rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Sunday 27 December 2015

Sengsara Membawa Nikmat 5




Sabeni yang mengkhawatirkan keadaan Maman segera membawanya ke klinik terdekat. Sementara Maman sedang menjalani pemeriksaan dokter, Sabeni dan Anna menunggu di luar dengan penuh kecemasan.
“Sabar ya, Pak... kita berdoa saja semoga anak Pak Sabeni tidak mengalami luka yang serius.” kata Anna berusaha menguatkan hati orang tua itu.
“Iya, Non.” kata Sabeni lirih, gurat kesedihan terlihat jelas di mukanya.
Selang beberapa lama kemudian dokter klinik itu keluar dari ruang pemeriksaan, Sabeni pun segera menghampirinya. “Gimana keadaan anak saya, dok?” tanya Sabeni.
“Keadaannya baik.. tidak ada luka yang serius, padahal kalau dengar ceritanya ngeri banget. Kondisi fisiknya memang luar biasa, baru kali ini saya lihat orang sekuat itu,” kata dokter memberi penjelasan pada Sabeni sekaligus memuji kondisi fisik Maman yang kuat dan tidak mengalami luka serius.

“Syukurlah, dok, kalau begitu. Kapan boleh dibawa pulang, dok?” tanya Sabeni.
“Hmm... hari ini juga sudah boleh dibawa pulang,” jawab dokter itu.
“Baiklah, dok, terimakasih untuk semuanya,”
“Sama-sama, Pak.”
Sabeni dan Anna pun masuk ke ruang pemeriksaan untuk melihat keadaan Maman. Di dalam dilihatnya Maman sudah tersadar, orang tua itu pun menghambur ke arah Maman dan memeluk anak bungsunya yang sudah sekian lama terpisah darinya, Sabeni merasa bahagia bisa bertemu dengan anaknya kembali.
“Maman... apa kabarmu, nak?” tanya Sabeni sambil menangis terharu.
“Baik.” jawab Maman singkat.
Berbeda dengan Sabeni yang merasa bahagia bertemu dengannya, Maman malah tidak merasakan kebahagiaan itu, sama sekali tak ada respect dalam dirinya pada sang abah. Sejak kecil Maman memang jarang mendapat perhatian dari abahnya, karena abahnya sibuk mengurusi ibu dan saudara-saudaranya yang sedang sakit keras. Sabeni pun mengerti sikap Maman kepadanya, dan sebagai orang tua Sabeni tak merasa tersinggung.
“Oh.. iya, perkenalkan ini Non Anna, orang yang telah banyak membantu abah.” kata Sabeni memperkenalkan Anna.
Maman dan Anna saling berjabat tangan.
“Anna,”
“Maman,”
Kedua mata mereka saling beradu. Maman menatap Anna dengan penuh kekaguman, baru kali ini ia bertemu wanita secantik bidadari. Tubuh Anna yang sintal dan molek dengan kedua payudara yang montok, ditambah lagi bau harum tubuhnya yang memenuhi ruangan itu mengundang hasrat setiap lelaki yang memandangnya. Maman hanya bisa menelan ludah sendiri, memandang wanita cantik di hadapannya benar-benar telah membangkitkan syahwatnya.
Sementara Anna merasakan sorot mata Maman begitu tajam dan kharismanya begitu kuat. Baru kali ini ia bertemu sosok lelaki seperti Maman, kesan sangar tapi maskulin dan cenderung badboys terlihat walau Maman bertubuh kerempeng. Selama ini Anna yang biasanya hanya bertemu laki-laki yang baik ramah dan sopan, namun saat melihat Maman, ia merasa seperti melihat dunia lain. Dan entah kenapa ada perasaan yang ia sendiri tidak tahu kenapa, ia merasa adrenalinnya terpacu. Ia merasa seperti ditantang, dan Anna tidak bisa melawan perasaannya. Muka wanita cantik itu terlihat merah tersipu.
Agak lama juga mereka bertatapan sambil berjabat tangan, sampai akhirnya,  “Maaf,...tangan saya...” kata Anna memecah keheningan.
“Oh.. iya, maaf.“
Anna masih terlihat tersipu, terlihat dari tingkahnya. Wanita cantik itu jadi salah tingkah saat berhadapan dengan Maman, ada perasaan lain dalam diri Anna pada lelaki kerempeng berkulit gelap itu. Semuanya itu karena Maman memang telah menggunakan ilmu pengasihan yang dimilikinya untuk menaklukkan Anna. Pesona kecantikan Anna begitu kuat memikat dirinya, membuat ia berkeinginan untuk memiliki wanita cantik itu. Pikiran pria kerempeng berkulit gelap  itu berubah menjadi pikiran-pikiran kotor, Maman membayangkan betapa nikmatnya bisa menyetubuhi wanita cantik yang ada di hadapannya ini.
”Lihatlah, nggak lama lagi kamu akan jadi milikku.” batin Maman dalam hati.
