Dua hari setelah peristiwa perkosaan itu mobil Astrid dikembalikan
oleh Jon yang berlagak sopan. Astrid tidak berani menemuinya, peristiwa
yang memalukan dan menyakitkan itu masih membayang di pikirannya. Tapi
tepat pada Sabtu malam Astrid menerima telepon lewat HP nya.
“Hallo sayang..” suara yang sudah dikenal oleh Astrid membuat seluruh
tubuh Astrid gemetar. Itu suara Jack. Hampir saja Astrid mematikan HP
nya, tapi Jack yang seolah bisa membaca pikirannya langsung melarang
Astrid mematikan HP. Dia menyuruh Astrid membawa mobilnya ke suatu
tempat. Astrid mematuhi perintah itu karena takut oleh ancaman Jack. Dia
segera menuju ke tempat yang sudah disebutkan oleh Jack. Di sana Jack
sudah menunggu dengan senyum liar.
“Jalan aja terus Non, nanti gue beritahu,” kata Jack yang tahu-tahu
sudah masuk ke dalam mobil Astrid. Ternyata Jack mengajak Astrid ke
seorang dokter kandungan dan memaksa Astrid untuk dipasangi spiral. Jack
berpura-pura menjadi suami Astrid dan meminta dokter kandungan untuk
memasang spiral dengan alasan agar tidak hamil. Astrid dengan berat hati
memenuhi permintaan gila itu.
“hehehe.. gitu dong Non, kalau Nona menurut semuanya pasti beres,”
kata Jack saat mereka di dalam mobil lagi. “Kali ini kayaknya Nona bakal
kerja lebih keras deh, soalnya seberapapun seringnya kita ngentot, Nona
nggak bakalan bisa hamil kan..” Jack tersenyum liar. Astrid terdiam
dengan pikiran berkecamuk, rupanya Jack sudah merencanakan semuanya
dengan sangat rapi. Dia tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi budak
seksual dua orang preman bejat macam mereka.
Jack lalu menyuruh Astrid mengarahkan mobilnya ke luar kota, Jack
juga menyuruh Astrid menelepon ke rumah kalau dirinya akan menginap
selama beberapa hari di luar kota supaya tidak mencari. Mereka menuju ke
daerah yang sangat sepi dan terpencil di daerah puncak. Astrid melihat
ada sebuah rumah kecil di tengah hutan kecil di depannya. Mereka lalu
turun dari mobil dan berjalan mendekati rumah itu. Rumah itu sebuah
rumah tua, berukuran kecil, lebih mirip villa kecil tapi tidak terawat,
kemungkinan sebuah villa yang sudah tidak dipakai, meski begitu rumah
itu diterangi oleh lampu listrik yang dicuri dari kabel jaringan.
Suasana yang agak gelap membuat Astrid tidak bisa memperhatikan dengan
jelas keadaan di sekelilingnya.
Astrid baru akan melangkah ketika Jack menahan sembail mencengkeram pergelangan tangannya.
“Tunggu dulu Non,” Jack tersenyum liar sambil menjilati bibirnya.
“Kayaknya sebelum masuk ke dalam rumah lebih baik Nona buka baju dulu di
sini..”
Astrid terbelalak mendengar ucapan yang disampaikan dengan nada datar
itu, dia dipaksa bugil di luar ruangan. Tapi Astrid takut pada ancaman
Jack. Maka sambil berlinang air mata dia melepas pakaiannya satu
persatu.
“Sampai bugil Non, sampai bugil,” kata Jack ketika Astrid menyisakan
celana dalam dan BH-nya. Mau tak mau Astrid melepaskan pakaian dalamnya
sampai dia telanjang bulat. Hanya tinggal kalung emas dan sepatu hak
tinggi yang saat ini dipakai Astrid. Pakaiannya diambil oleh Jack dan
dimasukkan ke kantong plastik.
“Hehehe.. gitu kan lebih cantik, Nona kelihatan lebih cantik lho
kalau bugil,” ujar Jack menghina sambil memelototi tubuh mulus Astrid
yang telanjang. “Sekarang masuk,” Jack meremas pantat Astrid sambil
mendorongnya maju. Dengan gemetar Astrid membuka pintu. Dia menemukan
sebuah ruangan cukup lapang yang didesain agak aneh, penuh diisi dengan
pot tanaman, sebuah ranjang besar ada di tengah ruangan, ranjang itu
terbuat dari besi yang kokoh, kasurnya dilapisi kain warna pink. Jon,
teman Jack sudah menunggu di sofa merah usang yang ada di samping
ranjang, sementara di seberang ranjang, dekat ke dinding ada sebuah
televisi ukuran besar yang diletakkan di atas sebuah meja kayu usang.
“Ah.. apa kabar Sayangku,” Jon tertawa melihat Astrid yang sudah
telanjang bulat. “Kayaknya elo sudah nggak sabar pingin ngentot ya, kok
sudah bugil duluan?” Astrid memalingkan mukanya yang berlinang air mata
menghindari tatapan liar Jon yang memelototi bagian-bagian vital
tubuhnya.
“Nggak usah buru-buru Nona cantik..” Jon menarik tubuh Astrid yang bugil ke ranjang dan memaksanya duduk menghadap televisi.
“Hari ini kita mau bikin film bokep lagi dengan Nona sebagai bintang
utamanya,” kata Jon sambil duduk di sebelah Astrid. Astrid hanya diam di
tempatnya sambil memalingkan wajah menghindari Jon.
“Tapi sebelumnya lihat dulu yang ini,” Jon menyalakan televisi di
depannya dengan remote control. Astrid terkesiap melihatnya, di televisi
itu sedang diputar film saat dirinya sedang diperkosa. Suara Astrid di
televisi terdengar mendesah dan mengerang membuat Astrid merah padam
karena malu dan sakit hati. Tapi Jon memaksa Astrid terus menyaksikan
adegan perkosaan itu, dan mau tak mau adegan-adegan itu membuat Astrid
terangsang, apalagi saat kemudian Jon secara tiba-tiba menciumi pipinya
dan menjilati bagian belakang telinganya sambil tangannya membelai-belai
dan meremas payudaranya.
“Ahh..” Astrid mendesah ketika dorongan seksualnya mulai bangkit. Tubuhnya mulai menggeliat dan menegang.
“hehehe.. enak kan nonton bokep sambil beginian?” jon mengejek sambil
terus menerus menciumi bagian tubuh Astrid yang sensitif terutama di
bagian sekitar leher dan pundaknya. Astrid mengerang merasakan sentuhan
liar itu, perasaannya mulai kacau balau. Rangsangan dari dalam dirinya
menyebabkan Astrid pun menyambut saat ciuman Jon mulai mendarat di
bibirnya. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit.
Sementara itu tangan Jon meremas lembut payudara Astrid, tangan satunya
mengelus pantat. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama lima
menit
“Gimana Sayang, asyik kan ? Nona jadi tambah cantik kalau lagi horny
gitu loh” Kata Jon sambil tersenyum sambil memilin-milin kedua puting
payudara Astrid.
“Mmhh…eengghh…sudah Tuan, sshh…sudahh… !” desahnya merasakan kedua putingnya makin mengeras.
“Tenang sayang, disini aman kok, kita have fun bentar yah !”
Kemudian Jon mencumbui payudara Astrid, lidahnya menyapu-nyapu puting
kemerahan yang sudah menegang itu. Astrid hanya bisa mendongak dan
mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Jon merabai pahanya yang putih
mulus itu.
“Hhhssshh…eeemmmhh !” Astrid mendesis lebih panjang dan tubuhnya
menggelinjang ketika tangan Jon menyentuh kemaluannya. Seperti ada
getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya terasa tersengat dan
tergelitik saat jari jari kasar itu menyusup menyentuh bibir vaginanya,
daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan erotis itu.
Astrid tidak tahan lagi mendapatkan serangan sehebat itu, perlahan
tubuhnya mulai menegang keras, gelora nafsu seksualnya makin meledak
mambuat tubuhnya menejang.
“AHHHHHHHH…” Astrid mengerang keras, lalu tubuhnya melemas kembali
dan ambruk terlentang di kasur. Cairan vaginanya mengucur deras
membasahi seprei. Astrid terengah-engah setelah mengalami orgasme yang
begitu hebat. Jack dan Jon tertawa-tawa menyaksikan kejadian itu. Untuk
beberapa saat meraka membiarkan saja Astrid terkapar di kasur.
Setelah agak lama, terlihat Jack mempersiapkan kamera handycamnya
yang dulu dipakainya untuk merekam perkosaaan Astrid. Dia lalu
menegakkan tubuh Astrid id ranjang.
“Nah Sayang, sekarang waktunya Nona untuk jadi bintang film bokep
lagi.” Jack berujar datar. “Nah, pertama, Nona harus melakukan onani
dulu di situ, siap Non?” Jack memberi aba-aba. Astrid sadar dia tidak
bisa membantah perintah kedua preman itu, perlahan diapun melai
melakukan apa yang diperintahkan. Mula-mula Astrid meremasi payudaranya
sendiri dengan gerakan lembut sambil mendesah-desah, Jack merekam adegan
itu dengan seksama. Astrid kemudian memilin-milin puting payudaranya
dengan lembut sambil sesekali meremas payudaranya sendiri.
“Teruss ayo teruss..” Jack memberi aba-aba seperti sorang pelatih
menyemangati atlitya yang sedang lomba. Astrid melenguh sambil bergerak
liar dan menggeliat-geliat, perlahan tapi pasti nafsu birahinya mulai
memuncak. Astrid mmpercepat remasan pada payudaranya sendiri dan hal itu
membuat tubuhnya kian dibakar oleh dorongan seksual yang makin meledak.
Astrid lalu mengarahkan tangannya ke daerah vaginanya. Dengan gerakan
liar dia mengusap-usap bibir vaginanya lalu memasukkan jari tengahnya k
dalam liang vaginanya lalu mengocok-ngocok jari itu di vaginanya.
“Ohhkkkhh.. ” Astrid merintih merasakan sentuhan tangannya sendiri di
vaginanya, mulutnya megap-megap seolah ingin dimasuki oleh penis,
Astrid memasukkan jari tangannya yang lain ke mulutnya dan mengulumnya
seolah-olah dia sedang mengulum penis sesorang.
“Emhh.. ohhh.. ” Astrid merintih pelan merasakan kenikmatan yang
melandanya, dia makin liar beronani, liang vaginanya diaduk-aduk dengan
jari-jarinya dengan gerakan liar, tubuhnya mengejang, dan akhirnya.
“AHHHH…OOOHHHH….” astrid mengerang kuat, badannya menyentak sampai
melengkung ke belakang. Cairan vaginanya tumpah dengan deras membasahi
seprei.
Jack dan Jon tertawa senang melihat Astrid kembali mengalami orgasme,
untuk sesaat dibiarkannya Astrid terbaring di ranjang. Tak lama
kemudian Jon yang sudah bertelanjang bulat naik ke atas ranjang dan
menjamah tubuh bugil Astrid. Jon terlihat memakai topeng kain yang
menutupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata, hidung dan mulutnya. Dia
memaksa Astrid untuk duduk lalu mendekap tubuh bugil itu. Jack masih
tetap menyorot setiap adegan demi adegan yang dimainkan oleh Astrid dan
Jon. Jon mulai menciumi dan menjilati pipi Astrid dan dengan gerakan
kasar dicengkeramnya wajah Astrid sampai bibir Astrid monyong.
“Hehe.. julurin lidah elo Nona..” perintah Jon. Astrid menjulurkan
lidahnya, Jon serentak mulai mengulum lidah Astrid dengan bibirnya
berulang-ulang seperti orang mengulum permen lolipop, dimainkannya lidah
Astrid di bibirnya, rangsangan itu membuat Astrid kembali mengerang,
birahinya bangkit kembali, nafasnya mulai megap-megap. Jon mengulangi
kulumannya di lidah Astrid berkali-kali, sementara tangannya bergerak
menggerayangi payudara Astrid, diremasnya payudara yang putih kenyal itu
dengan gerakan lembut sambil sesekali putingnya dipelintir lembut.
Astrid melenguh pelan mendapat perlakuan seperti itu, dan dalam keadaan
terangsang, dia membiarkan tangan Jon yang satu lagi memegangi tangannya
dan membimbingnya ke bagian selangkangan Jon.
“Pegang kontol gue dong Non, terus kocokin kontol gue..” perintah
Jon, Astrid menuruti perintah itu dibawah ancaman dan juga dorongan
birahinya, tangannya bergerak memegang penis Jon yang sudah mencuat dan
mengocok-ngocoknya dengan gerakan lembut, sementara Jon tidak
henti-hentinya mengulum lidah Astrid sambil tangannya terus
meremas-remas payudara Astrid. Jika Astrid menarik lidahnya, Jon dengan
kasar menyentak rambut Astrid membuat Astrid kembali menjulurkan
lidahnya untuk dikulum.
Sepuluh menit lamanya Jon menikmati lidah Astrid, kemudian dia
membaringkan tubuh mulus itu terlentang di ranjang. Kemudian Jon mulai
menyerbu payudara Astrid yang putih dan kenyal, bibir dan lidahnya
menciumi dan menjilati payudara Astrid sebelah kiri sementara tangan
kirinya asyik meremas-remas payudara Astrid yang sebelah kanan. Tangan
Jon yang satu lagi juga sibuk mengaduk-aduk vagina Astrid. Diperlakukan
seperti itu membuat tubuh Astrid menegang, dari mulutnya meluncur
erangan tertahan, tubuh Astrid bergetar dan nafasnya semakin tidak
teratur, rupanya dia sudah tak kuasa menahan diri lagi. Mulutnya
menceracau tak jelas dan kakinya terasa lemas, Jon meningkatkan
serangannya untuk membuat gadis itu takluk sepenuhnya dengan cara
memainkan klitorisnya, daging kecil itu dia gesekkan pada jarinya dan
sesekali dipencet-pencet sehingga pemiliknya tersentak dan mengerang,
Astrid tinggal pasrah saja membiarkan Jon mengocok-ngocok vaginanya
dengan jarinya.
“Haha…enak ya Non, liat udah basah gini !” ejeknya dekat telinga
Astrid. Jon lalu mengulum bibir Astrid lagi sambil tangannye terus
menerus meremas payudara Astrid. Dia kemudian mengarahkan cumbuannya ke
bagian payudara Astrid, dimainkannya puting payudara Astrid sebentar,
kemudian lidah Jon menyusuri perut Astrid yang rata, terus ke bawah dan
ketika sampai di daerah selangkangan Astrid Jon lalu merangkul pinggang
ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia
ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain.
Astrid merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada
kulit pahanya membuat gejolak birahinya makin naik .
“Ssshhh…!” sebuah desisan keluar dari mulutnya ketika jari Jon menyentuh bagian vaginanya
“Aahhh… aahhh… jangan !” Astrid mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Jon menelusuri gundukan bukit kemaluannya
Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi
Jon untuk menjilatinya. Tubuh Astrid seperti kesetrum ketika lidah Jon
yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta
menari-nari di dalamnya.
Astrid semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak
karuan akibat jilatan Jon sehingga Jon harus memegangi tubuhnya.
“Ahhhh…ahhh…oohh !” desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah
Jon memainkan klitorisnya. Dan sekali lagi tubuhnya mengejang kuat, dari
vaginanya mengucur airan kewanitaan dengan deras yang langsung dijilati
oleh Jon. Astrid sekali lagi mengalami orgasme. Tubuh Astrid lalu
kembali melemas dan terkapar tak berdaya kelelahan. Tapi dengan kasar
Jon menarik tubuh Astrid dan memaksanya duduk.
“Sekarang emutin kontol gue..” Perintah Jon sambil tiduran terlentang
dengan penis mengacung tegak seperti tiang bendera. Atrid dipaksanya
untuk menungging dengan wajah tepat menghadapi penisnya. Lalu dengan
kasar Jon memaksa Astrid untuk mengulum penisnya. Astrid dengan terpaksa
menurut, dia perlahan menjilati ujung penis Jon dengan lidah, bibirnya
yang mungil sesekali mengecup dan menciumi ujung penis itu. Lalu Astrid
menjilati keseluruhan batang penis Jon dengan lidahnya dengan
jilatan-jilatan lembut.
“Ohhhhh… ahhhh enak Non…ahhhh..” Jon mengejang-ngejang mendapatkan
belaian lembut lidah Astrid di kemaluannya. Sambil sesekali Astrid
mengocok lembut penis itu dengan tangannya, dia kemudian mulai
memasukkan batang penis itu ke dalam mulutnya, lalu dengan gerakan amat
lembut, dia mulai menggerakkan kepalanya, bibirnya yang mungil
mencengkeram lembut batang penis itu dan mengocoknya dengan sangat
lembut. Astrid sesekali juga mengeluarkan penis itu dari mulutnya untuk
dikocok dan dijilat-jilat kemudian dimasukan lagi dan disedot-sedot
seperti orang yang sedang menikmati permen loli. Perlakuan Astrid pada
penis Jon membuat Jon benar-benar melayang, dia mengerang-erang liar
sambil menjambak rambut Astrid.
“Ahhh… Ahhhh…” Jon memejamkan matanya merasakan kenikmatan di
penisnya. Hampir lima menit lamanya Astrid mengulum penis Jon dengan
perasaan sangat menderita. Tapi karena sudah terangsang, perlahan-lahan
Astrid mulai merasakan sensasi tersendiri. Rasa jijik yang tadinya
begitu melingkupinya perlahan-lahan sirna, Astrid mulai menikmati oral
seks yang dilakukannya meskipun itu dikalukannya dengan terpaksa.
dimaju-mundukannya kepalanya seperti yang pernah dia dengar dari obrolan
dengan teman-temannya, lidahnya menjilat memutar kepala penisnya,
akibatnya Jon keenakan dan mengerang-ngerang.
“Uuaaahh…terus Non, enak banget, harusnya Nona jadi lonte saja,
hehehe !” ejek Jon sambil mengerang keenakan. Astrid hanya bisa
menggerakkan mata melihat ke arah Jon yang tersenyum-senyum sambil
meringis keenakan. Penis Jon semakin mengeras dan berkedut-kedut di
dalam mulut Astrid serta menebar rasa asin. Dia sendiri tidak tahu
bagaimana dia bisa segila ini, namun situasi saat itu ditambah jilatan
Jon yang tanggung tadi membuat gairahnya menggebu-gebu. Penis yang besar
mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil,
maka sesekali Jon menekan kepalanya agar bisa masuk lebih dalam lagi.
Tapi setalah agak lama, Jon tiba-tiba mendorong Astrid, melepaskan
jepitan bibir Astrid dari penisnya. Dia menelentangkan tubuh Astrid di
ranjang.
“Nah,sekarang kita mulai ya Non..” kata Jon. Astrid hanya menggeleng
lemah sambil menangis, tapi Jon yang sudah terangsang berat tidak
mempedulikan penolakan Astrid. Perlahan ditindihnya tubuh bugil Astrid
yang putih mulus itu. Lalu pelan-pelan IJon menekan penisnya ke liang
senggama Astrid.
“Sshhh…sakit, aawhhh…!!” rintih Astrid ketika penis Jon yang besar
itu menerobos vaginanya.Astrid meringis dan merintih menahan rasa sakit
pada vaginanya, meskipun sudah tidak perawan lagi setelah diperkosa dua
hari yang lalu tapi kemaluannya masih sempit. Jon terus berusaha
memasukkan senjatanya sambil melenguh-lenguh. Setelah beberapa saat
menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vaginanya,
saat itu airmata Astrid meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya.
“Huhh…masuk juga akhirnya, tempiknya seret banget Non, gue suka yang kayak gini.” katanya dekat telinga Astrid.
Sesaat kemudian, Jon sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula
gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat.
Astrid benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali Jon penis Jon
menghujam vaginanya. Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat
kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh
Astrid sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya megap-megap
mengeluarkan rintihan. Jon lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar
bisa mengelusi paha dan pantat Astrid sambil terus menggenjot.
Jon meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu
menggesek dan menekan klitorisnya ke dalam setiap kali menghujam. Kedua
payudaranya yang membusung tegak itu ikut berguncang hebat seirama
guncangan badannya. Jon meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan
gemas. Gairah Astrid mulai bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang
berbeda dari biasanya, tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan
pinggulnya seolah merespon gerakan Jon.
