar sambil memelorotkan sarungnya dan menubruk Jeng Yati sampai tertelentang di ranjang, Pak De Sur pun menciumi wajah Jeng Yati dan untuk pertama kali Jeng Yati merasakan bibir laki-laki yang Pak De Sur, pak denya sendiri melumat habis bibirnya Sementara kedua tangan Pak De Sur tengah meremas remas kedua payudara ranumnya yang tak lagi terbungkus BH. Tangan Pak De Sur pun terus menyusuri perutnya dan turun terus dan selangkangan Jeng Yati yang basah itupun langsung digosok-gosok jari-jarinya “Kamu dah teles, Nduk…. Torokmu dah basah, Yatiiii” Pak De Sur mendesah dengan kedua mata nanar, menggosok-ngosok vagina Jeng Yati Beberapa saat kemudian, Jeng Yati sudah tak dapat lagi mengontrol dirinya tersentak saat jari Pak De Sur menerobos masuk ke liang vaginanya. “Jangan Pak De Sur …”sergahnya. “Oohhh maaf kamu masih perawan,…..”kata Pak De Sur menyadari. Kalau begitu mulutmu aja” kata Pak De Sur langsung mengkangkangi Jeng Yati yang tidur tertelentang di ranjang kamarnya. Jeng Yati pun gelagapan saat penis Pak De Sur yang gemuk sebesar kaleng Axe menyeruak dan menembus bibir dan mulutnya, pertama kali dalam hidupnya, Jeng Yati melakukan oral dengan laki-laki yang tak lain Pak De Sur nya sendiri, kakak Bu Asih, ibunya Pak De Sur begitu bersemangat karena merasakan kelembutan mulut Jeng Yati yang terus gelagapan dan karena kesulitan nafas secara tak sengaja menekan penis Pak De Sur yang sudah berdenyut-denyut dan “Yaaaatiiiiiiiii…. Telan pejuuuuukuuuuuu, nddduuuukkkk……”rintih Pak De Sur saat penisnya berdenyut-denyut cepat dan creeet creeet creeet, air mani Pak De Sur memenuhi mulut Jeng Yati yang langsung tersedak dan terbatuk-batuk sehingga cairan putih itu pun keluar dari mulut Jeng Yati. Entah kenapa tiba-tiba Pak De Sur yang lemah lembut menempeleng wajah Jeng Yati yang wajahnya berlepotan air mani Pak De Sur “Maaf….”hanya itu keluar dari mulut Pak De Sur dan Jeng Yati pun menangis. Pak De Sur kebingungan sambil membersihkan air maninya di wajah Jeng Yati. “Maaaf … ssst diaam Yatiii …..Pak De gak kontrol karena saking enaknya sama kuluman mulutmu….” “Pak Deeee…” Jeng Yati mendesah saat Pak De Sur yang merasa bersalah menempelengnya menyusupkan kepalanya di antara selangkangannya. Terbayanglah wajah Mbah Bejo yang pernah mengoral vagina Jeng Yati tapi Pak De Sur ini begitu lembut dan tak kurang dari 2 menit Jeng Yati langsung merasakan orgasme oleh oral Pak De Sur. Pak De Sur langsung paham, atas kelemahan Jeng Yati dan Pak De Sur menelentangkan kedua kaki Jeng Yati terjuntai ke lantai dan kembali Pak De Sur menjilati vagina Jeng Yati dan dalam satu jam Jeng Yati telah merasakan 6 kali orgasme dan akhirnya Pak De Sur pun menyodorkan penisnya ke mulut Jeng Yati dan kedua insan berbeda usia jauh itupun saling jilat dan sedot dengan posisi 69. Pak De Sur sangat tahu Jeng Yati sangat liar saat selangkangannya, vaginanya dijilati bahkan Jeng Yati seperti gila dan ganas kalau wilayah sensitinya itu disedot-sedot. Pak De Sur mengerti kalau kemenakkannya semakin beringas saat tempik Jeng Yati ditarik dan dipelintir oleh jari-jari besar dan keriput sementara vaginanya dijilati dan dijejali oleh lidah Pak De Sur. Maka setiap malam tiba, Pak