 Maman merasakan hubungan abahnya, Sabeni, dengan Anna begitu dekat dan ia juga menangkap adanya hubungan yang lebih dari sekedar majikan dan pembantu. Maman menjadi penasaran namun ia menyimpannya dalam hati. Kalau memang benar dugaannya, buat Maman tidaklah mengapa, justru ia bisa memanfaatkan hubungan itu untuk memuluskan keinginannya.
“Ikutlah dengan kami... nanti aku akan minta sama Den Hendra untuk bisa memberimu pekerjaan,” kata Sabeni pada Maman
Maman pun menerima ajakan abahnya, ia punya rencana licik terhadap Anna, ia ingin mencicipi tubuh Anna yang molek.
Hari telah beranjak sore. Setelah Anna menyelesaikan urusan administrasi, mereka bertiga beranjak pulang. Sampai di rumah Anna, waktu sudah menunjukkan pukul 17:30 hampir maghrib. Sabeni mengajak Maman pergi ke kamar belakang, sementara Anna pergi ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju.
Saat memasuki rumah Anna, Maman tertegun sejenak. Baru kali ini ia masuk rumah yang begitu mewah, begitu elegan, semuanya tertata rapi dan bersih. Barang-barang perabot di dalamnya pasti mahal harganya, berbeda dengan tempat tinggalnya yang dulu, kumuh. Keserakahan dalam diri Maman muncul saat itu juga, ia ingin menguasai semua harta yang dimiliki suami Anna, bagaimanapun caranya. Apalagi Maman punya ilmu pengasihan yang bisa menjerat mangsanya kapan pun ia mau.
”Suatu saat nanti semuanya ini harus jadi milikku,” batinnya saat itu, tersungging senyum licik dari bibirnya.
Di kamar belakang, Maman mengutarakan niatnya pada abahnya. “Aku tahu kalau abah punya ilmu kesaktian, tapi aku minta sama abah, jangan ganggu rencanaku untuk bisa memiliki semua harta milik suami Anna dan mencicipi tubuh moleknya. Dan aku juga tahu kalau abah punya hubungan khusus dengan wanita itu, jadi aku minta abah untuk tidak mengganggu rencanaku ini. Akan lebih baik kalau abah mendukung rencanaku,” kata Maman.
Sabeni menghela nafas sesaat, dirinya teringat akan kebaikan Anna dan Hendra yang sudah mengangkatnya dari lembah kenistaan. Tapi ia juga tidak mampu berbuat apa-apa untuk mencegah keinginan Maman.
“Hmm... baiklah, aku tidak bisa menghalangi keinginanmu. Tapi aku minta, jangan sampai kau menyakiti kedua orang itu, karena bagaimanapun mereka sudah banyak membantu abah.” kata Sabeni.
“Aku mengerti itu, abah. Aku tidak akan menyakiti mereka, aku hanya menginginkan hartanya dan istrinya saja,” kata Maman menegaskan.
Selepas maghrib Hendra sudah tiba di rumah,kebetulan hari itu Hendra pulang cepat dari hari biasanya. Mengetahui Hendra sudah pulang, Sabeni mengajak Maman untuk menemui Hendra di ruang tengah. Sabeni memperkenalkan Maman pada Hendra, kedua orang itu saling berjabat tangan.
Saat mata Hendra beradu pandang dengan Maman, entah mengapa ia merasa dirinya lemah. Hendra merasakan ada kekuatan di balik tatapan Maman, tatapan lelaki kerempeng berkulit gelap itu begitu kuat dan penuh kharisma. Sabeni pun memohon izin pada Hendra untuk bisa menerima Maman tinggal dan bekerja di rumah itu.
Di dapur, Anna tengah menyiapkan makan malam untuk mereka berempat. Karena pembantunya  sedang pulang kampung, jadi Anna sendiri yang harus menyiapkan makan malam untuk mereka.
Maman pergi meninggalkan Sabeni dan Hendra yang tengah bercakap-cakap dan beranjak ke kamar mandi yang terletak di sebelah dapur, niatnya mau buang air kecil. Tapi saat melewati dapur, Maman melihat Anna yang sudah selesai memasak dan sedang menyiapkan makan malam. Saat itu Anna mengenakan rok warna pink tinggi di atas lutut dan atasannya mengenakan tank top warna putih. Maman berdiri mematung dan menelan ludahnya sendiri saat melihat Anna membungkukan badan, rok mini perempuan itu terangkat ke atas dan memperlihatkan bongkahan pantat Anna yang membulat dan terlihat menggemaskan bagi pria yang melihat. Kedua paha Anna yang sekal dan putih mulus juga terpampang jelas di mata Maman. Jakun lelaki itu kontan bergerak naik turun menahan birahi, batang kontolnya terlihat menggembung di balik celana. Namun untuk saat ini dengan berat hati Maman harus bisa menahan syahwatnya, ia pun melangkah menuju kamar mandi yang ada di samping Anna.
Sebelum masuk ia menyapa wanita cantik itu, “Pembantunya kemana, Non?” tanya Maman.
“Oh... sedang pulang kampung, bang,” jawab Anna sedikit terkejut karena tidak menyadari kehadiran Maman sedari tadi. “Bang Maman mau ke kamar mandi ?”