“Turun Non, kita ganti gaya !” perintahnya
Mungkin karena saking terangsangnya, Astrid menurut saja apa yang
dimintanya, Jon mengatur posisinya berdiri dengan pantat agak
ditunggingkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya. Dan, penis Jon
kembali memasuki vaginanya dari belakang. Dalam posisi demikian, Jon
memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara
Astrid. Mulutnya sibuk menciumi pundak dan lehernya membuat Astrid
serasa melayang, sekonyong-konyong dia tidak merasa diperkosa karena
turut menikmatinya. Ditariknya wajah Astrid hingga menengok ke belakang
dan begitu wajahnya menoleh bibir tebalnya langsung memagut bibirnya.
Karena sudah pasrah, Astrid pun ikut membalas ciumannya, lidah mereka
saling membelit dan beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir
bibir.
“Ahhh… ahhhh…. oohhhhh… oohhhh…” Astrid mengerang setiap kali Jon
menyodokkan penisnya, di lain pihak, Jack ikut memberi semangat setiap
kali Jon menyodok vagina Astrid sambil merekam adegan persetubuhan itu.
“Ayoo.. terusss.. teruss Nona … yeahh… oohhh… baguss..” Jack memberi
semangat sembil merekam terus persetubuhan itu, dia menyorot wajah
Astrid yang memerah karena dorongan birahi yang memuncak, sesekali Jack
bahkan menyorot ke daerah vagina Astrid sehingga proses keluar masuknya
penis Jon di dalam vaginanya direkam dengan jelas.
Menit demi menit berlalu, Jon masih bersemangat menggenjot Astrid.
Sementara Astrid sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini
sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi,
melainkan nampak hanyut menikmati ulah preman itu. Kemudian Jon
mengganti gaya lagi, kali ini ditelentangkannya lagi tubuh Astrid, lalu
diangkatnya kedua paha Astrid dan disampirkannya ke pundaknya, lalu
kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Astrid, dan menariknya
kuat-kuat, kemudian Jon kembali mendesakkan penisnya ke vagina Astrid
dan menggenjotnya. Astrid menggeliat antara sakit bercampur nikmat,
perlakuan Jon yang kasar ternyata justru membuat gejolak birahi Astrid
kian meledak. gaya bercinta jon yang barbar justru menciptakan sensasi
tersendiri. Di ambang klimaks, tanpa sadar saat Jon melepaskan
pegangannya dan kembali menindih tubuhnya, Astrid memeluk Jon dan
memberikan ciuman di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Astrid mendesis
panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat lengan
kokoh Jon. Sungguh dahsyat orgasme yang didapatnya, namun ironisnya hal
itu didapat dari seorang pria mesum yang sebenarnya sedang memperkosa
dirinya.
Penis Jon yang masih menancap di vaginanya belumlah terpuaskan, maka
setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari
tempatnya menancap. Astrid yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya
menungging dengan tangan dan wajah bertumpu pada kasur.
“Oohh…sudah Tuan… saya sudah nggak kuat… tolong !” Astrid memelas dengan lirih
Mendengar itu, Jon cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Astrid dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya.
“Uugghh…oohh !” desah Astrid dengan mencengkram seperei dengan kuat
saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya. Sementara tangan Jon
memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya,
cairan yang sudah membanjir dari vagina Astrid menimbulkan bunyi
berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Astrid
membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Astrid dan
meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.
Limabelas menit lamanya Jon menyetubuhinya dalam posisi demikian,
seluruh bagian tubuh Astrid tidak ada yang lepas dari jamahannya.
Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Jon yang barbar, namun Astrid
tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan,
Akhirnya Jon menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam
dirinya. Dan serentak dia mencabut penisnya kemudian membalikkan tubuh
Astrid sampai terlentang lagi, lalu Jon mengangkangi wajah Astrid sembil
mengocok-ngocok penisnya sendiri tepat di depan wajah Astrid.
“Crtt…crt…crt….,” spermanya muncrat membasahi wajah Astrid. Belum
cukup sampai situ, disuruhnya Astrid menjilati penisnya hingga bersih,
setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya.
Dibiarkannya Astrid terkapar di ranjang itu, wajahnya tampak sedih dan
basah oleh keringat, air mata dan cairan sperma yang sangat banyak
melumuri wajahnya, dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yang
sensasional ini dan rasa benci pada pria yang baru saja memperkosanya.
“hehehehe..” Jack tertawa puas sambil mematikan handycamnya. “Kita
dapat film yang sangat bagus hari ini. Berkat pelacur kita yang satu
ini..”
“Benar Jack,” Jon menambahkan sambil tersengal. “Jepitan tempiknya mantap, gue jadi ketagihan sama tempiknya.”
“Suruh dia membersihkan wajahnya!” Jack memerintah. Jon dengan gontai
mengambil seember air yang memang sudah disiapkan di sudut ruangan.
Astrid ditariknya turun dari ranjang lalu dipaksanya untuk membersihkan
mukanya yang penuh cairan sperma.
Setelah agak lama membiarkan Astrid -yang sengaja dibiarkan untuk memulihkan tenaganya- Jack kemudian mendekati Astrid.
“Nah, sekarang episode duanya sama gue,” kata Jack tenang sambil
melepas seluruh pakaiannya. Astrid terdiam antara shock dan ketakutan
melihat Jack yang sudah telanjang bulat di hadapannya.
“Oke Jon, kita mulai ya…?” Jack memberi komando dan Jon mulai merekam
lewat handycamnya. Jack memeluk tubuh Astrid yang bugil sampai rapat
dengan tubuhnya.
“Lihat ke kamera dong Sayang.. senyum… ” kata Jack sambil memalingkan
wajah Astrid ke arah handycam di tangan Jon, mau tidak mau Astrid
melihat ke arah handycam itu. Astrid memaksakan diri untuk tersenyum
meskipun wajahnya berlinang air mata. Sementara itu Jakck mulai
melancarkan aksinya dengan mencium pipi Astrid berulang-ulang, Jack
bahkan menggosok-gosokkan bibirnya di pipi Astrid yang mulus itu.
Kamudian dia juga menciumi dan mengulum bibir Astrid, Astrid hanya bisa
meronta lemah.
“Sekarang Nona cantik tolong emut punya saya dong..” kata Jack
santai. Astrid hanya bisa mengangguk. Perlahan dia berlutut tepat di
depan Jack. Wajahnya diturunkan sampai tepat menghadap penis Jack.
“Sekarang?” tanya Astrid yang sepertinya ragu melakukannya.
“Iya dong Non masa harus nunggu sampai besok!” jawab Jack santai.
Kemudian dengan tangan gemetar Astrid melingkarkan telapak tangannya
pada penis itu. Didekatkannya penis Jack ke mulutnya, dan mulai
menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit
pada ujungnya, Astrid menutup matanya dan langsung memasukkan penis itu
ke dalam mulutnya, dihisap dan dikulumnya penis itu dengan lembut,
sesekali Astrid mengocok-ngocok penis itu dengan tangannya juga, lama
kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis Jack dan mulai dapat
menyesuaikan diri, Astrid menjilati samping-sampingnya hingga ke buah
pelirnya, Astrid bahkan memainkan ludahnya sedikit di penis itu,
kemudian Astrid kembali memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Jack
mendesah merasakan kehangatan mulut Astrid, sentuhan lidahnya memberi
sensasi nikmat padanya.
Jack mendesah merasakan belaian lidah Astrid pada penisnya serta
kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak
keluar penjara lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita.
Astrid sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai
terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.
“Uuhhh…gitu Non, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Astrid dan memaju-mundurkan pinggulnya.
Astrid merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah
pelir Jack yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin
berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh
menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Jack menekan
kepalanya sambil melenguh panjang.
“Ohhh… ” Jack melenguh, tapi dia tidak ingin buru-buru. Dia
melepaskan penisnya dari kuluman bibir Astrid. Dia lalu menyuruh Astrid
untuk bergaya seperti anjing.
“Hehehehehe.. kita mulai ya Non..” kata Jack, rupanya dia ingin
menyetubuhi Astrid dengan gaya doggy style. Dia mengarahkan penisnya
kearah kemaluan Astrid, sementara Astrid masih dalam keadaan membungkuk
terlungkup, Astrid merasakan ujung penisnya menyentuh ujung vaginanya.
“Dia yang minta lho,” kata Jack sambil menghadap kamera diikuti tawa
Jon yang men zoom wajah Jack. Astrid merasa terhina oleh ucapan itu tapi
Astrid tidak bisa berbuat apa-apa, dia telah menjadi budak seks mereka.
Akhirnya Astrid merasakan penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginanya,
Jack mulai mengenjotnya dengan posisi doggy style.
“OOugh… ough… gila… enak… waduh…kok masih sempit sih tempiknya?” Jack
meracau sambil terus mengenjot vagina Astrid, tangannya meremas remas
payudara Astrid dari arah belakang. Sementara Jon mengarahkan kamera
handycamnya ke arah di mana penis Jack memasuki vagina Astrid dehingga
setiap gerakan dan suara gesekan penis Jack dan vagina Astrid terekam
dengan jelas. Astrid membuka pahanya lebih lebar seiring dengan sodokan
Jack yang semakin ganas agar tidak terlalu perih. Selain itu dia juga
mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama goyangan Jack.
“Enak kan non? Gue bikin Nona ketagihan ya?” ledek Jack.
“Iya Tuan… ahhhh… enak banget….” Astrid tidak peduli lagi bahwa saat ini dirinya sedang diperkosa.
Sekitar sepuluh menit lamanya Jack menyetubuhi Astrid dengan posisi
seperti itu, lalu dia memeritahkan Astrid berganti gaya. Sekarang Jack
berbaring di lantai dengan memakai pakaiannya sebagai alas kepala,
disuruhnya Astrid melakukan gaya woman on top dengan bergoyang di atas
penisnya. Dengan pertimbangan mengakhiri perkosaan itu secepatnya,
Astridpun menaiki penis Jack lalu mulai menaik-turunkan tubuhnya.
Kemudian Jack menarik tubuh Astrid sampai merapat dengan tubuhnya sambil
tetap memaksa Astrid bergoyang di atas penisnya.
Astrid sempat menggenjotkan vaginanya sendiri di penis Jack sekitar
lima menitan sebelum Jack memutuskan berganti posisi, sekarang dia
kembali menelentangkan tubuh Astrid lalu menarik pergelangan kakinya dan
membentangkan kedua pahanya, kemudian dia mengambil posisi diantara
kedua paha itu. Jack langsung menyodokkan penisnya diiringi erangan
panjang Astrid. Jack menghentak-hentakkan pinggulnya membuat tubuh
Astrid berkelojotan, mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan yang
justru membuat jack tambah bernafsu.
“Ayo lihat sini, ke arah kamera!” sahut Jon yang mengarahkan handycam itu pada mereka.
“Jangan…tolong jangan ahhh… …ahhh !” kata Astrid di tengah erangan
nikmatnya, Jack merentangkan kedua tangannya itu ke samping sehingga
wajah Astrid yang terangsang hebat bisa direkam dengan jelas. Jack
tertawa-tawa melihat ke arah kamera seolah bangga bisa menikmati tubuh
wanita secantik Astrid. Tak lama kemudian, tubuh Astrid mengejang dan
menekuk ke atas sampai tulang-tulang rusuknya terjiplak di kulitnya. Dia
merasa seperti ada suatu ledakan hebat dari dalam tubuhnya yang tidak
bisa ditahan dan menyebabkan tubuhnya menggelepar-gelepar bak ikan
keluar dari air. Tidak dapat disangkal bahwa perasaan itu nikmat luar
biasa melebihi kenikmatan yang pernah dirasakan sebelumnya. Jack masih
terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya dia pun
mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah Astrid dimana dia
menyemprotkan spermanya. Cairan putih kental pun berceceran membasahi
wajah dan rambut gadis itu.
Mereka tertawa-tawa puas setelah memperkosa Astrid, tapi itu belum
selesai. Tiba-tiba mereka memberikan sesuatu pada Astrid, sebuah penis
mainan terbuat dari karet yang bisa menempel ketat di lantai. Mereka
lalu memasang penis mainan sepanjang 20 cm itu di lantai lalu memaksa
Astrid memasukkan penis itu ke vaginanya. Tadinya Astrid menolak sambil
memohon-mohon, tapi setelah satu tamparan mendarat di pipinya, Astrid
pasrah. Dia lalu mengangkangi penis karet itu dan mendesakkan vaginanya.
“Ahhh…. AHHHKK..” Astrid meringis dan merintih kesakitan saat penis
karet itu menusuk vaginanya. Dipaksakannya untuk terus mendorong
vaginanya sampai penis karet itu amblas sleluruhnya di dalam vaginanya.
Astrid merngis kesakitan, air matanya meleleh keluar menahan rasa sakit
di vaginanya.
“Goyangin pantatnya dong Non..” kata Jack dengan nada memerintah.
Astrid perlahan-lahan mengangkat kembali pantatnya, penis karet itu
seperti lolos dari vaginanya, tapi kemudian diturunkannya kembali
pantatnya sehiangga penis itu amblas lagi, diulanginya lagi gerakan itu
berulang-ulang, semula pelan, tapi kemudian Astrid mempercepat gerakan
pantatnya yang naik turun membuat penis karet itu mengocok-ngocok
vaginanya. Astrid mengerang antara sakit dan nikmat merasakan penis
karet yang mengaduk-aduk vaginanya. Hampir sepuluh menit Astrid
memperkosa dirinya sendiri sampai akhirnya tubuhnya mengejang, badannnya
melengkung ke belakang membuat tulang iganya menjiplak di kulit
tubuhnya, diiringi satu erangan keras Astrid kembali mengalami orgasme
lalu dia terkapar di lantai dengan terengah-engah, sekujur badannya
terasa nyeri terutama di bagian selangkangannya. Dia memajamkan mata,
kali ini dia lebih menderita daripada sebelumnya, air matanya kembali
meleleh, air mata kesedihan dan penderitaan.
“Hahahahahahaha…” Jack dan Jon tertawa mengejek. “Ternyata dia seneng
banget dientot, tuh buktinya pingin lagi, sampai pakai kontol mainan
pula..”
Astrid hanya bisa menangis mendengar penghinaan demi penghinaan yang
dilontarkan oleh kedua preman itu, meskipun hatinya terasa perih tapi
dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dirinya sudah dikuasai bulat-bulat oleh
kedua preman itu.
“Bagaimana Nona? Enak kan ngentot sama kami?” Jack berjongkok sambil
meremas payudara Astrid yang sebelah kiri. “Nona sebetulnya berbakat lho
jadi pelacur, kenapa Nona nggak nyoba saja jadi pelacur? Pasti
pelanggan Nona banyak.”
Jon tertawa terbahak menengar ucapan yang sangat merendahkan itu,
sementara Astrid hanya bisa berlinang air mata. Kemudian mereka menyeret
Astrid ke kamar mandi. Di kamar mandi yang sempit itu mereka mengguyur
tubuh Astrid dengan air dingin membuat Astrid menggigil kedinginan.
Mereka juga menyabuni tubuh Astrid dengan sabun cair sambil tentunya
menggosok-gosok tubuh Astrid dan bagian yang paling sering disabuni
adalah bagian payudara, pantat dan vagina Astrid. Dan hal itu membuat
kedua preman itu menjadi terangsang lagi. Dengan kasar dipaksanya Astrid
menungging di lantai kamar mandi yang dingin lalu Jon kambali
memperkosanya dari belakang, kali ini bahkan lebih brutal dari
sebelumnya, Astrid sampai menjerit-jerit kesakitan. Tapi jeritan Astrid
itu justru menambah semangat Jon untuk memperkosa Astrid. Setiap sepuluh
menit mereka bergantian memperkosa Astrid berselang-seling, Jon sepuluh
menit, Jack sepuluh menit. Hal itu membuat keduanya bisa bertahan lama
sekali. Astrid sendiri makin lemas dan kelelahan, dia tidak tahu lagi
berapa lama kedua preman itu memperkosanya, dirinya sekarang hanya bisa
merintih kesakitan sambil sekaligus terangsang hebat. Astrid merasakan
pedih luar biasa di vaginanya, selama puluhan menit keduanya
menyetubuhinya dan berkali-kali pula Astrid mengalami orgasme sehingga
tubuhnya menggelepar-gelepar di lantai. Perkosaan itu baru berakhir
setelah kedua preman itu merasa puas, mereka lalu menyemprotkan
spermanya di dalam rahim Astrid.
Hampir satu jam lamanya kedua preman itu secara bergantian
menyetubuhi Astrid yang kini tertelungkup tidak berdaya dengan rintihan
kesakitan keluar dari bibirnya, sekujur tubuhnya terasa sakit seperti
habis dipukuli. Astrid tidak mampu lagi bergerak, dia hanya diam saja
saat kedua preman itu menyeretnya ke sebuah kamar tidur yang tertutup
rapat. Seluruh jendelanya tertutup dan berterali besi. Hanya ada sebuah
kasur busa usang yang ada di situ.
“Nah, nona cantik, sekarang Nona boleh tidur di sini, tapi ingat ya,
jangan macam-macam, kalau Nona menurut maka tidak akan terjadi apa-apa,
mengerti?” Jack berkata dengan nada mengancam. Astrid hanya mengangguk
lemah. Dia kemudian ditinggalkan di kamar itu, sendirian, kedinginan
karena Jack dan Jon hanya memperbolehkan Astrid memakai BH dan celana
dalam saja.
Tubuh Astrid gemetar karena dingin dan kelelahan. Pikirannya kacau
balau, dia tersiksa secara fisik dan mental tapi dia tidak berani
melawan, dia takut ancaman kedua preman itu yang akan menghabisi seluruh
keluarganya. Karena kekelahan dan putus asa, Astrid akhirnya tertidur.
end
Thursday, 29 January 2015
Derita Astrid 1
Namanya Astrid Anindita, dia adalah seorang wartawan yang bekerja di
sebuah surat kabar ibu kota. Umurnya baru 25 tahun. Sangat disayangkan
sebetulnya kalau Astrid bekerja sebagai wartawan. Astrid memiliki wajah
yang sangat cantik, banyak yang membandingkannya dengan Siti Nurhaliza,
penyanyi dari Malaysia yang memang jelita itu, kulitnyapun putih mulus
dengan bodi aduhai. Tingginya mungkin mencapai 170 cm dan bobotnya
ideal. Tubuhnya juga ramping berisi. Payudaranya yang kencang sekitar
36B sering sekali menjadi pusat perhatian teman-teman prianya. Daya
tarik Astrid yang paling besar adalah rambutnya yang panjang dan hitam
legam berkilau, mungkin kalau jadi bintang iklan shampopun Astrid tidak
terlalu mengecewakan.
Bos Astrid bernama Pak Bob, pria tua yang gendut dan mata keranjang. Wajahnya bulat dengan leher pendek, tidak pernah muat memakai baju model apapun. Berkumis lebat dan tidak teratur dengan sedikit jenggot yang sudah mulai memutih. Orangnya galak bukan main. Kalau marah suaranya bisa menggentarkan seisi ruangan. Dua kali Pak Bob menyatakan cinta pada Astrid, tapi Astrid menolaknya karena tahu bosnya sudah beristri bahkan punya anak yang hampir berumur 17 tahun.
Belakangan ini Astrid sering mendapat teror dari orang tidak dikenal, ini terkait dengan pemberitaan yang diliputnya tentang tindak kriminal yang sering terjadi di ibu kota. Hal itu membuat teman-temannya cemas akan keselamatannya. Tapi Astrid hanya menanggapinya dengan ucapan ‘tenang aja, gue nggak apa-apa’. Padahal teror itu sering mampir ke padanya, lewat telepon maupun surat kaleng yang isinya benar-benar jorok dan melecehkan. Rata-rata surat kaleng yang ditujukan kepada Astrid berisi foto wanita cantik telanjang yang sedang disetubuhi, dengan tulisan “Gue bakal perkosa elo”
Malam itu sekitar pukul 23.00 terlihat Astrid terlihat keluar dari kantornya setelah kerja lembur. Pikirannya masih menyangkut pada naskah yang sudah hampir deadline. Dia berjalan dengan langkah lambat dan pandangan menunduk. Astrid berjalan menyusuri tempat parkir, mencari-cari tempat mobilnya diparkir. Mobil itu pemberian orang tuanya sesaat setelah dia lulus dan diterima bekerja.