De Sur menghampiri Jeng Yati setelah Jeng Yati selesai belajar dan Jeng Yati hanya mengkangkangkan kedua kakinya, baik saat Jeng Yati masih duduk di kursi belajarnya atau saat Jeng Yati tengah berdiri menyiapkan buku-buku pelajarannya karena kepala Pak De Sur sudah menyusup ke roknya mengendus-endus selangkangannya yang masih memakai celana dalam. “Mmmaaaaaa’ aaaaaffffffzzzz Paaaak Deeeeee …….”Jeng Yati mendesah tak tertahankan dan kedua tangannya meremas-remas rambut Pak De Sur begitu Pak De Sur menyibak celana dalamnya dan lidah nakal Pak De Sur menyapu itil dan bibir vagina Jeng Yati yang langsung berkelejot. Pak De Sur sudah menguasai Jeng Yati menjadi seperti gila dan ganas dan tubuh Jeng Yati meliuk-liuk saat bibir vaginanya mulai di tarik dan dipelintir oleh jari-jari besar dan kasar namun Jeng Yati hanya pasrah saat Pak De Sur sudah menyedot-nyedot bibir vaginanya dan kurang dari 4 menit Jeng Yati pun menyambak rambut Pak De Sur dan menekan mulut dan bibir Pak De Sur ke selangkangannya, ke vaginanya saat orgasme Jeng Yati meledak dan disertai geraman dan lenguhan panjang Jeng Yati menyentak-nyentakkan pantatnya oleh ledakan orgasmenya. Selanjutnya mereka memposisikan diri dalam posisi 69, dimana dengan keahlian yang bertambah Jeng Yati mengoral penis Pak De Sur yang gemuk sebesar kaleng Axe sampai akhirnya Pak De Sur menyemburkan air maninya diwajah keponakannya sendiri, Jeng Yati. Pak De Sur begitu puas atas pelayanan keponakannya, Jeng Yati yang kini tergolek lemas. Kini Pak De Sur tak perlu lagi mencari pelacur atau teman-teman wanitanya hanya untuk mengoral penisnya. Memang Pak De Sur belum pernah merasakan vagina perempuan sampai suatu malam ############################### Di bawah kesadaran di atas kenikmatan Sudah 2 minggu ini Pak De Sur tak bisa merasakan mulut dan sepongan keponakannya, Jeng Yati yang ikut Jambore pramuka, yang akan dilaksanakan selama 3 minggu. Malam itu, Pak De Sur benar-benar kecewa dan menenggak beberapa botol minuman keras bersama-sama teman-temannya hingga Pak De Sur benar-benar teler berat. Pak De Sur, kecewa saat kamarnya tak ada Jeng Yati dan memang untuk kedua kalinya Pak De Sur teler berat, cuman malam ini sepi sekali dan Pak De Sur mengingat-ingat kejadian beberapa tahun silam saat dia teler berat juga Saat itu, jauh sebelum dia suka menekan-nekankan penisnya ke punggung Jeng Yati, tak biasanya Pak De Sur sampai diantar oleh teman-temannya pulang, sampai-sampai dia dibonceng ditengah-tengah kedua temannya menaikki motor. Begitu sampai depan rumah, teman-teman Pak De Sur cepat-cepat menyingkir saat mereka tahu ada lampu mobil patroli dari jauh. Pak De Sur pun agak terkejut dalam mabuk karena pintu depan tidak terkunci dan Pak De Sur semakin bingung dalam mabuknya tak ditemui adiknya Bu Asih, yang dilihatnya semakin hari semakin menggairahkan dimana payudara montok adiknya, Bu Asih, semakin montok dengan kedua payudaranya dan pantatnya bertambah dan bahenol, tapi Pak De Sur juga agak curiga, jangan-jangan adiknya, yang minggat dari suaminya hampir 8 tahun, waktu itu hamil, karena ada perubahan di tubuh sintalnya dimana perut adiknya, Bu asih, sedikit membuncit. Dengan terseok-seok, Pak