“Iya nih.. udah kebelet dari tadi.” Maman masuk ke kamar mandi. Ia membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang kontolnya yang sudah mengeras. Ia mengelus batangnya sendiri menggunakan tangan kanan.
“Sabar, tong... nggak akan lama lagi kau bakal menikmati memeknya.” batin Maman saat itu.
Agak lama juga Maman berada di kamar mandi, hingga saat selesai dan keluar dari kamar mandi, Anna sudah tidak berada disitu. Rupanya ia sudah ditunggu oleh ketiga orang yang ada di ruang tengah untuk makan malam bersama.
 Selesai makan malam, kembali Sabeni dan Hendra duduk di ruang tengah nonton tv sambil minum teh, sesekali mereka tampak ngobrol. Anna membereskan semua yang habis dipakai makan malam. Maman yang melihat ada peluang untuk menuntaskan birahinya sedari tadi, dengan dalih membantu Anna yang sedang sibuk, ikut membantu membawakan piring-piring kotor ke dapur. Saat Anna sedang mencuci piring, Maman segera mendekati, gairahnya sudah naik sampai ke ubun-ubun,
“Haah...” Anna terkejut karena perlakuan Maman.
Maman meraih pinggang Anna dan membalikkan tubuh wanita cantik itu sehingga posisinya kini saling berhadapan, tangan kirinya membekap mulut Anna dan jari telunjuk kanannya mengatup di bibirnya memberi isyarat pada Anna untuk diam. Saat itulah kedua mata mereka bertemu, Maman menggunakan kesaktiannya yaitu ilmu penakluk sukma untuk melemahkan mental Anna, sedangkan Anna merasa seperti anak rusa bertemu seekor singa yang buas, tak berani melawan dan hanya bisa pasrah.
“Diam, manis... semua akan baik-baik saja kalau kau turuti keinginanku. Sudah sejak tadi aku menginginkan ini, tubuhmu yang molek membuatku tak bisa menahan gairah.” kata Maman setengah berbisik.
Pengaruh ilmu penakluk sukma telah merasuki jiwa Anna, ia tak kuasa untuk menolak bahkan melawan. Anna sekarang seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, ia pasrah saja saat maman meraih lengannya dan menariknya untuk bergeser ke tempat yang lebih kering. Maman menyuruh wanita cantik itu duduk di meja dapur yang terbuat dari granit, lalu Maman menyingkap rok mini wanita cantik itu ke atas. Maman melepas celana dalam Anna dan meletakkannya begitu saja di lantai, lalu menyingkap tank top yang dikenakan Anna ke atas hingga memperlihatkan payudaranya yang montok. Maman melepas pengait bh Anna dan mencaplok kedua payudara Anna yang montok secara bergantian dengan buasnya, nafasnya terdengar memburu karena terbakar birahi. Kedua putingnya yang memerah juga tak luput dari permainan Maman, sesekali tangannya meremasi benda kenyal itu.
Anna menggelinjang saat puting payudaranya digigit kecil oleh Maman. “Aaaakkkhhhhh...”
Kini Maman beralih ke selangkangan Anna. Vagina Anna nampak bersih dan terawat, baunya pun harum, bibir kemaluannya berwarna kemerahan. Dengan penuh nafsu Maman menjilati vagina Anna, sesekali lidahnya menyentil-nyentil bagian klitoris vagina wanita cantik itu, membuat wanita cantik itu menceracau tak karuan.
“Aaaaaaaaarrrrrrrrrgggghhhhhh..!!”
Dengan menggunakan jari tengahnya, pria kerempeng berkulit gelap itu mengocok kemaluan Anna, sambil tangan kirinya meremasi payudara wanita cantik itu. Kocokan jari tengahnya di vagina Anna semakin lama menjadi semakin cepat hingga akhirnya Anna mendesah panjang, wanita muda itu telah mencapai puncak kenikmatan, mulutnya menganga membentuk huruf O, tubuhnya melengkung indah.
“Aaaaaaaaaaakkkkkkkkhhhhhh...” Cairan berwarna bening mengucur deras dari kemaluan Anna, Maman menyeruput cairan cinta itu. “Srrruuuupppttt...”
Untuk sesaat Anna menyandarkan tubuhnya pada dinding dapur, selepas orgasme tubuhnya terasa lemas. Harus diakuinya lelaki kerempeng berkulit gelap itu telah memberinya kepuasan luar biasa, tatapan matanya nampak sayu. Maman berdiri, lalu meraih tengkuk Anna, bibirnya yang monyong memagut bibir Anna yang ranum. Anna yang tengah dibakar birahi membalas pagutan itu, lidahnya mengait lidah Maman.
Sungguh pemandangan yang begitu erotis, seorang wanita secantik bidadari dengan tubuhnya yang molek tengah bercumbu dengan seorang lelaki kerempeng berkulit gelap dengan wajahnya yang jauh dari kata ganteng alias buruk rupa. Lidah mereka saling mengait, kemudian ciuman Maman turun ke leher Anna yang jenjang, disana ia mencupangi leher wanita cantik itu hingga meninggalkan bekas kemerahan. Setelah itu Maman membuka celana dan memelorotkannya, batang kontolnya nampak sudah menegang keras.