Dengan gerakan pelan Astrid membuka pintu mobilnya lalu mobil itu meluncur manuju ke jalan raya yang lengang. Satu dua mobil yang berlari kencang mendahuluinya dengan kilatan lampu seperti mendesing. Mobil Astrid tidak terpengaruh oleh mobil lain yang seolah memprovokasinya. Dia tetap melaju dengan konstan. Tapi ketika membelok ke sebuah jalan kecil yang sangat sepi Astrid merasakan gerakan mobilnya oleng ke kiri dengan suara gradak-gruduk dari arah depan dan terdengar suara gesekan keras seperti suara benda logam menggesek aspal jalan.
Astrid segera turun dari mobilnya lalu memeriksa bagian depan. Dilihatnya ban depan sebelah kiri kempes total.
“Damn..” Astrid mengutuk pendek. “Kenapa musti bocor? Dan kenapa musti di sini?” pikirnya, perasaaan gelisah mulai merayapi punggungnya. Dan dalam kegelisahan itulah tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari balik kegelapan, Astrid hanya sempat melihatnya sekilas karena sesaat bayangan yang jelas-jelas manusia itu memukul tengkuknya membuat kepalanya pusing. Pandangan Astrid yang mengabur sempat melihat wajah dari sosok bayangan itu, tapi sedetik kemudian satu kepalan besar negarah ke dagunya membuatnya terlempar dan jatuh terkapar. Kemudian dunia menjadi gelap baginya.
Keatika tersadar Astrid menemukan dirinya berada dalam sebuah ruangan yang pengap. Dan dia sangat terkejut ketika mengetahui dirinya dalam keadaan terikat pada sebuah tiang besar. Dia mencoba meronta tapi ikatan yang membelit tangan dan kakinya begitu kuat. Dalam kebingungan dia mencoba melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan itu seperti bagian dari sebuah rumah semi permanen dengan dinding separo tembok dan separo kayu papan, diterangi oleh lampu listrik bertenaga batere ukuran besar di atasnya. Ukuran ruangan itu cukup besar tapi terkesan sempit oleh tumpukan barang, Astrid melihat ada sebuah lemari bobrok tanpa pintu di sebelah kirinya dan sebuah meja kayu usang dan bocel-bocel berwarna cokelat plitur pudar di dekatnya serta sebuah sofa usang berwarna merah marun yang sudah rusak. Ada sebuah ranjang ukuran besar di depannya yang – anehnya – dibuat sangat rapi dan bersih, kontras dengan suasana si sekitarnya. Ranjang itu terlihat bagus dan nyaman dengan kain bed cover berwarna putih.
Astrid terlonjak ketika pintu kayu yang ada di samping kanannya berderit dan terbuka. Astrid langsung terkesiap pucat. Dua orang pria berwajah sangar masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya.
“Kamu…” Astrid menjerit tertahan. Dia kenal dua orang itu. Dua orang itu adalah penjahat kambuhan yang sering keluar masuk penjara, kebetulan kasus terakhirnya terungkap berkat investigasi Astrid. Kasus perampokan disertai perkosaan yang menimpa seorang gadis foto model berusia 19 tahun. Yang satu sering disapa Jack meski nama aslinya Joko. Orangnya beringas, wajahnya ditumbuhi kumis dan janggut yang tidak rapi, rambutnya gondrong dan awut-awutan. Badannya penuh tato, tinggi besar dan menyeramkan. Memakai kaus buntung dan celana jeans robek-robek. Yang satunya sering disapa dengan sebutan Jon, Astrid tidak tahu nama aslinya, orangnya bertampang tolol dan menjengkelkan dengan senyum-senyum mirip orang gila, wajahnya hitam dengan bekas luka dijahit melintang di pipinya, kumis dan janggutnya juga jarang-jarang, badannya lebih kecil dari Jack, bahkan lebih pendek dari Astrid, tapi berotot dan bertato. Astrid melihat ada tato naga hijau yang melilit lengan kirinya sampai ke batas siku.
“Hallo Nona manis.. masih ingat gue kan?” Jack membuka suara. Suaranya terdengar berat dan kasar.
“Apa-apaan ini?” Astrid memberontak. “Lepasin saya!” Lepasin!”
“Tsk.. tsk..” Jack menggeleng. “Masih saja galak dan sombong ya..” dia mendekati Astrid, lalu dengan gerakan lembut dia membelai pipi Astrid yang mulus. Astrid langsung melengos ketakutan.
“Jangan .. Jangan Bang..” Astrid merintih ketakutan, dari sudut matanya mulai menetes air mata. “Ambil saja uang saya, tapi jangan sakiti saya..”
“Jangan sakiti? Jangan sakiti katanya..” Jack tertawa keras, Jon di belakangnya ikut tertawa dengan suara sember. “Enak saja elo bilang jangan sakiti.. Karena berita yang elo buat kami berdua masuk penjara. Memang enak dipenjara?”
“Tapi.. Tapi.. itu karena..” Ucapan Astrid putus oleh bunyi Plak keras. Jack menampar pipinya, meninggalkan bekas kemerahan di pipi yang putih mulus itu. Astrid merasa kepalanya berputar, bintang-bintang seperti terhambur di depan matanya. Tapi itu belum cukup, Jack kembali membenamkan tinjunya ke perut Astrid, Astrid terhenyak kasakitan. Perutnya seperti pecah. Air mata mengalir dari sudut matanya karena manahan sakit.
“Hehehehe.. itu tadi baru icip-icip..” kata Jack santai seolah tidak terjadi apa-apa. “Kalau elo tidak mau gue siksa elo harus nurutin apa mau gue. Ngerti?” Jack menjambak rambut Astrid dan menyentakkannya sehingga wajah Astrid menengadah, tepat berhadapan dengan wajahnya yang sangar. “Atau kalau tidak..” Jack mengeluarkan sebilah pisau komando besar dari bagian belakang tubuhnya. Pisau berwarna putih berkilau itu ditempelkannya ke wajah Astrid. Darah Astrid seakan berhenti melihat pisau itu menelusuri wajahnya.
“Gimana Nona cantik?” Jack bertanya. Astrid memejamkan mata menghindari tatapan Jack yang liar. Perlahan dia mengangguk. Jack langsung tertawa berderai sampai badannya terguncang-guncang. Dia mau, dia mau katanya sambil menoleh ke arah Jon yang juga tertawa. Dia lalu memerintahkan Jon melepaskan ikatan di kaki dan tangan Astrid. Astrid langsung terpuruk ke lantai yang dingin. Sekilas dilihatnya Jack mengambil sesuatu. Astrid tidak tahu apa itu, dia sudah tidak mampu berpikir lagi karena katakutan. Tiba-tiba Jon mencengkeram tangannya dan menyentaknya membuat Astrid terpaksa berdiri. Jack mendekat dan memberikan secarik kertas pada Astrid.
“Baca ini dengan baik!” perintahnya sambil menyodorkan kertas itu ke wajah Astrid. Astrid membacanya sekilas, tulisannya besar berwarna merah.
“Tidak.. jangan..” Astrid ketakutan dan meronta seperti melihat sesuatu yang mengerikan di kertas itu. Tapi Jack segera mengacungkan pisaunya membuat Astrid terdiam meskipun masih saja menangis sesenggukan.
“Baca yang baik, jangan pakai menangis soalnya ini mau direkam..”
Ucapan Jack membuat Astrid tersentak seperti disambar gledek, wajahnya memucat dan makin memelaskan, dia menggeleng-geleng pertanda tidak mau. Dia sekarang tahu apa yang ada di tangan Jack, sebuah handycam.
“Ayo kita mulai..” Jack mulai menyalakan handycamnya dan merekam ke arah Astrid. Dia memberi tanda ke arah Astrid yang sedang menghapus air matanya. Astrid berusaha tersenyum di kamera, lalu.
“Hai, nama saya Astrid, saya adalah bintang film bokep, dan saya paling suka disetubuhi. Ini adalah film saya yang terbaru.”
Astrid berujar datar dengan perasaan tidak karuan, berusaha untuk sewajar mungkin meskipun perasaannya hancur bukan main. Inilah yang rupanya direncanakan oleh kedua penjahat yang menculiknya. Astrid merasa hidupnya sudah berakhir. Sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua penjahat yang brutal.
“Bagus.. bagus..” Jack berujar. “Sekarang buka bajunya..” perintahnya kalem tapi menusuk hati, seolah memerintahkan seorang pelacur murahan saja. Astrid dengan gemetar mulai menjamah bajunya, dilepaskannya kancing-kancing bajunya satu persatu, diiringi tegukan ludah kedua bajingan di hadapannya. Perlahan-lahan tubuh bagian atas Astrid tersingkap saat baju itu jatuh ke lantai.
“Uoohh.. muluss..” Jon berkomentar. Dia menatap liar ke tubuh putih itu. Terutama ke payudara Astrid yang mencuat indah dan hanya tertutup BH berenda warna putih. Payudara itu terlihat sangat kecang dan montok, ukurannya terlihat lebih besar ketimbang saat Astrid memakai baju. Sementara perut Astrid terlihat ramping dan padat dan sangat rata, Astrid memang termasuk hobi olah raga sehingga perutnya sangat kencang.
“Celananya juga.. celananya juga..”
Astrid mulai menangis lagi mendengar perintah itu. Dia mulai melepaskan sabuk di celana panjangnya lalu memelorotkan celana panjang itu. Sepasang paha putih berkilau langsung menjadi pemandangan yang sangat indah. Paha Astrid benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang yang ramping. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih tertutup celana dalam putih berenda-renda.
“Sekarang lepas itu BH dan celana dalam.” Perintah Jack datar. Astrid terkesiap pucat. Dia menggeleng takut.
“Jangan .. jangan telanjangi saya..” Astrid menghiba memohon memuat wajahnya semakin memelas tapi justru membuat Jack dan Jon tertawa senang.
“Buka!” Jack membentak. Astrid tidak punya pilihan lain, dengan gematar dia mulai meraih kait BH di bagian belakang punggungnya lalu perlahan BH itu merosot dari tempatnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di depan Jack dan Jon, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna merah muda segar. Astrid secara reflek menutupi payudaranya dengan kedua lengannya. Tapi Jack segera melarangnya.
“Siapa yang suruh menutupi, ayo sekarang copot itu celana dalam.”
Astrid tidak mampu berbuat banyak, dia menurut dan memelorotkan celana dalamnya sendiri. Sekarang Astrid sudah bediri telanjang bulat di hadapan kedua penjahat itu, satu-satunya yang masih melekat di badannya Cuma kalung dan jam tangannya. Astrid berusaha sekuat tenaga menutupi bagian-bagian vital tubuhnya dengan kedua belah tangannya.
“Nah Astrid, Elo senang nggak waktu kami telanjangi?” tanya Jack sambil terus merekam Astrid yang berdiri bugil.
“Se.. senang Bang..” jawab Astrid terbata di sela tangisnya.
“Jangan panggil Bang, panggil Tuan, ngerti?”Jack berkata lagi.
“Nger.. ngerti Tuan..” kembali Astrid terbata menjawab.
“Nah, karena kamu suka kami telanjangi, sekarang kamu berdiri yang tegak, pentangkan kaki lebar-lebar, dan angkat tanganmu ke belakang kepala.” Jack memberi perintah jelas seperti seorang sutradara mengarahkan artisnya. “Ngerti?”
“I.. iya Tuan.. saya ngerti Tuan..” kata Astrid diiringi isakan tangis. Astrid lalu berpose seperti yang ddinginkan Jack, dibukanya kedua kakinya lebar-lebar lalu tangannya diangkat dibelakang kepala, pose tersebut membuat bagian selangkangannya terbuka lebar sehingga memperlihatkan vaginanya dengan jelas. Vagina Astrid yang masih perawan terlihat terawat dengan baik, ditumbuhi rambut-rambut halus dan rapi, Astrid selalu merawat bagian genitalnya dengan sangat cermat. Sementara dengan tangan di belakang kepala membuat payudaranya makin membusung dan mencuat menggemaskan.
“Oke.. ini dia pelacur kita.. ” Jack mengarahkan kameranya ke bagian payudara dan vagina Astrid yang telanjang berkali-kali. Astrid merasa harga dirinya sudah hancur sama sekali, dirinya bahkan disamakan dengan pelacur oleh Jack. Jack lalu mengarahkan kameranya ke wajah Astrid yang basah oleh air mata.
“Nah, sekarang karena kamu suka kami telanjangi, bolah nggak kami meraba tubuhmu?” tanya Jack kalem dengan nada ramah.
Astrid tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu.
“I.. iya Tuan, tentu saja boleh Tuan..” Astrid meneguk ludah. Dia melihat Jack meletakkan kameranya di meja tinggi sehingga Astrid yakin kamera itu bisa merekam seluruh tubuhnya.
“Sekarang kita mulai ya..” kata Jack, Astrid hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan Jack bergerilya di wajahnya.
“Uhh.. wajahmu mulus sekali Non..” Jack lalu mencium pipi Astrid, antara geli dan jijik Astrid memajamkan mata. Lalu Jack mulai menelusuri bibir Astrid yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Astrid sampai megap-megap saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Jack. Tapi Jack terus berusaha mendesakkan bibirnya mengulum bibir Astrid, lidahnyamencoba menerobos masuk ke mulut Astrid, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Astrid. Astrid menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Astrid, tangan Jack juga memelintir-melintir puting payudara Astrid dengan gerakan kasar. Astrid meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Jack justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Astrid menegang saat sensasi itu melandanya, tanpa sadar Astrid mulai mendesah.
“Hoi Jon.. ngapain lu bengong di situ?” Jack memanggil kawannya yang agak bego yang dari tadi cuma menonton sambil mengocok penisnya sendiri. “Sini, Pelacur ini nggak puas kalau berdua.”
Astrid makin menderita mendengar ucapan itu, kali ini dua orang yang mengerubutinya, mereka meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Jon bahkan meremas-remas payudara kiri Astrid dengan kasar, sementara sebelah tangannya meraba dan meremas pantat Astrid yang sekal.
“Uohh.. Jack, Pentilnya dahsyat, pantatnya juga nih.. kayaknya enak nih kalo ditidurin,” kata Jon. Sementara Jack sedang asyik berkutat dengan payudara Astrid sebelah kanan. Dia menjilati dan menyentil puting payudara Astrid dengan lidahnya.
“Ohh.. baru tahu lu?” Jack tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Astrid. Astrid hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Jack mulai menggerayangi vaginanya.
“Ohh.. tempiknya bagus banget nih Jon..” Jack menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Astrid, sementara Jon kali ini sibuk menciumi dan menjilati payudara Astrid sementara tangannya membelai-belai perut Astrid yang licin.
“Ohh..” Astrid menjerit kecil saat saat Jack mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Astrid.
“Jangan Tuan..” Astrid merintih. “Saya masih perawan.. tolong jangan lakukan..”
“Masih perawan ya..? kebetulan..” kata Jack dingin, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Astrid bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Astrid. Astrid merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu.
“Hei Jack.. kayaknya lonte ini sudah mulai terangsang nih..tuh lihat dia mulai merintih, keenakan kali ye..?” ujar Jon diiringi tawa, Astrid makin sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan kedua penjahat itu.
“Janganhh..ohh…” Astrid mulai meracau tidak karuan saat Jack mulai menjilati vaginanya. Astrid menjerit saat lidah Jack bermain di klitorisnya. Lidah Jack mencoba mendesak ke bagian dalam vagina Astrid sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok vagina itu.
“Ahkkhh.. ohh.. janganhh..” Astrid menggeliat. Semantara Jon kali ini berdiri di belakang Astrid sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua payudara Astrid dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara Astrid dipilin-pilin dengan ujung jarinya seperti orang sedang mencari gelombang radio. Astrid mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua penjahat itu terlihat makin bernafsu.
“Ayo terus Jack..sebentar lagi dia orgasme..” Jon berteriak-teriak kegirangan seperti anak kecil sambil terus menerus meremas payudara Astrid sementara Jack masih menelusupkan wajahnya ke selangkangan Astrid. Lidahnya terus menyapu bibir vagina Astrid dan sesekali menyentil klitorisnya. Astrid menjerit kecil setiap kali lidah Jack menyentuh klitorisnya, semantara tangannya juga bermain meremasi pantat Astrid. Tubuh Astrid sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah padam. Tapi Astrid akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Jack dan menggerakkannya maju mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Astrid tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang.
“OOHHHKKHHHH…. AHHHH…” Astrid mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula “Crt… crt… crt…” cairan vaginanya muncrat keluar membasahi wajah Jack. Tanpa sadar Astrid mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas lalu jatuh terpuruk, Jon menahan tubuh Astrid dengan kedua tangannya yang kekar.
“hahahahaha…” Jack tertawa. “Pelacur di mana-mana sama, bilang nggak tapi muncrat juga.”
“Iya nih.. dasar pelacur..” Jon menambahi. Dibiarkannya tubuh Astrid terpuruk di lantai. Astrid merasa sangat hina, ditelanjangi dan dilecehkan seperti seorang pelacur. Dia menangis sesenggukan.
“heheh.. lihat , dia menangis..” Jack kembali melontarkan penghinaan. “Oke Jon, sekarang rekam yang ini..” Jack mengangkat wajah Astrid yang bersimbah air mata. Jon mulai merekam adegan tersebut.
“Nah Nona, sekarang Nona gue minta untuk ngemutin kontol gue.. Nona mau nggak ngemut kontol gue?” ujar Jack ringan. Astrid terkesiap mendengar permintaan Jack.
“Jangan Tuan.. jangan..” Astrid menggeleng mencoba menolak.
“Mau menolak ya?” Jack mengacungkan pisaunya. Hal itu mambuat Astrid ketakutan setengah mati.
“Ti..tidak Tuan.. i.. iya Tuan.. saya mau ngemutin kontolnya tuan..” kata Astrid terbata-bata.
“Sekarang elo kesini.. merangkak, lalu memohon buat ngemutin gue punya kontol ya..” kata Jack dengan ringan. Astrid menunduk malu campur takut. Belum pernah sekalipun dalam hidupnya dia melakukan permainan seks model apapun dan sekarang dia dipaksa untuk melakukannya. Tidak punya pilihan, Astrid akhirnya menuruti perintah itu. Dia merangkak menuju ke arah Jack lalu menatap ke arah Jack dengan tatapan memelas.
“Tuan, boleh.. bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, plis Tuan.. ijinkan saya ngemut kontolnya Tuan, ” kata Astrid dengan cukup jelas.
“Coba ulangi dengan lebih mesra..” kata Jack. Wajah Astrid langsung merah padam mendengar ucapan itu, dipaksakannya untuk bicara.
“Tuan, boleh nggak saya ngemut kontolnya Tuan, plis.. ijinkan dong .. saya sudah enggak tahan.” Astrid berkata dengan senyum dipaksakan.
“Berapa gue harus bayar elo buat ngemut kontol gue?” Jack bertanya yang membuat Astrid kebingungan.
“Ehh… gratis Tuan.. Tuan nggak usah bayar.. saya sukarela kok,” kata Astrid akhirnya.
“Hehehehe.. gratis ya? Jadi elo sukarela ya? Bukan paksaan kan?” tanya Jack.
“Eh.. iya Tuan.. saya nggak terpaksa..” jawab Astrid pendek.
“Yah.. karena elo yang memaksa, buruan gih..” Jack membuka ritsletingnya sendiri, lalu Astrid menurunkan celana jeans butut itu, seketika penis Jack yang panjnag menonjol dari balik celana dalamnya yang kumal. Astrid dengan gerakan terburu-buru memelorotkan celana dalam itu. Penis Jack yang besar dan panjang langsung mencuat tegak di depan wajah Astrid. Penis itu besar sekali, mungkin sekitar 20 cm dengan diameter hampir 4 cm, hitam dan berurat mengerikan. Astrid memalingkan wajahnya saking jijiknya memandang penis itu.