De Sur sampai ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya dan tubuhnya sedikit merasa nyaman walaupun tetap berkunang-kunang, lemas dan kepalanya tetap berdenyut-denyut dan sangat pusing. Saat Pak De Sur keluar kamar mandi dilihatnya pintu tembusan ke toko kecil Lik Ali terbuka dan tubuhnya terseok-seok dan sempoyongan menuju pintu tembusan toko kecil Lik Ali. Pak De Sur mencium bau kemenyan dari arah jendela kaca ventilasi toko kecil Lik Ali dan Pak De Sur dengan berdebar-debar mendekati jendela kaca ventilasi yang terlihat sedikit terbuka karena sinar lampu neon Lik Ali menyebar. “Aaaaaampuuuun mbbbbaaaaaahhhbbhhhzzzzzz!!” terdengar rintihan Asih, adiknya. Sore harinya, sebelum berangkat minum-minum ke temannya, Pak De Sur sempat ngaceng penis sebesar kaleng Axe-nya saat adiknya berangkat menghadiri di sekolahannya yang malam itu memakai kebaya yang menonjolkan belahan payudara montok nya dan kain panjang ketat melilit di pantat bahenol Bu Asih. Mata Pak De Sur nanar dan kepalanya seperti tertimpa benda keras saat melihat adiknya Bu Asih yang terlihat cantik bersanggul sasak memakai kebaya dan kain panjang yang sudah awut awutan dimana kedua payudara montok berputing hitam terkual dan pantat bahenolnya terbuka tengah dikerubuti 3 pria tua. Asih Kedua mata adiknya melotot karena mulutnya disumpal penis hitam besar panjang Lik Ali yang dengan pelan tapi pasti terus melesak ke mulut adiknya sehingga terdengar suara “Hhhhhooooooocghh…..”keluar dari mulut Asih. Kedua mata Bu Asih, adiknya yang melotot mulai basah dan mengeluarkan air mata oleh tekanan penis hitam besar panjang Lik Ali di tenggorokan Asih. Tangan Asih menggapai ngapai dan Lik Ali menarik penis hitam besar panjangnya dan Asih mengelepar dan mendengus dengus “Mmmmmbaaaaaahhhhhhhhhghghghghghgh…….” Asih melotot lagi dan mulutnya tersumpal lagi oleh penis hitam besar panjang Lik Ali dan penis Pak De Sur pun mulai bergerak-gerak melihat liang vagina adiknya terbuka maksimal oleh sodokan penis berbintil-intil Mbah Bejo dalam posisi miring menghadapnya dengan kaki kiri diangkat Mbah Bejo dan kedua payudara montok berputing hitam diremas remas kuat laki-laki tua lainnya yang dikenal dengan Lik Mun yang juga tak kalah sangar, karena penisnya yang sebesar mentimun sudah ngaceng, mulut tebal hitamnya dengan rakus nya menyedot-nyedot payudara montok berputing hitam Bu Asih “Kkkkkoooooookkckckkckggghhhhhh……”terdengar suara aneh keluar dari mulut Bu Asih, adiknya seperti kerbau disembelih saat penis hitam besar panjang Lik Ali menekan tenggorokan Asih. Suara aneh seperti kerbau disembelih selalu terdengar Pak De Sur saat penis hitam besar panjang Lik Ali menembus tenggorokan Asih yang mengeluarkan air mata karena perlakuan Lik Ali menekan penis hitam besar panjang Lik Ali di tenggorokkan Bu Asih, adiknya. Penis Pak De Sur semakin ngaceng saat dilihatnya Mbah Bejo tengah menggenjot penis berbintil-bintil Mbah Bejo di dalam liang vagina Asih yang tak berdaya tengah dikeroyok oleh 3 pria tua yang berpengalaman memuaskan hasrat seksual wanita jablai seusianya yang selalu gatal. Pak De Sur semakin ngaceng penisnya melihat pemandangan adiknya..

No comments:

Post a Comment