Melihat batang kontol Maman yang besar panjang dan berurat, serta warnanya yang hitam membuat wanita itu bergidik. Anna merasa batang kontol Sabeni sudah sedemikian besarnya, ternyata masih ada yang lebih gede lagi. Maman menyilangkan kedua kaki Anna ke samping kiri  dengan kedua paha merapat, lalu ia mulai memasukan batang kontolnya ke dalam vagina wanita cantik itu. mata Anna mendelik saat dari sampingnya benda tumpul segede pentungan itu menerobos liang kemaluannya. Anna merasakan kemaluannya penuh oleh batang kontol Maman, rasanya nyeri.
“Auuuwww... s-sakit, bang. Pelan-pelan!!” pintanya pada Maman.
“Tenang, manis. Awalnya aja yang sakit, nanti lama-lama juga enak.” jawab Maman dengan senyum mesumnya.
Perlahan dia mulai menggenjot kemaluan Anna, Maman mengangkat kaki kanannya dan bertumpu pada meja dapur. Maman merangkul tubuh Anna yang molek dan sesekali mengenyoti payudara montok wanita itu. Maman terus menggenjot vagina Anna, gerakannya semakin lama menjadi semakin cepat dan cenderung kasar. Anna yang awalnya tadi merasakan nyeri dan sakit di selangkangannya, kini berangsur-angsur berubah menjadi rasa nikmat yang luar biasa. Anna memejamkan matanya meresapi kenikmatan yang mulai menjalar di tubuhnya, desah kenikmatan keluar dari mulutnya.
“Akh.. akh.. akh.. akh.. akh.. terussss, baaaang!! Enaaaaakkk.. ouuuggghhh..” 
Hanya berlangsung selama sepuluh menit Maman menggenjot vagina Anna dalam posisi kedua kaki menyilang dengan kedua paha merapat, tapi sudah mampu mengantarkan Anna melayang-layang ke atas awan. Maman kemudian merubah posisi bercintanya, ia membuka lebar kedua paha Anna dan kembali ia menusuk vagina Anna dari depan, dengan tempo awalnya pelan dan semakin lama semakin cepat.
Selang lima belas menit kemudian Maman merasakan seperti ada yang mau meledak dari dalam dirinya, dia hampir mencapai puncak. Bersamaan dengan itu Anna merasakan hal yang sama. Maman mendekap erat-erat tubuh Anna, sampai akhirnya keduanya mencapai puncak secara bersamaan
“Haaaarrrrrrrrrggggggghhhhh...” Maman menggeram saat di puncak kenikmatan. Lahar panas menyembur dari batang kontolnya mengisi rahim Anna, spermanya bercampur dengan cairan cinta Anna.
Napas keduanya tedengar tersengal-sengal, walaupun sebentar keduanya merasakan kepuasan yang luar biasa. Maman melepas batang kontolnya dari kemaluan Anna, nampak lelehan cairan putih kental keluar dari vagina Anna. Maman mengenakan celananya kembali, ia memungut celana dalam anna, menciumnya sebentar dan memasukkannya ke dalam saku.
“Ini biar saya yang simpan,” kata Maman.
Anna juga sudah merapikan pakaiannya kembali namun tanpa memakai celana dalam, setelah itu Anna melanjutkan pekerjaanya kembali, sementara Maman sudah ngeloyor keluar menuju kamar belakang.
Malam pun beranjak semakin larut, para penghuni rumah itu sudah tidur. Sabeni tidur di kamar belakang bersama Maman, sementara Anna malam itu belum bisa memejamkan matanya, Hendra sudah pulas tidurnya. Anna hanya senyum-senyum sendiri mengingat peristiwa tadi, kini di rumah itu ada dua pejantan yang akan memberinya kenikmatan,
“Bapak dan anak itu memang orang-orang luar biasa,” batinnya saat itu.
Anna memejamkan mata hingga akhirnya ia tertidur dan tenggelam dalam mimpi indahnya. Hari-hari ke depan ia akan ditemani dua pejantan tangguh.

***

Pagi hari yang cerah. Anna terbangun dari tidurnya, ia lihat suaminya sudah rapi mengenakan pakaian dan hendak berangkat kerja.
“Aku berangkat dulu ya, sayang.. takut nanti di jalan macet,” kata Hendra sambil mengecup kening Anna.
“Hati-hati, sayang. Aku selalu menunggumu,” jawab Anna.
Hendra berangkat ke kantor dan meminta pada Maman untuk mengantarkan karena supir kantor yang biasa menjemputnya sedang sakit. Sementara Anna masih tiduran di ranjang, ia masih ingin bermalas-malasan di kamarnya. Urusan pergi ke butik ia rencanakan agak siangan sedikit sambil menunggu Maman pulang setelah mengantar Hendra berangkat ke kantor.
“Tok... tok... tok...” terdengar ketukan di pintu kamar.
“Masuk,  Pak,” jawab Anna, tahu kalau yang mengetuk pintu adalah Sabeni.