“Lho katanya mau ngemut, kok malah melengos sih?” Jack berkata datar membuat Astrid tersadar. Perlahan Astrid mulai memegang penis itu yang terasa penuh dalam genggamannya, lalu dengan gerakan pelan Astrid mulai mengocok-ngocok penis itu. Astrid lalu mendekatkan penis itu ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, kemudian Astrid menahan nafas dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis itu, meskipun tidak pengalaman tapi naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Astrid mulai menikmati penis Jack.
“Ohh.. yess.. ahh… enak tenan… nggak kayak pelacur-pelacur pinggir jalan, asyik tenan, mirip artis-artis bokep jepang atau bule.” kata Jack mengomentari kuluman Astrid. “Ayo teruss Nona.. teruss.. ” Jack mengerang. Astrid mempercepat gerakan kulumannya, sesekali penis itu dikeluarkan dari mulutnya lalu dimasukkan kembali, Astrid berusaha sekuat tenaga memuaskan Jack, terlihat penis itu dikulumnya sampai mentok ke tenggorokannya, dikeluarkan lalu dimasukkan lagi, dikeluarkan lagi dimasukkan lagi, persis seperti orang sedang manikmati es mambo.
“Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Jack mengerang, sampai akhirnya dia menjambak rambut Astrid lalu menekan wajah Astrid ke selangkangannya dan dengan gerakan kasar Jack mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut Astrid, Astrid sampai tersedak dan kehabisan nafas,api Jack tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya dengan liar.
“AHH.. AHHH.. AHHHH…” gerakan Jack baru berhenti setelah dia mengerang keras, Astrid merasakan semburan cairan kental di dalam mulutnya yang meluncur langsung ke dalam tenggorokannya, rupanya Jack berejakulasi di dalam mulut Astrid, cairan spermanya banyak sekali sampai memenuhi mulut Astrid, sebagian cairan putih kental itu meleleh keluar di sudut bibir Astrid yang terpuruk di lantai sambil terengah-engah kehabisan nafas.
Astrid tersengal mencoba mengambil nafas dengan terpaksa dia menelan sperma Jack yang ditumpahkan ke dalam mulutnya. Dia hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu, tapi dia tidak kuasa melawan. Tapi penderitaan Astrid belumlah selesai. Tiba-tiba Jack menyentak rambut Astrid dengan kasar.
“Sekarang Nona cantik merangkak ke teman gue yang di situ, lalu memohon untuk ngemut kontolnya, ingat ya.. harus sopan,” Jack berujar kalem.
“Iya Tuan.. ,” Astrid mengangguk ketakutan. Dia lalu merangkak ke arah Jon yang sudah tidak sabar. Jon bahkan sudah tidak memakai apa-apa lagi seningga penisnya yang besar mengacung tegak. Dengan perasaan jijik Astrid belutut sehingga wajahnya tepat berada di depan penis Jon yang besar dan hitam.
“Tuan yang baik, bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, saya ingin sekali ngemut kontolnya Tuan, boleh ya?” Astrid berkata dengan suara tertahan, bernada memelaskan, tapi dia berusaha tersenyum semanis mungkin. Sementara Jack beraksi merekam adegan demi adegan yang dilakukan Astrid dengan kameranya.
“Hehehe.. Nona ini sudah cantik, sopan pula..” Joan melontarkan sindiran. “Tapi nggak bayar kan Non?”
“Tidak Tuan.. tidak.. saya rela kok.. nggak usah bayar..” Astrid menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Yah.. karena Nona cantik dan sopan, saya mau deh Non, ayo jangan malu-malu kalau mau ngemut..” Jon memajukan pinggulnya membuat penisnya mengacung lebih dekat ke wajah Astrid. Dengan gerakan ragu Astrid mulai menggenggam penis Jon, lalu dengan lembut mulai mengocok penis yang seukuran genggaman tangannya itu. Jon langsung mengejang menerima kocokan itu. Astrid lalu menjilati ujung penis Jon dengan ujung lidahnya, sesekali lidahnya juga menyapu batang penis Jon sambil terus mengocoknya dengan gerakan lembut.
“Ohhh.. Ohhhh.. enakhh.. ” Jon mengerang. “Benar-benar nggak kayak lonte-lonte murahan yang biasa kita entotin itu Jack..”
Astrid berdesir mendengar hinaan itu, hatinya terasa sakit, air matanya kembali menetes disamakan dengan pelacur murahan. Tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah kedua penjahat itu dengan harapan mereka akan segera melepaskannya.
“Masukan ke mulut dong Non..” kata Jon ringan. Astrid hanya melirik sekilas lalu mulai membenamkan batang penis Jon ke mulutnya dan menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis itu keluar masuk di mulutnya.
“Diemut yang benar dong Non!” perintah Jon yang langsung dituruti oleh Astrid, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada penis itu. Jon melenguh nikmat merasakan kuluman Astrid, lalu tangannya menjulur ke bawah meraih buah dada Astrid yang menggantung kenyal. Astrid menjerit kecil saat tangan Jon yang kasar mulai meremas payudaranya dengan gerakan kasar, tapi remasan itu justru membuat dorongan seks dari diri Astrid semakin menggelegak menimbulkan sensasi tersendiri membuatnya semakin bergairah melakukan kuluman di penis Jon.
“Ohh.. enak Non.. ahh.. ahh teruss..” Jon mengerang sambil tangannya terus menerus meremas-remas payudara Astrid dengan kasar, Astrid merasa sakit pada payudaranya, tapi gerakan kasar itu sekaligus membakar nafsu seksualnya membuat wajahnya merah padam dan gerakan kepalanya menjadi semakin teratur makin lama makin lembut membelai dan mengocok penis Jon dengan bibir mungilnya.
“Ahhkhh.. Ohhh..” Tiba-tiba Jon mengejang dan mengerang. Dengan kasar dia mencabut penisnya dari cengkeraman bibir Astrid lalu memaksa Astrid menggenggam penis itu.
“Kocok.. ayo kocok..” perintahnya. Astrid menurut dan mengocok penis Jon dengan lembut. Jon menjadi semakin liar, tubuhnya mengejang dan menyentak-nyentak.
“Ohhh.. gue mau ngecroott.. Ahhhh..” Jon mengerang lalu menjambak rambut Astrid membuat wajah Astrid menengadah tepat di depan penisnya, lalu.
“Crott.. crott.. crott..” sperma Jon muncrat dengan deras menyembur tepat di wajah Astrid, Astrid gelagapan saat wajahnya tersemprot cairan putih kental itu, dia mencoba menghindar tapi cengkeraman Jon pada rambutnya membuatnya tidak berkutik, akhirnya dia pasrah Jon menyemprotkan sperma ke wajahnya. Wajah Astrid yang cantik langsung berlumuran sperma kental, sebagian meleleh membasahi payudaranya dan sebagian lagi mengalir masuk ke mulutnya.
“Ahhhh….” Jon mengerang lega. Dia merasakan kepuasan yang luar biasa saat beejakulasi di wajah cantik itu. Dia langsung melepaskan cengkeramannya dari rambut Astrid membuat Astrid langsung tersimpuh di lantai dan menangis tersedu-sedu. Tubuhnya yang putih mulus kini basah oleh keringat dan sperma. Sementara Jon dengan santainya merebahkan tubuhnya di sofa merah marun yang sudah rusak yang ada di dekatnya.
“Hehehee.. ” Jack menunjukkan kameranya. “Nona berbakat juga lho jadi bintang film bokep. Benar-benar mirip sekali dengan bintang bokep mandarin..”
Astrid memejamkan mata, mencoba tidak mendengarkan penghinaan penjahat-penjahat itu, hatinya seperti ditindih sebongkah batu besar dan berat membuatnya kembali menangis tersedu-sedu.
“Oke Jon, kayaknya Nona cantik ini harus membersihkan diri dulu,” kata Jack lagi. Jon mengacungkan jempolnya ke atas, dia lalu keluar dari ruangan dan masuk lagi beberapa saat kemudian dengan membawa seember air.
“Bersihin wajah sama badan elo!” perintah Jack sambil menunjuk ember yang dibawa Jon. Astrid melirik sekilas, ada air bersih dan kain di dalamnya, lalu dengan takut-takut dia mulai membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel di wajah dan payudaranya.
“Sekarang berdiri Nona..” Jack memerintahkan.
“Ampun Tuan.. lepasin saya.. saya kan sudah menuruti semua perintah Tuan..” Astrid memohon dengan memelaskan sambil menangis tersedu.
“Oho.. jangan buru-buru Nona cantik, bagian terbaiknya belum lagi dimulai,” kata Jack dingin. “sekarang Nona naik ke atas ranjang itu!” perintahnya dingin.
“Jangan Tuan..” Astrid terperanjat mengetahui apa yang bakal menimpanya. “Jangan perkosa saya Tuan! Saya masih perawan.. ampun Tuan.. jangan perkosa saya..!” Wualn menjerit menghiba dan memohon.
“PLAKK!!” sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi Astrid membuat Astrid terhuyung ke belakang disertai jeritan.
“Berani membangkang?” Jack menghunus pisau besarnya kembali, darah Astrid seperti berhenti melihat kilatan pisau itu. Astrid gemetar ketakutan begitu melihat Jack mengacungkan pisau itu tepat di wajahnya.
“Bagaimana? Berani menolak?” Tanya Jack kalem. Astrid memalingkan wajahnya, air matanya mengalir makin deras. Dia tidak punya pilihan lain, dengan hati hancur dia menggeleng lemah, dia sudah tidak punya harapan lagi mengetahui sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua preman brutal.
“Hehehe.. bilangnya yang sopan dong masa Cuma menggeleng gitu,” Jack tertawa sinis. “Ayo bilang yang sopan.”
“Iya Tuan, saya mau..” jawab Astrid sambil terisak.
“Mau apa?” Jack bertanya galak.
“Ehh.. saya.. saya mau dikenthu sama tuan berdua..” jawab Astrid dengan perasaan hancur.
“Mau apa kepingin?” Jack bertanya dengan nada menghina.
“Eh.. iya Tuan, saya kepingin dikenthu sama Tuan berdua, saya pingin Tuan berdua menyetubuhi saya, “jawab Astrid gemetar.
“Kalau gitu memohon yang sopan dong..” Jack berujar datar, membuat Astrid makin terhina, inilah tujuan Jack, makin terhina Astrid berarti semakin dia berkuasa pada diri Astrid.
“Tuan yang baik, maukah Tuan berdua menyetubuhi saya, please Tuan, saya sudah nggak tahan pingin kenthu..Please..” Astrid memohon-mohon untuk disetubuhi.
“Bayar nggak?” Tanya Jack kalem.
“Tidak Tuan, saya mau dikenthu tanpa bayaran, gratis Tuan, gratis.” Astrid memohon-mohon seperti pelacur murahan.
“Kalau gitu sih boleh.. “Jack tersenyum liar. “Nona sekarang tiduran deh di ranjang.” Astrid menuruti perintah itu, dia langsung naik ke ranjang yang sepertinya memang sudah direncanakan untuk memperkosa Astrid.
“Terlentang dong.. masa cuma duduk begitu, Gimana caranya gue ngentotin elo kalau elo cuma duduk di situ” Jack memberi perintah ketika melihat Astrid Cuma duduk di tepi ranjang. Astrid lalu merebahkan badannya dan terlentang.
“Bagus sekali Nona cantik, sekarang pentangkan kaki elo lebar-lebar, rentangkan tangan ke atas.” Jack memberi perintah lagi dan Astrid dengan pasrah menurut, dipentangkannya tangan dan kakinya sesuai perintah. Sekarang posisi Astrid lebih mirip huruf X dengan tangan dan kaki terbentang, huruf X yang sangat bagus.
“Hadap ke sini dong Sayang..” Jack mengarahkan handycamnya ke tubuh Astrid yang telanjang bulat mulai dari ujung kaki sampai ujung tangan, pada bagian vagina dan payudara sengaja disyut lebih lama dengan berbagai posisi.
“Ayo Non, bilang lagi yang sopan kalau mau dikenthu,” Jack memerintah.
“Mari Tuan, silakan, buruan kenthu saya Tuan, nikmati tubuh saya..” Astrid berkata dengan gemetar. Jack lalu menyerahkan Handycamnya pada Jon.
“Tentu Nona manis, dengan senang hati, ” kata Jack sambil mendekati Astrid, dia lalu berbaring di dekat Astrid. Astrid gemetar ketakutan saat Jack mulai membelai wajahnya dan menciumi pipinya, kumisnya yang kasar seperti duri menusuk-nusuk pipi Astrid yang halus. Jack lalu menciumi bibir Astrid dengan gerakan lembut berulang-ulang sambil tidak lupa tangannya bergerak ke payudara Astrid yang kenyal dan lembut, payudara yang putih mulus itu dibelai-belai dan diremas dengan lembut, sesekali Jack mempermainkan puting payudara Astrid yang berwarna pink segar dengan jari-jarinya. Astrid berusaha menahan agar tidak terhayut oleh perlakuan itu, tapi gerakan-gerakan Jack yang sangat berpengalaman membuat pertahanannya sedikit demi sedikit bobol. Perlahan Astrid mulai memberikan respon pada ciuman Jack, tanpa disadari, Astrid mulai membuka mulutnya dan membiarkan lidah Jack bermain-main dengan lidahnya, bahkan Astrid mulai ikut memainkan lidahnya sendiri dan membiarkan bibirnya berpagutan dengan bibir Jack. Sambil terus berciuman, Jack terus membelai dan meremas-remas payudara Astrid dengan lembut. Lalu Jack mengarahkan ciumannya ke bagian leher Astrid. Astrid menerima perlakuan itu sambil mendesah pelan.
“hehehe.. udah mulai terangsang ya Non.. ” Jack tertawa pelan sambil terus menciumi sekujur leher Astrid, lalu ciumannya bergerak menelusuri bagian payudara Astrid. Dengan lidahnya, Jack menjilat-jilat payudara mulus itu dengan lembut, ujung lidahnya sesekali menyapu puting payudara Astrid membuat Astrid makin terangsang. Desahan nafasnya mulai memburu, wajah Astridpun mulai memerah.
“Wah.. ini memang pentil yang sangat indah,” kata Jack ditengah usahanya menciumi payudara Astrid, sementara bibir dan lidahnya mengarah ke payudara sebelah kiri, tangan Jack tetap meremas-remas payudara Astrid yang sebalah kanan.
“Memang pentil yang baguss, gue belum pernah menikmati barang yang segini bagus kayak punya Non, beda lho sama pentilnya lonte-lonte yang pernah gue pakai..” kata Jack dengan nafas tidak teratur. Tapi Astrid sudah tidak bisa mendengarkan ucapan itu, gejolak nafsu seksnya begitu besar menghantamnya.
Jack lalu menelusuri bagian perut Astrid yang licin dengan lidahnya dan terus ke bawah, dilihatnya belahan vagina Astrid yang mulai basah untuk sesaat.
“Wuah.. tempik Non emang yahud banget, belum pernah dipakai ya..?” Jack tersenyum buas.
“Ahh.. jangan Tuan.. jangan di situ.. ohhh..” Astrid menggeliat saat Jack mulai menjilati vaginanya sambil tangannya mengelus-elus sepasang paha Astrid yang mulus.Jack lalu membuka paha Astrid lebih lebar untuk lebih leluasa menjilati vagina Astrid, dan kali ini lidahnya berputar-putar di bagian klitoris Astrid. Astrid mengejang sesaat ketika klitorisnya dijilati.
“Jangan Tuan.. ” Astrid meronta saat Jack dengan perlahan mulai menindih tubuhnya. Tapi ucapannya terhenti saat bibirnya kembali dilumat oleh Jack dengan ganas. Dan sambil berciuman Jack mengarahkan penisnya ke vagina Astrid. Astrid menggeliat saat merasakan ada benda tumpul yang mencoba menerobos ke dalam vaginanya.
“Tidak Tuan.. jangann.. jangann..” Astrid meronta dan bergumam tidak jelas. Astrid menggeliat saat Jack mendesakkan pantatnya mendorong penisnya masuk ke dalam vagina Astrid.
“Ahhkh.. sakiitt..” Astrid menjerit kecil saat penis itu mengoyak vaginanya, air mata meleleh di pipinya. Astrid memejamkan mata dan menangis, keperawanannya yang dijaga seumur hidup kini direnggut paksa oleh seorang preman bengis.
“Ohh.. masuk juga akhirnya..” Jack mendengus lega. “Gila, tempiknya Nona seret banget lho..”
Lalu Jack mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mula-mula pelan, tapi setelah beberapa saat gerakannya makin teratur, Vagina Astrid yang masih sempit mulai licin dan lancar meskipun masih sangat menjepit. Astrid tidak tahan lagi, dorongan nafsu seksualnya sudah mangalahkan akal sehatnya, diapun mengerang dan mendesah seirama gerakan penis Jack yang menggenjot vaginanya. Gesekan penis di dalam vaginanya memberikan sensasi luar biasa pada sekujur tubuh Astrid membuatnya mengejang dan bergerak liar. Astrid akhirnya menikmati persetubuhan yang baru pertama kali dilakukannya ini. Dan setelah beberapa menit diperkosa, Astrid sudah tidak lagi kelihatan seperti orang yang sdang diperkosa tapi justru menikmati persetubuhannya. Dia bahkan membiarkan saja saat Jack kembali menciumi bibirnya ditengah-tengah persetubuhan. Bahkan ketika Jack menghentikan genjotannya, secara tidak sadar Astrid gantian menggerak-gerakkan pantatnya, dan Astrid pun menurut saja ketika Jack menyuruhnya berganti posisi. Kali ini Astrid disuruhnya nungging dengan gaya Doggy style. Lalu dari arah belakang Jack kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Astrid dan kembali menyetubuhinya. Astrid kali ini tidak melawan lgi, dia bahkan bergoyang seirama dengan genjotan Jack dengan lenguhan dan desahan penuh nikmat. Sementara Jon dengan gaya kameraman professional sibuk mengambil adegan pemerkosaan itu dari berbagai sudut.Dia paling suka mengarahkan kamera ke wajah Astrid yang merintih-rintih nikmat, dan sesekali mengarahkan kameranya tepat di vagina Astrid yang sedang digenjot oleh penis Jack sehingga suara gesekannya terekam dengan jelas.
Tapi ditengah-tengah usaha memperkosa Astrid tiba-tiba Handphone milik Astrid berdering dengan nyaring, hal itu menyadarkan Astrid dari sensasi seksual yang sedang dialaminya. Astrid kembali menangis, tapi Jack tidak mempedulikan tangisan itu.
Jon mengambil handphone Astrid, dilihatnya sesaat, lalu diserahkannya pada Jack. Lalu Jack menyodorkan handphone itu kepada Astrid yang masih disetubuhinya.
“Jawab!” perintahnya. “Tapi ingat, jangan sampai dia curiga, kalau tidak..” Jack menyodorkan Handphone itu disertai ancaman. Astrid menerimanya, panggilan itu dari temannya, Rani.
“Hallo..” Astrid menjawab panggilan Rani dengan susah payah ditengah-tengah persetubuhan yang dia lakukan. Astrid berusaha setengah mati sewajar mungkin untuk tidak membuat temannya curiga, tapi menjawab telepon sambil disetubuhi membuatnya sesekali kelepasan dan mengerang. Gilanya Jack bukannya menghentikan genjotannya, dia justru mempercepat gerakannya membuat tubuh bugil Astrid tersentak-sentak. Sekuat tenaga Astrid menahan nada suaranya agar terdengar biasa sementara dari belakang Jack menyetubuhinya dengan ganas. Astrid menggigit bibirnya menahan agar tidak mengerang sampai wajahnya memerah, tapi Jack melihat Astrid yang kepayahan menahan diri justru semakin senang, digenjotnya vagina Astrid dengan kuat sehingga Astrid tersentak ke depan dan mau tidak mau Astrid melenguh tertahan.
“Trid, elo nggak apa-apa kan?” suara Rani dari telepon terdengar cemas.
“Ngaakk.. ahhkkh..” Astrid tiba-tiba berteriak, pada saat yang bersamaan Jack kembali menyodok vaginanya kuat-kuat membuat Astrid terlonjak. “Gue nggak apa-apa…ohh.. ohh.. “Astrid mengerang perlahan.
“Tapi kok suara elo aneh gitu, elo lagi ngapain sih?” tanya Rani lagi.