Anna melihat Sabeni masuk ke kamarnya sambil tersenyum, wajahnya yang keriput tapi penuh kharisma membuatnya selalu hormat pada orang tua itu. Ia dan suaminya sangat menghormati Sabeni. Dan dari orang tua itu pula ia banyak mendapatkan pengalaman bagaimana berhubungan seks; dari seorang wanita lugu yang masih perawan dan belum pernah tahu rasanya berhubungan seksual, kini Anna menjadi wanita yang  pintar dalam bersetubuh. Walaupun awalnya berhubungan bukan atas kemauannya, melainkan atas kemauan suaminya, namun selama tiga bulan ini hubungannya dengan orang tua itu begitu intens, dan Anna selalu mendapat kepuasan selama berhubungan intim dengan Sabeni.
Walaupun usianya sudah lanjut dan tubuhnya kurus kerempeng dengan kulitnya yang keriput, ditambah lagi wajahnya itu jauh dari kata ganteng, tapi soal urusan ranjang Sabeni masih garang, Anna selalu dibuat terkapar olehnya.
 “Nggak kerja, Non?” tanya orang tua itu.
“Ntar, Pak. Siangan aja,” jawab Anna.
Sabeni duduk di samping wanita cantik itu. “Non kelihatan cantik sekali pagi ini, Bapak jadi pengin.” kata Sabeni lirih sambil mendekatkan wajahnya pada Anna
Orang tua itu memagut bibir Anna yang ranum dengan bibirnya yang tebal. Anna membalas ciuman Sabeni. Pagi itu kedua anak manusia berlainan jenis dan terpaut usia yang cukup  jauh itu bercumbu dengan panasnya. Lidah mereka saling berkaitan dan bertukar air liur. Sabeni yang sudah terangsang  menggerakkan tangannya meraba payudara montok  Anna  dari balik kimononya.
Terdengar erangan dari Anna saat tangan keriput menggerayangi kedua payudaranya. Kedua tangan Anna  merangkul  Sabeni dengan erat, membuat Sabeni terguling ke samping. Lalu Anna meraih wajah keriput dan kepala botak Sabeni. Sabeni  mengalihkan ciuman dan jilatannya ke telinga kiri Anna. Telinga memang salah satu titik rangsang bagi wanita muda ini.
“Ohhh... paaak!! Terusss.. geliii..” desah Anna sambil memejamkan mata, menikmati jilatan dan ciuman Sabeni.
Percumbuan itu semakin memanas. Sabeni mengarahkan ciuman dan jilatannya ke leher jenjang Anna, Anna pun semakin tak terkontrol. Kepala botak Sabeni diremasinya, ciuman dan jilatan lelaki tua  itu meninggalkan bekas cupangan ke leher  Anna, membuat Anna makin terangsang. Ia memejamkan mata menikmati setiap jilatan dan ciuman Sabeni di lehernya. Sabeni menghentikan ciumannya. Wajah nakalnya tersenyum pada Anna.
“Non, bapak ingin netek dan nyusu. Boleh?” ujar lelaki tua itu menyeringai.
“Emang Bapak belum minum susu?” canda Anna  manja sambil meleletkan lidah.
Lidah itu kemudian disambar oleh Sabeni, mereka kembali berciuman dengan panasnya. Tangan keriput Sabeni  menarik kimono Anna. Kini terpampang jelas dua buah dada milik Anna yang putih sekal dan montok, dihiasi puting berwarna merah muda yang sudah mengacung keras. Segera saja bibir tebal Sabeni mengulum buah dada bagian kanan Anna. Buah dada Anna yang montok itu habis masuk ke mulut Sabeni. Sembari mengemut, Sabeni memainkan lidahnya di puting merah muda itu.
“Oooouuugggghh... Paaak... enaaak...” desah Anna menggelinjang. Bergantian Sabeni mengemut dan menjilati dua buah dadanya.
Tak mau diam, tangan kanan lelaki tua itu meraba selangkangan Anna  yang tertutup oleh celana dalam berwarna merah muda. Ia lalu memasukkan tangan kanannya yang keriput ke dalam CD yang dikenakan Anna dan menggosok permukaan vagina Anna  yang mulai basah itu. Desahan Anna semakin terdengar. Tangannya menekan kepala botak Sabeni agar terus menghisapi buah dadanya. Sementara kakinya mengangkang lebar, membiarkan dua jari tangan kanan Sabeni memasuki lipatan vaginanya.
“Ooohhh... enaaak, Paaak… terusss!!” desah Anna semakin liar.
Jari-jari tangan Sabeni sudah basah oleh cairan vagina Anna yang mulai mengalir akibat rangsangan di payudara dan lubang kemaluannya. Anna menarik kepala Sabeni dan menciumi mulutnya. Keduanya berpagutan dengan amat bergairah. Desisan dan desahan Anna tertutup oleh ciuman lembut dan jilatan nakal Sabeni. Anna yang semakin bergairah berinisiatif membuka kaos Sabeni.
Sabeni menghentikan sementara kocokan jarinya di lubang vagina Anna dan pasrah saat kekasih mudanya itu melepas kaosnya. Keringat sudah membuat tubuh tuanya mengkilat. Terlalu sering berhubungan dengan orang tua itu membuat Anna semakin agresif, ia lalu menciumi leher Sabeni hingga membuat lelaki tua itu mendesah keenakan.
“Aaaaahhh… enak, Non... oooh!!” Sabeni  mendesah memejamkan mata, kepalanya menengadah. Di satu sisi dia kaget dengan sikap Anna yang mulai liar. Selama berhubungan dengannya, Sabeni  selalu menjadi pihak yang aktif. Kini Anna yang berubah agresif dan menjilati tubuhnya yang sudah basah oleh keringat. Sabeni amat menikmatinya. Ia merasa amat beruntung.
Anna sendiri merasakan gairahnya pagi itu begitu menggebu-gebu, apakah ini efek dari tadi malam setelah disetubuhi Maman dengan liar. Tangan mulus wanita cantik itu menggerayangi batang kontol Sabeni yang masih tertutup celana. Sabeni  semakin belingsatan. Tubuhnya menegang dan desahan keluar dari mulut lelaki tua itu. Anna tersenyum puas atas keberhasilannya dalam merangsang  Sabeni. Ia lalu menciumi kembali mulut Sabeni, sementara tangan Sabeni kembali memeras payudara Anna dengan lembut. Anna kemudian menghentikan rangsangannya sesaat. Hal ini membuat Sabeni heran.
“Kok berhenti?” ujarnya.
Anna hanya tersenyum nakal tidak menjawab pertanyaan Sabeni, ia malah memelorotkan celana Sabeni hingga membuat batang kontolnya yang besar dan hitam itu meloncat dari balik celananya. Batang kontol itu memiliki urat-urat yang menonjol. Kepalanya  yang disunat berwarna hitam kecoklatan, amat besar seperti kepala jamur. Batang kontol itu ditumbuhi bulu jembut lebat keriting berwarna hitam. Anna menatap dan memegangi batang kontol besar dan hitam tersebut, lalu perlahan lidahnya mulai menjilat batang kontol Sabeni, bak anak kecil menjilati permen.
“Ooooohhh.. enak, sayaaaaang!!” desah Sabeni.
Anna semakin semangat menjilati batang kontol Sabeni yang berurat itu. Lidahnya  membasahi batang kontol Sabeni hingga terlihat mengkilat. Aroma khas kejantanan lelaki tua itu membuat Anna semakin terangsang. Vaginanya mulai basah oleh perbuatannya sendiri. Anna menjilati seluruh permukaan batang kontol Sabeni yang gede  dengan telaten. Tak semili pun yang ia luput untuk dijilati. Tangan mulus Anna meremas buah zakar Sabeni dengan lembut.
Perlakuan ini semakin membuat Sabeni mendesah penuh nikmat. Matanya terpejam, mulutnya menganga dan ia menengadahkan kepala. Sesekali ia melihat reaksi Anna menjilati batang kontolnya. Mata Anna mengerling nakal padanya. Pemandangan wanita cantik muda menjilati batang kontolnya membuat Sabeni makin terangsang.
Anna sendiri semakin liar. Ia kini menjilati lubang kencing di kepala penis Sabeni. Tak puas dengan itu, Anna lalu mengulum kepala penis lelaki  tua itu. Kepala penis hitam kecoklatan yang besar itu dijilatinya dengan lembut. Anna berusaha memasukkan batang kontol besar  milik Sabeni ke mulutnya.
“Aaaaaahhh.. enak bangeeet, sayaaang,“ desah Sabeni
Sabeni lalu memegangi kepala Anna dan membimbing wanita muda itu untuk bisa mengulum batang kontolnya. Tentu saja mulut Anna yang mungil tidak sanggup menelan seluruhnya kontol Sabeni yang besar. Sesekali nampak wanita itu tersedak dan seperti kelolotan.
“Jangan dipaksa, sayaaang,“ ujar Sabeni dengan suara berat menahan nafsu
Mata Sabeni  berubah sayu, ia mendesah merasakan hangatnya mulut dan lidah Anna dalam memanjakan batang kontolnya. Batang kontol besar Sabeni kini menegang dengan maksimal. Tak ingin memuntahkan air mani ke mulut Anna, Sabeni segera menarik Anna dan mencium mulutnya. Ciumannya berubah menjadi ganas dan liar. Anna membalasnya dengan tak kalah semangat. Sambil berciuman, tangan kiri Anna masih mengocok batang kontol kekasih tuanya itu.
Sabeni yang sudah terangsang berat, lalu menindih tubuh Anna yang sintal dan molek. Sungguh pemandangan yang erotis, seorang lelaki tua bertubuh kurus kerempeng berkulit hitam tengah menindih wanita cantik bertubuh sintal dan molek yang putih mulus, sambil terus bercumbu. Warna kulit keduanya terlihat kontras. Sabeni mengangkangkan kaki Anna lebar-lebar. Ia melepas celana dalam milik Anna. Wanita itu pun membantu dengan mengangkat pantatnya. Sabeni membuang begitu saja celana dalam Anna ke lantai, lalu dengan ganas lelaki tua ini menyasarkan ciuman dan jilatannya ke lubang vagina Anna.