“Gue nggak ngapa-ngapain.. ahh.. ahh..” kembali Astrid mengerang lirih. “Udah ya.. gue mau tidur dulu..” lalu buru-buru Astrid memutuskan hubungan teleponnya sambil mengerang keras melepaskan tekanan seksual yang dari tadi menyiksanya.
“Ahhkhhh… ohhhh…” Astrid menggeliat saat Jack menyentakkan penisnya kuat-kuat.
“Hehehehe.. enak ya Non, ngentot sambil telepon..” Jack mengejek. Astrid diam saja sambil menggigit bibirnya. Jack makin bersemangat menggenjotkan penisnya sampai tubuh bugil; Astrid tersentak-sentak maju-mundur. Dorongan seksual dari dalam diri Astrid kembali menggelegak membuat tubuhnya mengejang kuat sekali. Dan pada saat mendekati klimaks Astrid tiba-tiba bergerak dengan liar mengimbangi genjotan Jack.
“AHHHHH……… AHHHH………” Astrid mengerang keras sambil menggeliat liar, tubuhnya menegang, tangannya mencengkeram kasur dengan kuat dan kemudian perlahan mengendur lagi lalu melemas kehabisan tenaga, rupanya Astrid kembali mengalami orgasme yang kali ini bahkan lebih dahsyat dari orgasme sebelumnya. Tapi rupanya Jack belum merasa puas, mungkin karena sudah berejakulasi sebelum menyetubuhi Astrid. Dia membalikkan tubuh bugil Astrid yang terengah-engah sehingga kebali terlentang di ranjang. Bagian vagina Astrid terlihat mengalirkan lendir bercampur darah segar pertanda memang Astrid masih perawan sebelum diperkosa olehnya. Jack lelu mengangkat kedua paha Astrid dan membukanya lebar-lebar, dengan memagan kedua pergelangan kaki Astrid Jack kembali mengarahkan penisnya ke vagina Astrid, Astrid menggeliat saat vaginanya kembali dimasuki oleh penis Jack, tapi dorongan seksual sudah menguasai Astrid, dia diam saja ketika Jack mulai kembali menyetubuhinya, bahkan kembali mendesah-desah penuh kenikmatan saat Jack menyodok-nyodokkan penisnya dengan brutal.
Astrid sangat tidak berdaya menghadapi sodokan-demi sodokan Jack, dia memilih untuk menyerahkan ketotalan kepasrahan dirinya untuk diapakan saja oleh Jack, untuk di garap habis – habisan dan kepasrahan itu mambuat Astrid kembali merasakan orgasme membuat tubuhnya kembali menegang, melihat Astrid kembali orgasme Jack semakin keras saja mengenjot vagina Astrid, ia memompa Astrid habis habisan sampai Astrid merasakan ada busa-busa mengalir disekitar vaginanya.
“Argggghhhh emmhhh oohhh yeahhhh yeahhhhhh yahhhh…. gua mau kluar… enak banget nih…. oooiiiii ahhhh… ahhh ahhhhhh….” teriak Jack, dan akhirnya semburan spermanya memenuhi rongga vagina Astrid.
Astrid terkapar lemas di ranjang, tubuhnya yang putih mulus basah kuyup oleh keringat membuat tubuh bugil itu berkilau. Nafasnya naik turun membuat payudaranya ikut naik turun menggairahkan. Astrid kembali menangis ketika ingat Jack menyemprotkan sperma di dalam vaginanya yang bisa membuatnya hamil, beruntung saat ini bukan masa subur baginya.
“Hehehee.. Uenak tenan Jon, bisa merawanin cewek secakep ini, elo coba deh,” kata Jack. Astrid gemetar mendengar ucapan Jack. Dilihatnya mereka bertukar tugas, kali ini Jack yang bertugas merekam adegan saat dirinya diperkosa.
“Tenang aja ya Non, Non bakal ketagihan nanti,” kata Jon sambil mendekati Astrid yang masih terbaring kelelahan. Dia lalu mulai membaringkan Astrid dengan posisi terlentang, lalu dia membungkuk mengarahkan mulutnya ke payudara Astrid. Dilumatnya payudara itu dengan kenyotan dan gigitan-gigitan ringan. Hal itu menyebabkan Astrid menggeliat-geliat dan mengeluarkan desahan, perasaannya terombang-ambing dalam ketakutan dan kenikmatan yang tak bisa dibendungnya. Hisapan pria itu pada putingnya menaikkan libidonya walaupun itu diluar kehendaknya. Astrid hanya bisa pasrah saja, tangannya meremas-remas rambut Jon karena rasa geli akibat kenyotan pada payudaranya, payudara yang lain juga sedang diremasi tangan Jon, nampak jari-jarinya menggesek-gesek putingnya memanaskan birahi gadis itu. Desahannya bercampur dengan suara tangis sesenggukan.
“Hmmm…Non emang sempurna banget, punya body montok gini siapa yang ga ngiler” gumam Jon sambil tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Astrid.
Lalu Jon menindih tubuhnya, dipeluknya tubuh Astrid dan diresapi kehangatan dan kemulusannya. Astrid dapat merasakan benda keras dengan daerah kemaluannya. Astrid memalingkan wajah ketika Jon menyentuh bibirnya, tapi ruang gerak yang terbatas Jon berhasil juga melumat bibirnya.
“Mmhh…uummm !” gumamnya saat menciumi Astrid dan berusaha memasukkan lidahnya ke mulut gadis itu yang masih menutup.
Astrid sendiri dapat merasakan hembusan nafas pria itu pada wajahnya, panas dan bau rokok. Dia merasa tidak enak dengan nafas Jon yang bau rokok itu tapi toh pertahanannya bobol juga karena sulit bernafas dan Jon terus merangsangnya dengan menggerayangi tubuhnya. Lidah Jon pun mulai bermain-main di rongga mulutnya, Astrid tidak sanggup lagi mengelak darinya karena setiap kali lidahnya bergerak yang terjadi adalah saling beradu dengan lidah Jon sehingga diapun membiarkan lidah Jon menari-nari di mulutnya. Matanya terpejam dengan air mata membasahi kelopak matanya. Percumbuan itu membuat nafasnya makin memburu, badannya bertambah panas.
“Jangan Tuan.. jangan lagi…” Astrid merintih pelan saat benda tumpul itu mulai menyentuh kemaluannya.
“Nikmatin aja Non, jangan!” kata Jon dekat telinganya. “Tahan yah Non, agak sakit, tapi nantinya bakal enak deh. Gue ga bakal kasar kok kalo Non nurut..!” kata Jon, lalu dia mulai menekan kepala penisnya yang sudah menempel di bibir vagina Astrid.
“Aahh…sakit…!! Oohh…tolong hentikan !” rintih Astrid menahan sakit sampai tubuhnya menggeliat dan dadanya terangkat hingga makin membusung, keringat mengucur membasahi tubuhnya.
“Sabar yah Non, sabar !” Jon menenangkannya sambil membelai rambut gadis itu, dia dapat merasakan genggaman tangan gadis itu yang makin erat karena telapak tangan mereka saling genggam.
“Sempit oi, enak banget !” gumam Jon sambil terus mendorong-dorongkan penisnya ke vagina Astrid. Kepala penis yang seperti jamur itu sudah menancap di vagina Astrid, lalu Jon mendorong lebih dalam lagi.
“Aakkhh…aaaahhh !” jerit Astrid tubuh makin mengejang.
“Pheeww…masuk juga akhirnya, asoy banget tempik perawan nih !” kata Jon sambil menghembuskan nafas panjang. Sementara Jack terus merekam adegan perkosaan itu sambil tertawa-tawa.
Mulut Jon mulai menjalar naik ke bahu, leher, hingga bibirnya. Bibir yang sudah berkerut itupun bertemu dengan bibir Astrid yang mungil dan segar sehingga erangannya teredam. Lidah pria itu mengaduk-aduk mulutnya, Astrid pun secara refleks menggerakkan lidahnya sehingga tanpa terasa dia malah hanyut melayani permainan lidah Jon, ini juga dikarenakan sodokan-sodokan Jon yang menimbulkan rasa nikmat yang tidak bisa disangkalnya. Penjahat itu makin bersemangat menggenjot vagina Astrid sambil menggumam tak jelas.
“Okh-oohh…enak, ohh-uuuuh…udah perawan, cantik lagi uhh..!” ceracaunya sambil menikmati kontraksi dinding vagina Astrid yang memijati penisnya.
Tangan kekar Jon yang memegangi paha gadis itu membelai-belai menikmati kemulusan pahanya, sesekali juga meremasi bongkahan pantatnya. Kontras sekali pemandangannya saat itu, tubuh mulus seorang gadis jelita dihimpit tubuh hitam kekar penuh tato dan menyeramkan.
Hampir liambelas menit lamanya Jon menggenjot tubuh bugil yang makin melemah itu. Astrid sudah kehabisan tenaga untuk melawan, tubuhnya kini tersentak-sentak mengikuti setiap genjotan penis Jon di vaginanya. Tiba-tiba Jon berdiri lalu membalikkan tubuh Astrid, Pantat Astrid ditunggingkannya sehingga posisi Astrid sekarang menungging dengan tangan menutupi bagian dadanya.
“Uih.. pantatnya asoy banget, gede, mulus lagi..” Jon membelai-belai dan meremasi pantat Astrid. Astrid menegang sesaat ketika tangan Jon membelai belahan vaginanya yang berlendir. Jon lalu mengarahkan penisnya bersiap menyetubuhi gadis itu dalam posisi doggie. Astrid meringis ketika merasakan penis Jon yang besar menyeruak masuk ke vaginanya, dia merintih, perih, namun kali ini sudah lebih mendingan berkat cairan kewanitaan yang melicinkan vaginanya.
“Aahh…!” itulah yang keluar dari mulut Astrid saat Jon menyentakkan penisnya hingga amblas seluruhnya.
Jon mulai maju-mundur sambil tangannya berkeliaran menggerayangi pantat, punggung dan payudaranya yang menggelantung indah. Sementara Jack asyik merekam adegan demi adegan perkosaan itu dengan seksama. Bagian yang paling sering dia sorot adalah wajah Astrid yang terlihat begitu memelaskan tapi sekaligus terangsang hebat.
“Ayo.. teruss Jon.. teruss.. sebentar lagi dia ngecret lagi.. teruss..” Jack menyemangati kawannya seperti menyemangati tim sepak bola membuat Jon mendesakkan penisnya dengan kuat, Astrid tersentak berkali -kali saat Jon menyodokkan penisnya dengan kuat.
Sepuluh menit lamanya dia digumuli dalam posisi itu, sodokan-sodokan Jon mendatangkan kembali perasaan aneh yang tadi dirasakannya, kembali tubuh Astrid mengejang disertai erangan panjang. Dirinya serasa terbang selama 1-2 menit, dan dia harus mengakui kenikmatannya.
“Ahhhhkkhhhh… Ohhhh…” Astrid melenguh panjang merasakan orgasme untuk kesekian kalinnya gelombang orgasme yang menerpa Astrid dirasakan juga nikmatnya oleh Jon karena otot-otot vaginanya semakin menghimpit penisnya serta menghangatkannya dengan cairan yang dihasilkan. Hal ini tentu memicu Jon menggenjotnya lebih cepat lagi dan membuatnya ejakulasi.
“AHHHH… Ahhhh…” Jon menerang keras-keras sambil menekan penisnya dalam-dalam di vagina Astrid merasakan kenikmatan ejakulasi, penisnya menyemprotkan sperma dengan derasnya ke rahim Astrid. Setelah mengeluarkan isinya, Jon menarik lepas penisnya, ketika dikeluarkan terlihat cairan kental belepotan di batangnya yang lalu dilapkan pada belahan pantat gadis itu.
Astrid langsung tersungkur di ranjang karena kelelahan, sementara Jon berdiri sempoyongan.
“Ohhh.. gile… tempik perawan memang beda, seret banget, nggak kayak punya lonte-lonte pinggiran jalan..” Jon menggumam sendiri sambil berjalan. Astrid kembali menangis sesenggukan, dirinya sudah tidak berharga lagi, diperkosa oleh dua penjahat dan dilecehkan habis-habisan, direndahkan bahkan lebih hina dibandingkan pelacur pinggiran jalan.
Masih belum cukup penghinaan dan pelecehan yang diterimanya, kedua penjahat itu memaksanya untuk berpose dalam keadaan telanjang bulat, dan dengan kamera milik Astrid sendiri kedua penjahat itu memotret pose-pose Astrid yang berpose dengan gaya persis bintang film porno.
“Hehehehe… Nona memang pantas menjadi pintang film bokep, gayanya natural sekali lho..” ujar Jack santai sambil terus memotret tubuh bugil Astrid dalam berbagai posisi. Baru setelah puas mereka mengijinkan Astrid pulang ke rumahnya sambil disertai ancaman.
“Jangan berani-berani cerita macam-macam ya! Gue tahu persis keluarga elo, jadi kalau mau keluarga elo selamat, elo mulai sekarang harus nurutin apa mau gue..” Jack mengancam. Dia membiarkan Astrid berpakaian, tapi dia mengambil BH dan celana dalam Astrid. Dia juga bilang kalau mobil Astrid akan dikembalikan. Astrid berjalan dengan pikiran kalut. Mendapati dirinya baru saja diperkosa saja sudah merupakan mimpi buruk, apalagi sekarang dia diancam bila bercerita para penjahat itu akan menghabisi keluarganya. Astrid merasa penderitaannya baru saja dimulai.
Bos Astrid bernama Pak Bob, pria tua yang gendut dan mata keranjang. Wajahnya bulat dengan leher pendek, tidak pernah muat memakai baju model apapun. Berkumis lebat dan tidak teratur dengan sedikit jenggot yang sudah mulai memutih. Orangnya galak bukan main. Kalau marah suaranya bisa menggentarkan seisi ruangan. Dua kali Pak Bob menyatakan cinta pada Astrid, tapi Astrid menolaknya karena tahu bosnya sudah beristri bahkan punya anak yang hampir berumur 17 tahun.
Belakangan ini Astrid sering mendapat teror dari orang tidak dikenal, ini terkait dengan pemberitaan yang diliputnya tentang tindak kriminal yang sering terjadi di ibu kota. Hal itu membuat teman-temannya cemas akan keselamatannya. Tapi Astrid hanya menanggapinya dengan ucapan ‘tenang aja, gue nggak apa-apa’. Padahal teror itu sering mampir ke padanya, lewat telepon maupun surat kaleng yang isinya benar-benar jorok dan melecehkan. Rata-rata surat kaleng yang ditujukan kepada Astrid berisi foto wanita cantik telanjang yang sedang disetubuhi, dengan tulisan “Gue bakal perkosa elo”
Malam itu sekitar pukul 23.00 terlihat Astrid terlihat keluar dari kantornya setelah kerja lembur. Pikirannya masih menyangkut pada naskah yang sudah hampir deadline. Dia berjalan dengan langkah lambat dan pandangan menunduk. Astrid berjalan menyusuri tempat parkir, mencari-cari tempat mobilnya diparkir. Mobil itu pemberian orang tuanya sesaat setelah dia lulus dan diterima bekerja.
Dengan gerakan pelan Astrid membuka pintu mobilnya lalu mobil itu meluncur manuju ke jalan raya yang lengang. Satu dua mobil yang berlari kencang mendahuluinya dengan kilatan lampu seperti mendesing. Mobil Astrid tidak terpengaruh oleh mobil lain yang seolah memprovokasinya. Dia tetap melaju dengan konstan. Tapi ketika membelok ke sebuah jalan kecil yang sangat sepi Astrid merasakan gerakan mobilnya oleng ke kiri dengan suara gradak-gruduk dari arah depan dan terdengar suara gesekan keras seperti suara benda logam menggesek aspal jalan.
Astrid segera turun dari mobilnya lalu memeriksa bagian depan. Dilihatnya ban depan sebelah kiri kempes total.
“Damn..” Astrid mengutuk pendek. “Kenapa musti bocor? Dan kenapa musti di sini?” pikirnya, perasaaan gelisah mulai merayapi punggungnya. Dan dalam kegelisahan itulah tiba-tiba muncul sesosok bayangan dari balik kegelapan, Astrid hanya sempat melihatnya sekilas karena sesaat bayangan yang jelas-jelas manusia itu memukul tengkuknya membuat kepalanya pusing. Pandangan Astrid yang mengabur sempat melihat wajah dari sosok bayangan itu, tapi sedetik kemudian satu kepalan besar negarah ke dagunya membuatnya terlempar dan jatuh terkapar. Kemudian dunia menjadi gelap baginya.
Keatika tersadar Astrid menemukan dirinya berada dalam sebuah ruangan yang pengap. Dan dia sangat terkejut ketika mengetahui dirinya dalam keadaan terikat pada sebuah tiang besar. Dia mencoba meronta tapi ikatan yang membelit tangan dan kakinya begitu kuat. Dalam kebingungan dia mencoba melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan itu seperti bagian dari sebuah rumah semi permanen dengan dinding separo tembok dan separo kayu papan, diterangi oleh lampu listrik bertenaga batere ukuran besar di atasnya. Ukuran ruangan itu cukup besar tapi terkesan sempit oleh tumpukan barang, Astrid melihat ada sebuah lemari bobrok tanpa pintu di sebelah kirinya dan sebuah meja kayu usang dan bocel-bocel berwarna cokelat plitur pudar di dekatnya serta sebuah sofa usang berwarna merah marun yang sudah rusak. Ada sebuah ranjang ukuran besar di depannya yang – anehnya – dibuat sangat rapi dan bersih, kontras dengan suasana si sekitarnya. Ranjang itu terlihat bagus dan nyaman dengan kain bed cover berwarna putih.
Astrid terlonjak ketika pintu kayu yang ada di samping kanannya berderit dan terbuka. Astrid langsung terkesiap pucat. Dua orang pria berwajah sangar masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya.
“Kamu…” Astrid menjerit tertahan. Dia kenal dua orang itu. Dua orang itu adalah penjahat kambuhan yang sering keluar masuk penjara, kebetulan kasus terakhirnya terungkap berkat investigasi Astrid. Kasus perampokan disertai perkosaan yang menimpa seorang gadis foto model berusia 19 tahun. Yang satu sering disapa Jack meski nama aslinya Joko. Orangnya beringas, wajahnya ditumbuhi kumis dan janggut yang tidak rapi, rambutnya gondrong dan awut-awutan. Badannya penuh tato, tinggi besar dan menyeramkan. Memakai kaus buntung dan celana jeans robek-robek. Yang satunya sering disapa dengan sebutan Jon, Astrid tidak tahu nama aslinya, orangnya bertampang tolol dan menjengkelkan dengan senyum-senyum mirip orang gila, wajahnya hitam dengan bekas luka dijahit melintang di pipinya, kumis dan janggutnya juga jarang-jarang, badannya lebih kecil dari Jack, bahkan lebih pendek dari Astrid, tapi berotot dan bertato. Astrid melihat ada tato naga hijau yang melilit lengan kirinya sampai ke batas siku.
“Hallo Nona manis.. masih ingat gue kan?” Jack membuka suara. Suaranya terdengar berat dan kasar.
“Apa-apaan ini?” Astrid memberontak. “Lepasin saya!” Lepasin!”
“Tsk.. tsk..” Jack menggeleng. “Masih saja galak dan sombong ya..” dia mendekati Astrid, lalu dengan gerakan lembut dia membelai pipi Astrid yang mulus. Astrid langsung melengos ketakutan.
“Jangan .. Jangan Bang..” Astrid merintih ketakutan, dari sudut matanya mulai menetes air mata. “Ambil saja uang saya, tapi jangan sakiti saya..”
“Jangan sakiti? Jangan sakiti katanya..” Jack tertawa keras, Jon di belakangnya ikut tertawa dengan suara sember. “Enak saja elo bilang jangan sakiti.. Karena berita yang elo buat kami berdua masuk penjara. Memang enak dipenjara?”
“Tapi.. Tapi.. itu karena..” Ucapan Astrid putus oleh bunyi Plak keras. Jack menampar pipinya, meninggalkan bekas kemerahan di pipi yang putih mulus itu. Astrid merasa kepalanya berputar, bintang-bintang seperti terhambur di depan matanya. Tapi itu belum cukup, Jack kembali membenamkan tinjunya ke perut Astrid, Astrid terhenyak kasakitan. Perutnya seperti pecah. Air mata mengalir dari sudut matanya karena manahan sakit.