“Ooooh... Paaakkk... enaaaaak,“ desah Anna.
Sabeni membuka lipatan vagina Anna dengan dua jarinya, vagina itu terlihat merekah memperlihatkan isi dan klitorisnya yang berwarna merah muda. Nafsu Sabeni yang sudah di ubun-ubun membuat lelaki tua ini segera mencium dan menjilati vagina Anna. Kelentitnya juga dijilati olehnya. Anna merasa gatal yang amat sangat di vaginanya saat lidah kasar dan basah Sabeni menjilati vaginanya. Sembari menjilat, jari tangan orang tua itu juga mengobok-ngobok lubang kenikmatannya. Hal ini membuat Anna semakin menjerit. Ia meremas sendiri payudaranya, matanya terpejam dan kepalanya menengadah.
Ia mendesis dan mendesah, “Ohh...  iyahhh paaaak… enaaakk!!”
Lubang vagina Anna semakin becek oleh cairannya sendiri. Cairan itu membasahi dua jari Sabeni  yang terus asik mengocoknya. Tak butuh waktu lama, Anna merasa seperti terbang ke awang-awang. Lubang vaginanya semakin gatal dan ia semakin meremas payudaranya sendiri.
“Ooooohh... Paaak, a-a-aku sampeeee...” ceracau  Anna saat orgasmenya datang. Dia menekukkan badannya ke atas, matanya terpejam dan akhirnya cairan orgasmenya menyemprot keluar dengan derasnya.
Sabeni tersenyum puas melihat Anna orgasme dengan dahsyat. Ia menjilat cairan yang terasa gurih itu. Sabeni lalu naik menindih tubuh lemas Anna. Mulut dan lidahnya kembali menjilati leher, telinga dan payudara Anna. Tak butuh waktu lama bagi Anna untuk pulih dari lemasnya. Ia membalas cipokan Sabeni di mulutnya dan tubuhnya siap untuk menerima sodokan batang kontol kekasih tuanya itu. Sabeni segera merentangkan kedua kaki Anna dan meletakkan ke bahunya.
Tangan kanan Sabeni membimbing kontol besarnya yang berwarna hitam untuk memasuki lubang vagina Anna. Meski sudah sering berhubungan, Anna masih deg-degan saat kepala kontol Sabeni yang besar mencoba memasuki liang kemaluannya. Sabeni mencoba menguak lubang vagina Anna dengan dua jarinya. Setelah merasa kepala penisnya terjepit bibir vagina Anna, lelaki tua itu mencoba mendorong kontolnya masuk.
“Oooohhhh...” baik Sabeni maupun Anna sama-sama mengeluh merasakan nikmat. Sabeni merasa, meski sering berhubungan dengan Anna, namun lubang vagina wanita itu masih terasa sempit.
“Jangan dibuat tegang, Non. Santai saja ya,“ ujar Sabeni dengan suara berat menahan nafsu.
Anna pun mencoba santai, yang membuat kepala penis Sabeni bisa terjepit sempurna di bibir vaginanya yang mulai terkuak. Perlahan Sabeni mendorong kontolnya masuk dengan dibantu oleh cairan vagina Anna, kepala penis besar itu bisa masuk perlahan.
“Oogggghhh.. enaknya!!” desah Sabeni sembari memejamkan mata.
Anna pun mengerang menahan perih, sekaligus nikmat. Sabeni merasa kontolnya dijepit dengan sempurna dan diremas-remas oleh dinding vagina Anna. Ditarik sedikit, kemudian ditekan lagi, begitu berulang-ulang. Batang kontol Sabeni yang menggesek klitoris Anna, membuat wanita muda ini amat terangsang. Cairan vaginanya semakin banyak tertumpah. Kontol Sabeni pun perlahan masuk dan akhirnya hampir seluruh batang kontolnya masuk sempurna ke lubang vagina Anna.
Sabeni mendiamkan batang kontolnya sejenak, meresapi kenikmatan pijatan dinding vagina  Anna. Anna pun merasa liang vaginanya terasa penuh. Wanita ini mendesah penuh nikmat, menikmati setiap kedutan urat penis Sabeni di dalam vaginanya. Sabeni mulai menggenjot batang kontolnya yang hitam dan besar ke vagina Anna. Keluar masuk, secara perlahan dan penuh perasaaan.
Tubuh Anna dan Sabeni sudah basah oleh keringat. Tubuh hitam kerempeng Sabeni tampak mengkilat, pantatnya mulai bergerak maju mundur seiring upayanya menggenjot batang kontolnya ke vagina Anna. Di kamar itu kini terlihat tubuh hitam kerempeng Sabeni menindih dan mengangkangi tubuh putih mulus Anna. Terlihat amat kontras dan seksi. Anna sendiri sudah pasrah oleh nikmat birahi. Wajah cantiknya terlihat menikmati setiap genjotan batang kontol Sabeni. Matanya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan.
Sabeni semakin memacu tubuhnya dengan penuh tenaga. Kedua kaki jenjang Anna tersandar di bahunya. Ia semakin terangsang melihat reaksi muka Anna. Pejantan tua ini mendengus setiap kali kontol besar hitamnya menembus vagina Anna, otot-otot tubuhnya menegang dan terlihat seksi.