“Hehehehe.. itu tadi baru icip-icip..” kata Jack santai seolah tidak terjadi apa-apa. “Kalau elo tidak mau gue siksa elo harus nurutin apa mau gue. Ngerti?” Jack menjambak rambut Astrid dan menyentakkannya sehingga wajah Astrid menengadah, tepat berhadapan dengan wajahnya yang sangar. “Atau kalau tidak..” Jack mengeluarkan sebilah pisau komando besar dari bagian belakang tubuhnya. Pisau berwarna putih berkilau itu ditempelkannya ke wajah Astrid. Darah Astrid seakan berhenti melihat pisau itu menelusuri wajahnya.
“Gimana Nona cantik?” Jack bertanya. Astrid memejamkan mata menghindari tatapan Jack yang liar. Perlahan dia mengangguk. Jack langsung tertawa berderai sampai badannya terguncang-guncang. Dia mau, dia mau katanya sambil menoleh ke arah Jon yang juga tertawa. Dia lalu memerintahkan Jon melepaskan ikatan di kaki dan tangan Astrid. Astrid langsung terpuruk ke lantai yang dingin. Sekilas dilihatnya Jack mengambil sesuatu. Astrid tidak tahu apa itu, dia sudah tidak mampu berpikir lagi karena katakutan. Tiba-tiba Jon mencengkeram tangannya dan menyentaknya membuat Astrid terpaksa berdiri. Jack mendekat dan memberikan secarik kertas pada Astrid.
“Baca ini dengan baik!” perintahnya sambil menyodorkan kertas itu ke wajah Astrid. Astrid membacanya sekilas, tulisannya besar berwarna merah.
“Tidak.. jangan..” Astrid ketakutan dan meronta seperti melihat sesuatu yang mengerikan di kertas itu. Tapi Jack segera mengacungkan pisaunya membuat Astrid terdiam meskipun masih saja menangis sesenggukan.
“Baca yang baik, jangan pakai menangis soalnya ini mau direkam..”
Ucapan Jack membuat Astrid tersentak seperti disambar gledek, wajahnya memucat dan makin memelaskan, dia menggeleng-geleng pertanda tidak mau. Dia sekarang tahu apa yang ada di tangan Jack, sebuah handycam.
“Ayo kita mulai..” Jack mulai menyalakan handycamnya dan merekam ke arah Astrid. Dia memberi tanda ke arah Astrid yang sedang menghapus air matanya. Astrid berusaha tersenyum di kamera, lalu.
“Hai, nama saya Astrid, saya adalah bintang film bokep, dan saya paling suka disetubuhi. Ini adalah film saya yang terbaru.”
Astrid berujar datar dengan perasaan tidak karuan, berusaha untuk sewajar mungkin meskipun perasaannya hancur bukan main. Inilah yang rupanya direncanakan oleh kedua penjahat yang menculiknya. Astrid merasa hidupnya sudah berakhir. Sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua penjahat yang brutal.
“Bagus.. bagus..” Jack berujar. “Sekarang buka bajunya..” perintahnya kalem tapi menusuk hati, seolah memerintahkan seorang pelacur murahan saja. Astrid dengan gemetar mulai menjamah bajunya, dilepaskannya kancing-kancing bajunya satu persatu, diiringi tegukan ludah kedua bajingan di hadapannya. Perlahan-lahan tubuh bagian atas Astrid tersingkap saat baju itu jatuh ke lantai.
“Uoohh.. muluss..” Jon berkomentar. Dia menatap liar ke tubuh putih itu. Terutama ke payudara Astrid yang mencuat indah dan hanya tertutup BH berenda warna putih. Payudara itu terlihat sangat kecang dan montok, ukurannya terlihat lebih besar ketimbang saat Astrid memakai baju. Sementara perut Astrid terlihat ramping dan padat dan sangat rata, Astrid memang termasuk hobi olah raga sehingga perutnya sangat kencang.
“Celananya juga.. celananya juga..”
Astrid mulai menangis lagi mendengar perintah itu. Dia mulai melepaskan sabuk di celana panjangnya lalu memelorotkan celana panjang itu. Sepasang paha putih berkilau langsung menjadi pemandangan yang sangat indah. Paha Astrid benar-benar proporsional, tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil, membulat membentuk pinggul yang sempurna berakhir pada pinggang yang ramping. Bagian selangkangannya membentuk sebuah gundukan yang masih tertutup celana dalam putih berenda-renda.
“Sekarang lepas itu BH dan celana dalam.” Perintah Jack datar. Astrid terkesiap pucat. Dia menggeleng takut.
“Jangan .. jangan telanjangi saya..” Astrid menghiba memohon memuat wajahnya semakin memelas tapi justru membuat Jack dan Jon tertawa senang.
“Buka!” Jack membentak. Astrid tidak punya pilihan lain, dengan gematar dia mulai meraih kait BH di bagian belakang punggungnya lalu perlahan BH itu merosot dari tempatnya, seketika sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang di depan Jack dan Jon, payudara yang sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna merah muda segar. Astrid secara reflek menutupi payudaranya dengan kedua lengannya. Tapi Jack segera melarangnya.
“Siapa yang suruh menutupi, ayo sekarang copot itu celana dalam.”
Astrid tidak mampu berbuat banyak, dia menurut dan memelorotkan celana dalamnya sendiri. Sekarang Astrid sudah bediri telanjang bulat di hadapan kedua penjahat itu, satu-satunya yang masih melekat di badannya Cuma kalung dan jam tangannya. Astrid berusaha sekuat tenaga menutupi bagian-bagian vital tubuhnya dengan kedua belah tangannya.
“Nah Astrid, Elo senang nggak waktu kami telanjangi?” tanya Jack sambil terus merekam Astrid yang berdiri bugil.
“Se.. senang Bang..” jawab Astrid terbata di sela tangisnya.
“Jangan panggil Bang, panggil Tuan, ngerti?”Jack berkata lagi.
“Nger.. ngerti Tuan..” kembali Astrid terbata menjawab.
“Nah, karena kamu suka kami telanjangi, sekarang kamu berdiri yang tegak, pentangkan kaki lebar-lebar, dan angkat tanganmu ke belakang kepala.” Jack memberi perintah jelas seperti seorang sutradara mengarahkan artisnya. “Ngerti?”
“I.. iya Tuan.. saya ngerti Tuan..” kata Astrid diiringi isakan tangis. Astrid lalu berpose seperti yang ddinginkan Jack, dibukanya kedua kakinya lebar-lebar lalu tangannya diangkat dibelakang kepala, pose tersebut membuat bagian selangkangannya terbuka lebar sehingga memperlihatkan vaginanya dengan jelas. Vagina Astrid yang masih perawan terlihat terawat dengan baik, ditumbuhi rambut-rambut halus dan rapi, Astrid selalu merawat bagian genitalnya dengan sangat cermat. Sementara dengan tangan di belakang kepala membuat payudaranya makin membusung dan mencuat menggemaskan.
“Oke.. ini dia pelacur kita.. ” Jack mengarahkan kameranya ke bagian payudara dan vagina Astrid yang telanjang berkali-kali. Astrid merasa harga dirinya sudah hancur sama sekali, dirinya bahkan disamakan dengan pelacur oleh Jack. Jack lalu mengarahkan kameranya ke wajah Astrid yang basah oleh air mata.
“Nah, sekarang karena kamu suka kami telanjangi, bolah nggak kami meraba tubuhmu?” tanya Jack kalem dengan nada ramah.
Astrid tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu.
“I.. iya Tuan, tentu saja boleh Tuan..” Astrid meneguk ludah. Dia melihat Jack meletakkan kameranya di meja tinggi sehingga Astrid yakin kamera itu bisa merekam seluruh tubuhnya.
“Sekarang kita mulai ya..” kata Jack, Astrid hanya mengangguk, dia merasakan sentuhan tangan Jack bergerilya di wajahnya.
“Uhh.. wajahmu mulus sekali Non..” Jack lalu mencium pipi Astrid, antara geli dan jijik Astrid memajamkan mata. Lalu Jack mulai menelusuri bibir Astrid yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Astrid sampai megap-megap saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Jack. Tapi Jack terus berusaha mendesakkan bibirnya mengulum bibir Astrid, lidahnyamencoba menerobos masuk ke mulut Astrid, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan meremas payudara Astrid. Astrid menggelinjang mendapat perlakuan itu. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Astrid, tangan Jack juga memelintir-melintir puting payudara Astrid dengan gerakan kasar. Astrid meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Jack justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Astrid menegang saat sensasi itu melandanya, tanpa sadar Astrid mulai mendesah.
“Hoi Jon.. ngapain lu bengong di situ?” Jack memanggil kawannya yang agak bego yang dari tadi cuma menonton sambil mengocok penisnya sendiri. “Sini, Pelacur ini nggak puas kalau berdua.”
Astrid makin menderita mendengar ucapan itu, kali ini dua orang yang mengerubutinya, mereka meraba-raba ke sekujur tubuhnya. Jon bahkan meremas-remas payudara kiri Astrid dengan kasar, sementara sebelah tangannya meraba dan meremas pantat Astrid yang sekal.
“Uohh.. Jack, Pentilnya dahsyat, pantatnya juga nih.. kayaknya enak nih kalo ditidurin,” kata Jon. Sementara Jack sedang asyik berkutat dengan payudara Astrid sebelah kanan. Dia menjilati dan menyentil puting payudara Astrid dengan lidahnya.
“Ohh.. baru tahu lu?” Jack tertawa di tengah usahanya menjilati payudara Astrid. Astrid hanya bisa merintih pasrah. Apalagi saat Jack mulai menggerayangi vaginanya.
“Ohh.. tempiknya bagus banget nih Jon..” Jack menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Astrid, sementara Jon kali ini sibuk menciumi dan menjilati payudara Astrid sementara tangannya membelai-belai perut Astrid yang licin.
“Ohh..” Astrid menjerit kecil saat saat Jack mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Astrid.
“Jangan Tuan..” Astrid merintih. “Saya masih perawan.. tolong jangan lakukan..”
“Masih perawan ya..? kebetulan..” kata Jack dingin, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Astrid bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Astrid. Astrid merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu.
“Hei Jack.. kayaknya lonte ini sudah mulai terangsang nih..tuh lihat dia mulai merintih, keenakan kali ye..?” ujar Jon diiringi tawa, Astrid makin sakit hati dilecehkan seperti itu, tapi memang dia tidak bisa mungkir kalau dirinya mulai terangsang oleh perlakuan kedua penjahat itu.
“Janganhh..ohh…” Astrid mulai meracau tidak karuan saat Jack mulai menjilati vaginanya. Astrid menjerit saat lidah Jack bermain di klitorisnya. Lidah Jack mencoba mendesak ke bagian dalam vagina Astrid sambil sesekali jari-jarinya juga ikut mengocok vagina itu.
“Ahkkhh.. ohh.. janganhh..” Astrid menggeliat. Semantara Jon kali ini berdiri di belakang Astrid sambil mendekap tubuhnya dan meremas-remas kedua payudara Astrid dengan gerakan liar. Sesekali puting payudara Astrid dipilin-pilin dengan ujung jarinya seperti orang sedang mencari gelombang radio. Astrid mengejang, sebuah sensasi aneh secara dahsyat mengusir akal sehatnya. Dia mendesah-desah dengan gerakan liar, hal ini membuat kedua penjahat itu terlihat makin bernafsu.
“Ayo terus Jack..sebentar lagi dia orgasme..” Jon berteriak-teriak kegirangan seperti anak kecil sambil terus menerus meremas payudara Astrid sementara Jack masih menelusupkan wajahnya ke selangkangan Astrid. Lidahnya terus menyapu bibir vagina Astrid dan sesekali menyentil klitorisnya. Astrid menjerit kecil setiap kali lidah Jack menyentuh klitorisnya, semantara tangannya juga bermain meremasi pantat Astrid. Tubuh Astrid sudah basah oleh keringat, sekuat tenaga dia menahan desakan sensasi liar di dalam tubuhnya yang makin lama makin kuat sampai membuat wajahnya merah padam. Tapi Astrid akhirnya menyerah, tubuhnya mengejang dahsyat dan tanpa sadar dia mendorongkan vaginanya sendiri ke wajah Jack dan menggerakkannya maju mundur dan bergerak liar menyentak-nyentak. Astrid tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya menggeliat dan menegang.
“OOHHHKKHHHH…. AHHHH…” Astrid mengerang kuat-kuat seperti mengejan. Dan seketika itu pula “Crt… crt… crt…” cairan vaginanya muncrat keluar membasahi wajah Jack. Tanpa sadar Astrid mengalami orgasme untuk pertama kali, dan kemudian tubuhnya melemas lalu jatuh terpuruk, Jon menahan tubuh Astrid dengan kedua tangannya yang kekar.
“hahahahaha…” Jack tertawa. “Pelacur di mana-mana sama, bilang nggak tapi muncrat juga.”
“Iya nih.. dasar pelacur..” Jon menambahi. Dibiarkannya tubuh Astrid terpuruk di lantai. Astrid merasa sangat hina, ditelanjangi dan dilecehkan seperti seorang pelacur. Dia menangis sesenggukan.
“heheh.. lihat , dia menangis..” Jack kembali melontarkan penghinaan. “Oke Jon, sekarang rekam yang ini..” Jack mengangkat wajah Astrid yang bersimbah air mata. Jon mulai merekam adegan tersebut.
“Nah Nona, sekarang Nona gue minta untuk ngemutin kontol gue.. Nona mau nggak ngemut kontol gue?” ujar Jack ringan. Astrid terkesiap mendengar permintaan Jack.
“Jangan Tuan.. jangan..” Astrid menggeleng mencoba menolak.
“Mau menolak ya?” Jack mengacungkan pisaunya. Hal itu mambuat Astrid ketakutan setengah mati.
“Ti..tidak Tuan.. i.. iya Tuan.. saya mau ngemutin kontolnya tuan..” kata Astrid terbata-bata.
“Sekarang elo kesini.. merangkak, lalu memohon buat ngemutin gue punya kontol ya..” kata Jack dengan ringan. Astrid menunduk malu campur takut. Belum pernah sekalipun dalam hidupnya dia melakukan permainan seks model apapun dan sekarang dia dipaksa untuk melakukannya. Tidak punya pilihan, Astrid akhirnya menuruti perintah itu. Dia merangkak menuju ke arah Jack lalu menatap ke arah Jack dengan tatapan memelas.
“Tuan, boleh.. bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, plis Tuan.. ijinkan saya ngemut kontolnya Tuan, ” kata Astrid dengan cukup jelas.
“Coba ulangi dengan lebih mesra..” kata Jack. Wajah Astrid langsung merah padam mendengar ucapan itu, dipaksakannya untuk bicara.
“Tuan, boleh nggak saya ngemut kontolnya Tuan, plis.. ijinkan dong .. saya sudah enggak tahan.” Astrid berkata dengan senyum dipaksakan.
“Berapa gue harus bayar elo buat ngemut kontol gue?” Jack bertanya yang membuat Astrid kebingungan.
“Ehh… gratis Tuan.. Tuan nggak usah bayar.. saya sukarela kok,” kata Astrid akhirnya.
“Hehehehe.. gratis ya? Jadi elo sukarela ya? Bukan paksaan kan?” tanya Jack.
“Eh.. iya Tuan.. saya nggak terpaksa..” jawab Astrid pendek.
“Yah.. karena elo yang memaksa, buruan gih..” Jack membuka ritsletingnya sendiri, lalu Astrid menurunkan celana jeans butut itu, seketika penis Jack yang panjnag menonjol dari balik celana dalamnya yang kumal. Astrid dengan gerakan terburu-buru memelorotkan celana dalam itu. Penis Jack yang besar dan panjang langsung mencuat tegak di depan wajah Astrid. Penis itu besar sekali, mungkin sekitar 20 cm dengan diameter hampir 4 cm, hitam dan berurat mengerikan. Astrid memalingkan wajahnya saking jijiknya memandang penis itu.
“Lho katanya mau ngemut, kok malah melengos sih?” Jack berkata datar membuat Astrid tersadar. Perlahan Astrid mulai memegang penis itu yang terasa penuh dalam genggamannya, lalu dengan gerakan pelan Astrid mulai mengocok-ngocok penis itu. Astrid lalu mendekatkan penis itu ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, kemudian Astrid menahan nafas dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis itu, meskipun tidak pengalaman tapi naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali, tampaknya Astrid mulai menikmati penis Jack.
“Ohh.. yess.. ahh… enak tenan… nggak kayak pelacur-pelacur pinggir jalan, asyik tenan, mirip artis-artis bokep jepang atau bule.” kata Jack mengomentari kuluman Astrid. “Ayo teruss Nona.. teruss.. ” Jack mengerang. Astrid mempercepat gerakan kulumannya, sesekali penis itu dikeluarkan dari mulutnya lalu dimasukkan kembali, Astrid berusaha sekuat tenaga memuaskan Jack, terlihat penis itu dikulumnya sampai mentok ke tenggorokannya, dikeluarkan lalu dimasukkan lagi, dikeluarkan lagi dimasukkan lagi, persis seperti orang sedang manikmati es mambo.
“Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Jack mengerang, sampai akhirnya dia menjambak rambut Astrid lalu menekan wajah Astrid ke selangkangannya dan dengan gerakan kasar Jack mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut Astrid, Astrid sampai tersedak dan kehabisan nafas,api Jack tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya dengan liar.
“AHH.. AHHH.. AHHHH…” gerakan Jack baru berhenti setelah dia mengerang keras, Astrid merasakan semburan cairan kental di dalam mulutnya yang meluncur langsung ke dalam tenggorokannya, rupanya Jack berejakulasi di dalam mulut Astrid, cairan spermanya banyak sekali sampai memenuhi mulut Astrid, sebagian cairan putih kental itu meleleh keluar di sudut bibir Astrid yang terpuruk di lantai sambil terengah-engah kehabisan nafas.
Astrid tersengal mencoba mengambil nafas dengan terpaksa dia menelan sperma Jack yang ditumpahkan ke dalam mulutnya. Dia hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu, tapi dia tidak kuasa melawan. Tapi penderitaan Astrid belumlah selesai. Tiba-tiba Jack menyentak rambut Astrid dengan kasar.
“Sekarang Nona cantik merangkak ke teman gue yang di situ, lalu memohon untuk ngemut kontolnya, ingat ya.. harus sopan,” Jack berujar kalem.
“Iya Tuan.. ,” Astrid mengangguk ketakutan. Dia lalu merangkak ke arah Jon yang sudah tidak sabar. Jon bahkan sudah tidak memakai apa-apa lagi seningga penisnya yang besar mengacung tegak. Dengan perasaan jijik Astrid belutut sehingga wajahnya tepat berada di depan penis Jon yang besar dan hitam.
“Tuan yang baik, bolehkah saya ngemut kontolnya Tuan, saya ingin sekali ngemut kontolnya Tuan, boleh ya?” Astrid berkata dengan suara tertahan, bernada memelaskan, tapi dia berusaha tersenyum semanis mungkin. Sementara Jack beraksi merekam adegan demi adegan yang dilakukan Astrid dengan kameranya.
“Hehehe.. Nona ini sudah cantik, sopan pula..” Joan melontarkan sindiran. “Tapi nggak bayar kan Non?”
“Tidak Tuan.. tidak.. saya rela kok.. nggak usah bayar..” Astrid menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Yah.. karena Nona cantik dan sopan, saya mau deh Non, ayo jangan malu-malu kalau mau ngemut..” Jon memajukan pinggulnya membuat penisnya mengacung lebih dekat ke wajah Astrid. Dengan gerakan ragu Astrid mulai menggenggam penis Jon, lalu dengan lembut mulai mengocok penis yang seukuran genggaman tangannya itu. Jon langsung mengejang menerima kocokan itu. Astrid lalu menjilati ujung penis Jon dengan ujung lidahnya, sesekali lidahnya juga menyapu batang penis Jon sambil terus mengocoknya dengan gerakan lembut.
“Ohhh.. Ohhhh.. enakhh.. ” Jon mengerang. “Benar-benar nggak kayak lonte-lonte murahan yang biasa kita entotin itu Jack..”