Sekitar 10 menit adegan ini berlangsung dan Anna merasa dinding vaginanya semakin berdenyut. Ia merasa lubangnya terasa penuh dan rasa gatal menghampiri dirinya. Rasa gatal di vagina Anna semakin terasa, ia merasa tubuh dan wajahnya panas. Keringat makin membasahi tubuhnya dan payudaranya menjadi kencang karena terangsang. Desahan wanita ini semakin terdengar  saat orgasmenya datang. Anna merasa vaginanya berkedut semakin kencang dan akhirnya wanita cantik ini pun berteriak.
“Aaaaaaaaaaaahhh... Paaaakkk... aku sampeeee!!” wanita ini melengkungkan tubuhnya ke atas, matanya tinggal tampak putihnya saja dan mulutnya terbuka. Wajah cantiknya memerah. Orgasme kedua Anna kali ini begitu dahsyat, membuat tubuhnya lemas.
Sabeni merasa kontolnya dipijat semakin kuat oleh dinding vagina Anna, saat wanita cantik itu orgasme. Kepala penis lelaki tua ini terasa gatal begitu dipijat oleh tenaga konstraksi dahsyat. Sabeni merasa orgasmenya akan segera datang, ia pun mempercepat genjotannya, lalu menanamkan batang kontol besarnya sedalam mungkin ke lubang vagina Anna. Urat-urat kontol lelaki tua ini berkedut-kedut dan akhirnya menggeram bak kesurupan. Otot-otot tubuh dan pahanya menegang. Mata lelaki tua ini terpejam dan kepalanya mendongak ke atas. Tubuh hitamnya terlihat mengkilat .
“Crot.. crot… crott.. croot.. Argggh.. arghhhh..” beberapa kali air mani milik Sabeni muncrat membasahi rahim dan lubang vagina Anna. Terlihat  Sabeni lima kali mengejang dan menembakkan mani kentalnya ke dalam rahim Anna.
Anna merasa vaginanya menjadi hangat disemprot oleh cairan mani Sabeni. Air mani yang menyembur dari kontol Sabeni memang amat banyak sehingga mengalir keluar dari lubang vagina Anna yang masih disumpal oleh batang kontol lelaki tua itu. Tubuh Sabeni terkulai lemas di atas tubuh Anna. Keringat lelaki tua bertubuh hitam kerempeng itu bercampur dengan keringat wangi Anna. Keduanya masih meresapi kenikmatan orgasme yang baru saja mereka dapatkan. Air mani Sabeni yang bercampur dengan cairan orgasme Anna, mengalir menetes ke paha dan pantat Anna.
Anna merasa pahanya pegal karena terus dikangkangkan oleh Sabeni. Setelah merasa puas, Sabeni mancabut batang kontolnya dari vagina Anna. Batang hitam besar itu terlihat mengkilat karena percampuran air mani dan cairan orgasme Anna. Air mani Sabeni yang banyak juga mengalir dari lubang vagina Anna dan membasahi sprei tempat tidur Anna dan Hendra.
Suasana kembali sepi, hanya suara nafas mereka yang masih terdengar tersengal-sengal. Tubuh Sabeni berguling ke samping Anna, lelaki tua itu memeluk erat tubuh Anna yang sintal. Sabeni mencium kening Anna dengan penuh kasih sayang.  Anna pun tersenyum dan balik mencium pipi hitam Sabeni yang keriput.
“Mandi yuk,” kata Sabeni pada wanita itu.
Anna tersenyum penuh arti. Lalu Sabeni bangkit dan membopong wanita itu ke kamar mandi. Anna menggelendot manja saat tubuhnya yang sintal dibopong oleh Sabeni. Di dalam kamar mandi, keduanya mandi dan saling menyabuni. Sambil mandi keduanya menyempatkan untuk berciuman.
 Usai mandi, Sabeni membantu Anna merapikan tempat tidur. Wajah sumringah terlihat dari kedua anak manusia berlainan jenis yang usianya terpaut jauh. Sambil merapikan tempat tidur, mereka bercanda penuh riang. Setelah selesai mereka keluar dari kamar Anna.
Anna pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, Sabeni juga ikut membantu. Tak lama terdengar suara mobil yang dikemudikan Maman selepas mengantar Hendra ke kantor.
Sebelum berangkat kerja Anna sarapan bersama Sabeni dan Maman. Selesai sarapan Anna dan Maman berangkat ke butik Anna, Sabeni mengantar keduanya ke depan pagar. Setelah mobil yang ditumpangi Anna dan Maman menghilang di balik tikungan, Sabeni kembali menutup pagar dan masuk ke rumah. Pagi itu Sabeni benar-benar merasa puas. Kembali lelaki tua itu teringat oleh ambisi anaknya, namun demi anaknya ia rela kalau harus berbagi kenikmatan bersama Anna, kalaupun harus mengalah akan ia lakukan demi Maman.
Bagaimana kelanjutan cerita Maman dalam meraih ambisinya... tunggu saja...

Bersambung

No comments:

Post a Comment