Astrid berdesir mendengar hinaan itu, hatinya terasa sakit, air matanya kembali menetes disamakan dengan pelacur murahan. Tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa selain menuruti perintah kedua penjahat itu dengan harapan mereka akan segera melepaskannya.
“Masukan ke mulut dong Non..” kata Jon ringan. Astrid hanya melirik sekilas lalu mulai membenamkan batang penis Jon ke mulutnya dan menggerakkan kepalanya maju mundur membuat penis itu keluar masuk di mulutnya.
“Diemut yang benar dong Non!” perintah Jon yang langsung dituruti oleh Astrid, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada penis itu. Jon melenguh nikmat merasakan kuluman Astrid, lalu tangannya menjulur ke bawah meraih buah dada Astrid yang menggantung kenyal. Astrid menjerit kecil saat tangan Jon yang kasar mulai meremas payudaranya dengan gerakan kasar, tapi remasan itu justru membuat dorongan seks dari diri Astrid semakin menggelegak menimbulkan sensasi tersendiri membuatnya semakin bergairah melakukan kuluman di penis Jon.
“Ohh.. enak Non.. ahh.. ahh teruss..” Jon mengerang sambil tangannya terus menerus meremas-remas payudara Astrid dengan kasar, Astrid merasa sakit pada payudaranya, tapi gerakan kasar itu sekaligus membakar nafsu seksualnya membuat wajahnya merah padam dan gerakan kepalanya menjadi semakin teratur makin lama makin lembut membelai dan mengocok penis Jon dengan bibir mungilnya.
“Ahhkhh.. Ohhh..” Tiba-tiba Jon mengejang dan mengerang. Dengan kasar dia mencabut penisnya dari cengkeraman bibir Astrid lalu memaksa Astrid menggenggam penis itu.
“Kocok.. ayo kocok..” perintahnya. Astrid menurut dan mengocok penis Jon dengan lembut. Jon menjadi semakin liar, tubuhnya mengejang dan menyentak-nyentak.
“Ohhh.. gue mau ngecroott.. Ahhhh..” Jon mengerang lalu menjambak rambut Astrid membuat wajah Astrid menengadah tepat di depan penisnya, lalu.
“Crott.. crott.. crott..” sperma Jon muncrat dengan deras menyembur tepat di wajah Astrid, Astrid gelagapan saat wajahnya tersemprot cairan putih kental itu, dia mencoba menghindar tapi cengkeraman Jon pada rambutnya membuatnya tidak berkutik, akhirnya dia pasrah Jon menyemprotkan sperma ke wajahnya. Wajah Astrid yang cantik langsung berlumuran sperma kental, sebagian meleleh membasahi payudaranya dan sebagian lagi mengalir masuk ke mulutnya.
“Ahhhh….” Jon mengerang lega. Dia merasakan kepuasan yang luar biasa saat beejakulasi di wajah cantik itu. Dia langsung melepaskan cengkeramannya dari rambut Astrid membuat Astrid langsung tersimpuh di lantai dan menangis tersedu-sedu. Tubuhnya yang putih mulus kini basah oleh keringat dan sperma. Sementara Jon dengan santainya merebahkan tubuhnya di sofa merah marun yang sudah rusak yang ada di dekatnya.
“Hehehee.. ” Jack menunjukkan kameranya. “Nona berbakat juga lho jadi bintang film bokep. Benar-benar mirip sekali dengan bintang bokep mandarin..”
Astrid memejamkan mata, mencoba tidak mendengarkan penghinaan penjahat-penjahat itu, hatinya seperti ditindih sebongkah batu besar dan berat membuatnya kembali menangis tersedu-sedu.
“Oke Jon, kayaknya Nona cantik ini harus membersihkan diri dulu,” kata Jack lagi. Jon mengacungkan jempolnya ke atas, dia lalu keluar dari ruangan dan masuk lagi beberapa saat kemudian dengan membawa seember air.
“Bersihin wajah sama badan elo!” perintah Jack sambil menunjuk ember yang dibawa Jon. Astrid melirik sekilas, ada air bersih dan kain di dalamnya, lalu dengan takut-takut dia mulai membersihkan sisa-sisa sperma yang menempel di wajah dan payudaranya.
“Sekarang berdiri Nona..” Jack memerintahkan.
“Ampun Tuan.. lepasin saya.. saya kan sudah menuruti semua perintah Tuan..” Astrid memohon dengan memelaskan sambil menangis tersedu.
“Oho.. jangan buru-buru Nona cantik, bagian terbaiknya belum lagi dimulai,” kata Jack dingin. “sekarang Nona naik ke atas ranjang itu!” perintahnya dingin.
“Jangan Tuan..” Astrid terperanjat mengetahui apa yang bakal menimpanya. “Jangan perkosa saya Tuan! Saya masih perawan.. ampun Tuan.. jangan perkosa saya..!” Wualn menjerit menghiba dan memohon.
“PLAKK!!” sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi Astrid membuat Astrid terhuyung ke belakang disertai jeritan.
“Berani membangkang?” Jack menghunus pisau besarnya kembali, darah Astrid seperti berhenti melihat kilatan pisau itu. Astrid gemetar ketakutan begitu melihat Jack mengacungkan pisau itu tepat di wajahnya.
“Bagaimana? Berani menolak?” Tanya Jack kalem. Astrid memalingkan wajahnya, air matanya mengalir makin deras. Dia tidak punya pilihan lain, dengan hati hancur dia menggeleng lemah, dia sudah tidak punya harapan lagi mengetahui sebentar lagi dirinya akan diperkosa oleh dua preman brutal.
“Hehehe.. bilangnya yang sopan dong masa Cuma menggeleng gitu,” Jack tertawa sinis. “Ayo bilang yang sopan.”
“Iya Tuan, saya mau..” jawab Astrid sambil terisak.
“Mau apa?” Jack bertanya galak.
“Ehh.. saya.. saya mau dikenthu sama tuan berdua..” jawab Astrid dengan perasaan hancur.
“Mau apa kepingin?” Jack bertanya dengan nada menghina.
“Eh.. iya Tuan, saya kepingin dikenthu sama Tuan berdua, saya pingin Tuan berdua menyetubuhi saya, “jawab Astrid gemetar.
“Kalau gitu memohon yang sopan dong..” Jack berujar datar, membuat Astrid makin terhina, inilah tujuan Jack, makin terhina Astrid berarti semakin dia berkuasa pada diri Astrid.
“Tuan yang baik, maukah Tuan berdua menyetubuhi saya, please Tuan, saya sudah nggak tahan pingin kenthu..Please..” Astrid memohon-mohon untuk disetubuhi.
“Bayar nggak?” Tanya Jack kalem.
“Tidak Tuan, saya mau dikenthu tanpa bayaran, gratis Tuan, gratis.” Astrid memohon-mohon seperti pelacur murahan.
“Kalau gitu sih boleh.. “Jack tersenyum liar. “Nona sekarang tiduran deh di ranjang.” Astrid menuruti perintah itu, dia langsung naik ke ranjang yang sepertinya memang sudah direncanakan untuk memperkosa Astrid.
“Terlentang dong.. masa cuma duduk begitu, Gimana caranya gue ngentotin elo kalau elo cuma duduk di situ” Jack memberi perintah ketika melihat Astrid Cuma duduk di tepi ranjang. Astrid lalu merebahkan badannya dan terlentang.
“Bagus sekali Nona cantik, sekarang pentangkan kaki elo lebar-lebar, rentangkan tangan ke atas.” Jack memberi perintah lagi dan Astrid dengan pasrah menurut, dipentangkannya tangan dan kakinya sesuai perintah. Sekarang posisi Astrid lebih mirip huruf X dengan tangan dan kaki terbentang, huruf X yang sangat bagus.
“Hadap ke sini dong Sayang..” Jack mengarahkan handycamnya ke tubuh Astrid yang telanjang bulat mulai dari ujung kaki sampai ujung tangan, pada bagian vagina dan payudara sengaja disyut lebih lama dengan berbagai posisi.
“Ayo Non, bilang lagi yang sopan kalau mau dikenthu,” Jack memerintah.
“Mari Tuan, silakan, buruan kenthu saya Tuan, nikmati tubuh saya..” Astrid berkata dengan gemetar. Jack lalu menyerahkan Handycamnya pada Jon.
“Tentu Nona manis, dengan senang hati, ” kata Jack sambil mendekati Astrid, dia lalu berbaring di dekat Astrid. Astrid gemetar ketakutan saat Jack mulai membelai wajahnya dan menciumi pipinya, kumisnya yang kasar seperti duri menusuk-nusuk pipi Astrid yang halus. Jack lalu menciumi bibir Astrid dengan gerakan lembut berulang-ulang sambil tidak lupa tangannya bergerak ke payudara Astrid yang kenyal dan lembut, payudara yang putih mulus itu dibelai-belai dan diremas dengan lembut, sesekali Jack mempermainkan puting payudara Astrid yang berwarna pink segar dengan jari-jarinya. Astrid berusaha menahan agar tidak terhayut oleh perlakuan itu, tapi gerakan-gerakan Jack yang sangat berpengalaman membuat pertahanannya sedikit demi sedikit bobol. Perlahan Astrid mulai memberikan respon pada ciuman Jack, tanpa disadari, Astrid mulai membuka mulutnya dan membiarkan lidah Jack bermain-main dengan lidahnya, bahkan Astrid mulai ikut memainkan lidahnya sendiri dan membiarkan bibirnya berpagutan dengan bibir Jack. Sambil terus berciuman, Jack terus membelai dan meremas-remas payudara Astrid dengan lembut. Lalu Jack mengarahkan ciumannya ke bagian leher Astrid. Astrid menerima perlakuan itu sambil mendesah pelan.
“hehehe.. udah mulai terangsang ya Non.. ” Jack tertawa pelan sambil terus menciumi sekujur leher Astrid, lalu ciumannya bergerak menelusuri bagian payudara Astrid. Dengan lidahnya, Jack menjilat-jilat payudara mulus itu dengan lembut, ujung lidahnya sesekali menyapu puting payudara Astrid membuat Astrid makin terangsang. Desahan nafasnya mulai memburu, wajah Astridpun mulai memerah.
“Wah.. ini memang pentil yang sangat indah,” kata Jack ditengah usahanya menciumi payudara Astrid, sementara bibir dan lidahnya mengarah ke payudara sebelah kiri, tangan Jack tetap meremas-remas payudara Astrid yang sebalah kanan.
“Memang pentil yang baguss, gue belum pernah menikmati barang yang segini bagus kayak punya Non, beda lho sama pentilnya lonte-lonte yang pernah gue pakai..” kata Jack dengan nafas tidak teratur. Tapi Astrid sudah tidak bisa mendengarkan ucapan itu, gejolak nafsu seksnya begitu besar menghantamnya.
Jack lalu menelusuri bagian perut Astrid yang licin dengan lidahnya dan terus ke bawah, dilihatnya belahan vagina Astrid yang mulai basah untuk sesaat.
“Wuah.. tempik Non emang yahud banget, belum pernah dipakai ya..?” Jack tersenyum buas.
“Ahh.. jangan Tuan.. jangan di situ.. ohhh..” Astrid menggeliat saat Jack mulai menjilati vaginanya sambil tangannya mengelus-elus sepasang paha Astrid yang mulus.Jack lalu membuka paha Astrid lebih lebar untuk lebih leluasa menjilati vagina Astrid, dan kali ini lidahnya berputar-putar di bagian klitoris Astrid. Astrid mengejang sesaat ketika klitorisnya dijilati.
“Jangan Tuan.. ” Astrid meronta saat Jack dengan perlahan mulai menindih tubuhnya. Tapi ucapannya terhenti saat bibirnya kembali dilumat oleh Jack dengan ganas. Dan sambil berciuman Jack mengarahkan penisnya ke vagina Astrid. Astrid menggeliat saat merasakan ada benda tumpul yang mencoba menerobos ke dalam vaginanya.
“Tidak Tuan.. jangann.. jangann..” Astrid meronta dan bergumam tidak jelas. Astrid menggeliat saat Jack mendesakkan pantatnya mendorong penisnya masuk ke dalam vagina Astrid.
“Ahhkh.. sakiitt..” Astrid menjerit kecil saat penis itu mengoyak vaginanya, air mata meleleh di pipinya. Astrid memejamkan mata dan menangis, keperawanannya yang dijaga seumur hidup kini direnggut paksa oleh seorang preman bengis.
“Ohh.. masuk juga akhirnya..” Jack mendengus lega. “Gila, tempiknya Nona seret banget lho..”
Lalu Jack mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mula-mula pelan, tapi setelah beberapa saat gerakannya makin teratur, Vagina Astrid yang masih sempit mulai licin dan lancar meskipun masih sangat menjepit. Astrid tidak tahan lagi, dorongan nafsu seksualnya sudah mangalahkan akal sehatnya, diapun mengerang dan mendesah seirama gerakan penis Jack yang menggenjot vaginanya. Gesekan penis di dalam vaginanya memberikan sensasi luar biasa pada sekujur tubuh Astrid membuatnya mengejang dan bergerak liar. Astrid akhirnya menikmati persetubuhan yang baru pertama kali dilakukannya ini. Dan setelah beberapa menit diperkosa, Astrid sudah tidak lagi kelihatan seperti orang yang sdang diperkosa tapi justru menikmati persetubuhannya. Dia bahkan membiarkan saja saat Jack kembali menciumi bibirnya ditengah-tengah persetubuhan. Bahkan ketika Jack menghentikan genjotannya, secara tidak sadar Astrid gantian menggerak-gerakkan pantatnya, dan Astrid pun menurut saja ketika Jack menyuruhnya berganti posisi. Kali ini Astrid disuruhnya nungging dengan gaya Doggy style. Lalu dari arah belakang Jack kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Astrid dan kembali menyetubuhinya. Astrid kali ini tidak melawan lgi, dia bahkan bergoyang seirama dengan genjotan Jack dengan lenguhan dan desahan penuh nikmat. Sementara Jon dengan gaya kameraman professional sibuk mengambil adegan pemerkosaan itu dari berbagai sudut.Dia paling suka mengarahkan kamera ke wajah Astrid yang merintih-rintih nikmat, dan sesekali mengarahkan kameranya tepat di vagina Astrid yang sedang digenjot oleh penis Jack sehingga suara gesekannya terekam dengan jelas.
Tapi ditengah-tengah usaha memperkosa Astrid tiba-tiba Handphone milik Astrid berdering dengan nyaring, hal itu menyadarkan Astrid dari sensasi seksual yang sedang dialaminya. Astrid kembali menangis, tapi Jack tidak mempedulikan tangisan itu.
Jon mengambil handphone Astrid, dilihatnya sesaat, lalu diserahkannya pada Jack. Lalu Jack menyodorkan handphone itu kepada Astrid yang masih disetubuhinya.
“Jawab!” perintahnya. “Tapi ingat, jangan sampai dia curiga, kalau tidak..” Jack menyodorkan Handphone itu disertai ancaman. Astrid menerimanya, panggilan itu dari temannya, Rani.
“Hallo..” Astrid menjawab panggilan Rani dengan susah payah ditengah-tengah persetubuhan yang dia lakukan. Astrid berusaha setengah mati sewajar mungkin untuk tidak membuat temannya curiga, tapi menjawab telepon sambil disetubuhi membuatnya sesekali kelepasan dan mengerang. Gilanya Jack bukannya menghentikan genjotannya, dia justru mempercepat gerakannya membuat tubuh bugil Astrid tersentak-sentak. Sekuat tenaga Astrid menahan nada suaranya agar terdengar biasa sementara dari belakang Jack menyetubuhinya dengan ganas. Astrid menggigit bibirnya menahan agar tidak mengerang sampai wajahnya memerah, tapi Jack melihat Astrid yang kepayahan menahan diri justru semakin senang, digenjotnya vagina Astrid dengan kuat sehingga Astrid tersentak ke depan dan mau tidak mau Astrid melenguh tertahan.
“Trid, elo nggak apa-apa kan?” suara Rani dari telepon terdengar cemas.
“Ngaakk.. ahhkkh..” Astrid tiba-tiba berteriak, pada saat yang bersamaan Jack kembali menyodok vaginanya kuat-kuat membuat Astrid terlonjak. “Gue nggak apa-apa…ohh.. ohh.. “Astrid mengerang perlahan.
“Tapi kok suara elo aneh gitu, elo lagi ngapain sih?” tanya Rani lagi.
“Gue nggak ngapa-ngapain.. ahh.. ahh..” kembali Astrid mengerang lirih. “Udah ya.. gue mau tidur dulu..” lalu buru-buru Astrid memutuskan hubungan teleponnya sambil mengerang keras melepaskan tekanan seksual yang dari tadi menyiksanya.
“Ahhkhhh… ohhhh…” Astrid menggeliat saat Jack menyentakkan penisnya kuat-kuat.
“Hehehehe.. enak ya Non, ngentot sambil telepon..” Jack mengejek. Astrid diam saja sambil menggigit bibirnya. Jack makin bersemangat menggenjotkan penisnya sampai tubuh bugil; Astrid tersentak-sentak maju-mundur. Dorongan seksual dari dalam diri Astrid kembali menggelegak membuat tubuhnya mengejang kuat sekali. Dan pada saat mendekati klimaks Astrid tiba-tiba bergerak dengan liar mengimbangi genjotan Jack.
“AHHHHH……… AHHHH………” Astrid mengerang keras sambil menggeliat liar, tubuhnya menegang, tangannya mencengkeram kasur dengan kuat dan kemudian perlahan mengendur lagi lalu melemas kehabisan tenaga, rupanya Astrid kembali mengalami orgasme yang kali ini bahkan lebih dahsyat dari orgasme sebelumnya. Tapi rupanya Jack belum merasa puas, mungkin karena sudah berejakulasi sebelum menyetubuhi Astrid. Dia membalikkan tubuh bugil Astrid yang terengah-engah sehingga kebali terlentang di ranjang. Bagian vagina Astrid terlihat mengalirkan lendir bercampur darah segar pertanda memang Astrid masih perawan sebelum diperkosa olehnya. Jack lelu mengangkat kedua paha Astrid dan membukanya lebar-lebar, dengan memagan kedua pergelangan kaki Astrid Jack kembali mengarahkan penisnya ke vagina Astrid, Astrid menggeliat saat vaginanya kembali dimasuki oleh penis Jack, tapi dorongan seksual sudah menguasai Astrid, dia diam saja ketika Jack mulai kembali menyetubuhinya, bahkan kembali mendesah-desah penuh kenikmatan saat Jack menyodok-nyodokkan penisnya dengan brutal.
Astrid sangat tidak berdaya menghadapi sodokan-demi sodokan Jack, dia memilih untuk menyerahkan ketotalan kepasrahan dirinya untuk diapakan saja oleh Jack, untuk di garap habis – habisan dan kepasrahan itu mambuat Astrid kembali merasakan orgasme membuat tubuhnya kembali menegang, melihat Astrid kembali orgasme Jack semakin keras saja mengenjot vagina Astrid, ia memompa Astrid habis habisan sampai Astrid merasakan ada busa-busa mengalir disekitar vaginanya.
“Argggghhhh emmhhh oohhh yeahhhh yeahhhhhh yahhhh…. gua mau kluar… enak banget nih…. oooiiiii ahhhh… ahhh ahhhhhh….” teriak Jack, dan akhirnya semburan spermanya memenuhi rongga vagina Astrid.
Astrid terkapar lemas di ranjang, tubuhnya yang putih mulus basah kuyup oleh keringat membuat tubuh bugil itu berkilau. Nafasnya naik turun membuat payudaranya ikut naik turun menggairahkan. Astrid kembali menangis ketika ingat Jack menyemprotkan sperma di dalam vaginanya yang bisa membuatnya hamil, beruntung saat ini bukan masa subur baginya.
“Hehehee.. Uenak tenan Jon, bisa merawanin cewek secakep ini, elo coba deh,” kata Jack. Astrid gemetar mendengar ucapan Jack. Dilihatnya mereka bertukar tugas, kali ini Jack yang bertugas merekam adegan saat dirinya diperkosa.
“Tenang aja ya Non, Non bakal ketagihan nanti,” kata Jon sambil mendekati Astrid yang masih terbaring kelelahan. Dia lalu mulai membaringkan Astrid dengan posisi terlentang, lalu dia membungkuk mengarahkan mulutnya ke payudara Astrid. Dilumatnya payudara itu dengan kenyotan dan gigitan-gigitan ringan. Hal itu menyebabkan Astrid menggeliat-geliat dan mengeluarkan desahan, perasaannya terombang-ambing dalam ketakutan dan kenikmatan yang tak bisa dibendungnya. Hisapan pria itu pada putingnya menaikkan libidonya walaupun itu diluar kehendaknya. Astrid hanya bisa pasrah saja, tangannya meremas-remas rambut Jon karena rasa geli akibat kenyotan pada payudaranya, payudara yang lain juga sedang diremasi tangan Jon, nampak jari-jarinya menggesek-gesek putingnya memanaskan birahi gadis itu. Desahannya bercampur dengan suara tangis sesenggukan.
“Hmmm…Non emang sempurna banget, punya body montok gini siapa yang ga ngiler” gumam Jon sambil tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Astrid.
Lalu Jon menindih tubuhnya, dipeluknya tubuh Astrid dan diresapi kehangatan dan kemulusannya. Astrid dapat merasakan benda keras dengan daerah kemaluannya. Astrid memalingkan wajah ketika Jon menyentuh bibirnya, tapi ruang gerak yang terbatas Jon berhasil juga melumat bibirnya.
“Mmhh…uummm !” gumamnya saat menciumi Astrid dan berusaha memasukkan lidahnya ke mulut gadis itu yang masih menutup.
Astrid sendiri dapat merasakan hembusan nafas pria itu pada wajahnya, panas dan bau rokok. Dia merasa tidak enak dengan nafas Jon yang bau rokok itu tapi toh pertahanannya bobol juga karena sulit bernafas dan Jon terus merangsangnya dengan menggerayangi tubuhnya. Lidah Jon pun mulai bermain-main di rongga mulutnya, Astrid tidak sanggup lagi mengelak darinya karena setiap kali lidahnya bergerak yang terjadi adalah saling beradu dengan lidah Jon sehingga diapun membiarkan lidah Jon menari-nari di mulutnya. Matanya terpejam dengan air mata membasahi kelopak matanya. Percumbuan itu membuat nafasnya makin memburu, badannya bertambah panas.
“Jangan Tuan.. jangan lagi…” Astrid merintih pelan saat benda tumpul itu mulai menyentuh kemaluannya.
“Nikmatin aja Non, jangan!” kata Jon dekat telinganya. “Tahan yah Non, agak sakit, tapi nantinya bakal enak deh. Gue ga bakal kasar kok kalo Non nurut..!” kata Jon, lalu dia mulai menekan kepala penisnya yang sudah menempel di bibir vagina Astrid.
“Aahh…sakit…!! Oohh…tolong hentikan !” rintih Astrid menahan sakit sampai tubuhnya menggeliat dan dadanya terangkat hingga makin membusung, keringat mengucur membasahi tubuhnya.
“Sabar yah Non, sabar !” Jon menenangkannya sambil membelai rambut gadis itu, dia dapat merasakan genggaman tangan gadis itu yang makin erat karena telapak tangan mereka saling genggam.
“Sempit oi, enak banget !” gumam Jon sambil terus mendorong-dorongkan penisnya ke vagina Astrid. Kepala penis yang seperti jamur itu sudah menancap di vagina Astrid, lalu Jon mendorong lebih dalam lagi.
“Aakkhh…aaaahhh !” jerit Astrid tubuh makin mengejang.
“Pheeww…masuk juga akhirnya, asoy banget tempik perawan nih !” kata Jon sambil menghembuskan nafas panjang. Sementara Jack terus merekam adegan perkosaan itu sambil tertawa-tawa.
Mulut Jon mulai menjalar naik ke bahu, leher, hingga bibirnya. Bibir yang sudah berkerut itupun bertemu dengan bibir Astrid yang mungil dan segar sehingga erangannya teredam. Lidah pria itu mengaduk-aduk mulutnya, Astrid pun secara refleks menggerakkan lidahnya sehingga tanpa terasa dia malah hanyut melayani permainan lidah Jon, ini juga dikarenakan sodokan-sodokan Jon yang menimbulkan rasa nikmat yang tidak bisa disangkalnya. Penjahat itu makin bersemangat menggenjot vagina Astrid sambil menggumam tak jelas.
“Okh-oohh…enak, ohh-uuuuh…udah perawan, cantik lagi uhh..!” ceracaunya sambil menikmati kontraksi dinding vagina Astrid yang memijati penisnya.
Tangan kekar Jon yang memegangi paha gadis itu membelai-belai menikmati kemulusan pahanya, sesekali juga meremasi bongkahan pantatnya. Kontras sekali pemandangannya saat itu, tubuh mulus seorang gadis jelita dihimpit tubuh hitam kekar penuh tato dan menyeramkan.
Hampir liambelas menit lamanya Jon menggenjot tubuh bugil yang makin melemah itu. Astrid sudah kehabisan tenaga untuk melawan, tubuhnya kini tersentak-sentak mengikuti setiap genjotan penis Jon di vaginanya. Tiba-tiba Jon berdiri lalu membalikkan tubuh Astrid, Pantat Astrid ditunggingkannya sehingga posisi Astrid sekarang menungging dengan tangan menutupi bagian dadanya.
“Uih.. pantatnya asoy banget, gede, mulus lagi..” Jon membelai-belai dan meremasi pantat Astrid. Astrid menegang sesaat ketika tangan Jon membelai belahan vaginanya yang berlendir. Jon lalu mengarahkan penisnya bersiap menyetubuhi gadis itu dalam posisi doggie. Astrid meringis ketika merasakan penis Jon yang besar menyeruak masuk ke vaginanya, dia merintih, perih, namun kali ini sudah lebih mendingan berkat cairan kewanitaan yang melicinkan vaginanya.
“Aahh…!” itulah yang keluar dari mulut Astrid saat Jon menyentakkan penisnya hingga amblas seluruhnya.
Jon mulai maju-mundur sambil tangannya berkeliaran menggerayangi pantat, punggung dan payudaranya yang menggelantung indah. Sementara Jack asyik merekam adegan demi adegan perkosaan itu dengan seksama. Bagian yang paling sering dia sorot adalah wajah Astrid yang terlihat begitu memelaskan tapi sekaligus terangsang hebat.
“Ayo.. teruss Jon.. teruss.. sebentar lagi dia ngecret lagi.. teruss..” Jack menyemangati kawannya seperti menyemangati tim sepak bola membuat Jon mendesakkan penisnya dengan kuat, Astrid tersentak berkali -kali saat Jon menyodokkan penisnya dengan kuat.
Sepuluh menit lamanya dia digumuli dalam posisi itu, sodokan-sodokan Jon mendatangkan kembali perasaan aneh yang tadi dirasakannya, kembali tubuh Astrid mengejang disertai erangan panjang. Dirinya serasa terbang selama 1-2 menit, dan dia harus mengakui kenikmatannya.
“Ahhhhkkhhhh… Ohhhh…” Astrid melenguh panjang merasakan orgasme untuk kesekian kalinnya gelombang orgasme yang menerpa Astrid dirasakan juga nikmatnya oleh Jon karena otot-otot vaginanya semakin menghimpit penisnya serta menghangatkannya dengan cairan yang dihasilkan. Hal ini tentu memicu Jon menggenjotnya lebih cepat lagi dan membuatnya ejakulasi.
“AHHHH… Ahhhh…” Jon menerang keras-keras sambil menekan penisnya dalam-dalam di vagina Astrid merasakan kenikmatan ejakulasi, penisnya menyemprotkan sperma dengan derasnya ke rahim Astrid. Setelah mengeluarkan isinya, Jon menarik lepas penisnya, ketika dikeluarkan terlihat cairan kental belepotan di batangnya yang lalu dilapkan pada belahan pantat gadis itu.
Astrid langsung tersungkur di ranjang karena kelelahan, sementara Jon berdiri sempoyongan.
“Ohhh.. gile… tempik perawan memang beda, seret banget, nggak kayak punya lonte-lonte pinggiran jalan..” Jon menggumam sendiri sambil berjalan. Astrid kembali menangis sesenggukan, dirinya sudah tidak berharga lagi, diperkosa oleh dua penjahat dan dilecehkan habis-habisan, direndahkan bahkan lebih hina dibandingkan pelacur pinggiran jalan.
Masih belum cukup penghinaan dan pelecehan yang diterimanya, kedua penjahat itu memaksanya untuk berpose dalam keadaan telanjang bulat, dan dengan kamera milik Astrid sendiri kedua penjahat itu memotret pose-pose Astrid yang berpose dengan gaya persis bintang film porno.
“Hehehehe… Nona memang pantas menjadi pintang film bokep, gayanya natural sekali lho..” ujar Jack santai sambil terus memotret tubuh bugil Astrid dalam berbagai posisi. Baru setelah puas mereka mengijinkan Astrid pulang ke rumahnya sambil disertai ancaman.
“Jangan berani-berani cerita macam-macam ya! Gue tahu persis keluarga elo, jadi kalau mau keluarga elo selamat, elo mulai sekarang harus nurutin apa mau gue..” Jack mengancam. Dia membiarkan Astrid berpakaian, tapi dia mengambil BH dan celana dalam Astrid. Dia juga bilang kalau mobil Astrid akan dikembalikan. Astrid berjalan dengan pikiran kalut. Mendapati dirinya baru saja diperkosa saja sudah merupakan mimpi buruk, apalagi sekarang dia diancam bila bercerita para penjahat itu akan menghabisi keluarganya. Astrid merasa penderitaannya baru saja dimulai.
Kegilaan Agnes 3
Agnes yang merasa jenuh dengan kehidupan kota dan rutinitas yang
dijalananinya memutuskan untuk menyepi di daerah puncak yang sepi dan
jarang dikunjungi orang.
Agnes menemukan sebuah villa terpencil yang jauh dari keramaian, di villa
itu Agnes disambut penjaganya yang dipanggil Kaka.
Malam itu ketika Agnes sedang merenung, menikmati hangatnya perapian hanya
berbalut piyama terusan, kaka berdiri disampingnya dan berkata kalau
teman-temannya ingin berkenalan dengannya,.
Agnes mengeluh dalam hati ‘aduh, apa aku tidak bisa tenang barang
sebentar, dasar penggemar’ namun ia berdiri dan berbalik menyambut
penggemarnya.
Dan Agnes terkejut.
Di hadapannya berdiri sepuluh orang laki-laki dengan tampang mesum dan
menelan liur melihat siluet tubuh agnes melalui piyama tipis yang
menerawang akibat nyala api di belakang Agnes, Agnes mengenali mereka
sebagai, empat orang adalah tukang ojek yang mangkal di dekat pasar dan
lima orang kuli bangunan yang membangun villa dekat situ.
Kaka berkata ‘Kita-kita mau ngewe sama non, abis non seksi sekali. Ngga
usah ngelawan, ngga bakal ada yang dengar. Kecuali kalo non mau dikasarin
dan kita buang ke penampungan gelandangan biar non diewe sama mereka’
Agnes tersenyum binal, ia sama sekali tidak berkeinginan melawan karena
melihat tampang mesum mereka Agnes justru merasa terbakar gairahnya,
terlebih lagi ia membayangkan sensasi bercinta dengan orang kampong dan
kuli bangunan, lalu ia berkata ‘shut up, jangan ancam saya’ katanya sambil
membuka kancing piyamanya, meloloskannya melalui bahu, berdiri menantang.
‘Kalian mau ewe aku?’ katanya sambil berpose seperti patung dewi,
‘silahkan… makan malam sudah tersedia’
Kecuali Kaka semuanya maju merangsek Agnes. Tubuh agnes digerayangai,
diciumi, dijilat. Agnes mendesah-desah kenikmatan menerima serangan
bertubi begitu, remasan kasar, cubitan, French kiss, jilatan nakal.
Tak lama, Agnes jongkok dan mulai mengoral penis mereka satu persatu,
mereka semua sudah bugil dan mengerang nikmat merasakan isapan Agnes.
40 menit Agnes mengoral mereka. Agnes begitu liar, ia men deep throath
penis itu satu persatu, ia begitu terangsang melihat penis mereka yang
antara 25 sampai 30 cm itu, ia minum sperma mereka.
Kaka menjambak Agnes, dan melemparkannya ke karpet lembut di depan
perapian, dan mengangkannya. ‘Pernah di ewe kontol model begini?’ katanya
yang membuat Agnes membeliak, karena penis Kaka yang hampir sepanjang
lutut dan diameter kaleng bir, akhirnya Agnes tahu Kaka kependekan Kontol
Kuda.
Agnes harus bekerja keras, menerima sodokan , menggelinjang, menaik
turunkan pinggul, sambil mendesah keenakan merasakan penis Kaka mengisi
rahimnya, bahkan Agnes mendapat orgasmenya yang pertama bersamaan dengan
amblasnya keseluruhan penis Kaka. Agnes menggeletar.
‘Dasar lonte’ ejek Kaka ‘baru gitu dah keluar, nih terima sodokan gue,
biar tambah kelojotan’ kata Kaka sambil mulai menggejnot Agnes, yang makin
menggelinjang, dan mengerang keenakan.
Agnes mendapat orgasmenya yang keempat ketika Kaka menyemburkan spermanya
ke rahim Agnes, namun Agnes sama sekali tidak kuatir karena tubektominya
memastikan ia aman untuk bercinta. Tempatnya langsung digantikan, orang
kedua, yang mengangkat kaki agnes ke atas bahunya dan menggenjot Agnes
sebrutal yang ia bisa, mengi
Orang ketiga menunggingkan Agnes dan menyetubuhinya doggy style, sementara
orang keempat menyetubuhi mulut Agnes dengan ganas, membuat Agnes sedikit
tersedak menahan serangan mereka. dan mereka orgasme bersamaan dengan
Agnes.
Lalu Jai, salah seorang kuli bangunan menjilati anus Agnes. Agnes
mengerang merasakan sensasi tersebut, lalu Jai meludahi lubang anus Agnes,
dan tanpa ba bi bu, menghujamkan keseluruhan penisnya ke anus Agnes.
Agnes berteriak tertahan menerima serangan mendadak tersebut, kepalanya
terdongak ke belakang merasakan hujaman itu, mulutnya menganga, namun
segera mengeluarlkan desah kenikmatan dan erangan nafsu. Agnes sudah dapat
menguasai dirinya kembali dan menggerakkan pinggulnya seiring hentakan Jai
yang menyodominya. dan tak lama mereka orgasme berbarengan, kemudian Jai
menyorongkan penisnya ke mulut Agnes yang langsung memberikan deep throat
walau penis itu membawa sedikit kotoran dari anusnya.
Lima orang lainnya, membopong tubuh Agnes ke kamar, menghenyakkan tubuhnya
di kasur empuk, seorang dari mereka menyodomi Agnes dan menelentangkannya
di atas tubuhnya, seorang lagi segera menggasak vagina Agnes, sekarang
Agnes berada dalam posisi sandwich. Kepalanya yang agak terjulur ke luar
kasur menyebabkan mulutnya membuka dan memudahkan orang ke tiga untuk
merasakan deep throat dari Agnes, sementara dua orang lagi menerima
kocokan tangan mungil Agnes, dan mereka bergantian menyetubuhi seluruh
lubang tubuh Agnes. Agnes tak tau lagi berapa lama ia bercinta dengan
mereka, namun samara-samar ia melihat Kaka masuk ke dalam kamar dan
bergabung dengan mereka.
Paginya Agnes terbangun dengan penis Kaka menancap tegar di anusnya,
dengan sedikit lemas Agnes melangkah ke dalam kamar mandi, dan membasuh
tubuhnya dengan air hangat di bawah shower. namun tak lama kemudian, Kaka
dan seorang tukang ojeg masuk dan menyanwich Agnes sambil berdiri. tukang
ojeg tersebut menyodominya sambil meremasi payudara Agnes, dan Kaka ber
French kiss ria dengan Agnes.
Agnes keluar dari kamar mandi bertelanjang bulat karena mereka
menyembunyikan handuk miliknya. Agnes lalu berjalan santai ke meja makan.
Jai menantinya dengan senyum nakal, ‘makan dulu non biar kuat di ewe sama
kita-kita’ ia lalu menyuruh agnes duduk dipangkuannya dan Agnes mulai
sarapan dengan penis di anusnya, dan sarapannya diakhiri dengan semburan
sperma di anusnya.
Melihat cuaca yang cerah, Agnes melangkah ke kebun belakang untuk
menikmati suasana, dan ia ditunggu oleh para kuli bangunan.
Satu orang menyuruh agnes ber woman on top, yang satu meminta Agnes
mengangkanginya, satu orang menyodomi Agnes, yang satu lagi melengkungkan
tubuh Agnes sampai hanya bahu dan kepalanya tertahan di tanah, dan
menyetubuhinya dengan brutal. orang terakhir mendapat deep throat dari
Agnes, dan ia menyemburkan spermanya ke wajah Agnes, melihat ini teman
temannya mengikutunya dan menyemburkan sperma ke seluruh tubuh Agnes, yang
sudah lemas terbaring di rumput. Dan kemudian Agnes jatuh tertidur di
rerumputan itu di selimuti angin gunung dan sinar mentari, setelah sekitar
3 jam ia disetubuhi ke lima orang itu
Agnes kemudian terbangun ketika hari sudah berangsur petang, Ia membasuh
tubuhnya menggunakan selang penyiram rumput, para ‘penggemarnya menatap
Agnes penuh birahi melihat tubuh berkilat mulus sang idola’
Mereka memberikan Agnes kesempatan untuk beristirahat sebelum akhirnya
mereka membawa Agnes ke dekat perapian, mereka menyuruh Agnes untuk
menghibur mereka, dan Agnes menjawabnya dengan tarian erotis, dan gerakan
sensual.
Keringat yang mengalir membuat tubuh Agnes tampak makin sensual ditemaram
perapian.
Agnes benar-benar liar, gairah sexnya mengalir bak air bah, jebol seperti
kuda binal lepas dari kandang, walaupun sebenarnya yang menyetubuhinya
adalah orang kampong yang tidak selevel dengan dirinya. Agnes tidak
perduli, yang diperlukannya adalah pemuas dahaganya akan sex dan itu
diperolehnya dari mereka.
Bahkan hinaan justru membuatnya makin bernafsu, seperti ketika seorang
kuli berkata ‘gila nih cina, memeknya seret dan sempi banget, ada empotnya
lagi’
atau ketika rekannya tukang ojeg bilang ‘iya nih, gua udah berapa kali
dapet daging cina, biasanya becek, apalagi abis dipake si Kaka, biasanya
memek dan boolnya nya langsung longgar.’ dan tujkang ojeg itu langsung
menusukkan penisnya ke vagina Agnes yang masih dipakai kuli bangunan. ‘
Biar longgar’ ejeknya.
Atau ketika Kaka berkata ‘Entotannya memang hebat, lebih hebat dari bayur
yang sering gua pake di warem. Sepongannya juga mantap’, sambil menekan
kepala Agnes agar penisnya bisa masuk lebih dalam lagi ke tenggorokan
Agnes, sembari Jai yang hobi menyodominya menggenjot anusnya dengan penuh
nafsu diledek ‘hobi banget si lo ewe boolnya?’
‘Mumpung ada kesempetan. Kapan lagi bisa ewe bool artis kaya gini, lagian
bini gua mana mau di ewe model begini.’
Semua hinaan itu dianggap pujian oleh Agnes, karena berarti ia berhasil
memberikan kepuasan pada penggemarnya, dan seharusnya itu yang terjadi di
mana penggemar mendapatkan yang terbaik dari idolanya, dalam kasus ini sex
terhebat, liar dan menjurus brutal.
Selain itu Agnes menganggap ucapan mereka sebagai penghargaan atas
usahanya berlatih keras setiap saat untuk mempertahankan bentuk tubuhnya
dan kelenturannya, ramuan-ramuan yang diminum untuk stamina tubuhnya serta
treatment khusus untuk vagina dan anusnya yang menjadi pelabuhan penis
penggemarnya sehingga memiliki kelenturan mulut ular yang mampu menelan
mangsa yang besar namun dengan cepat kembali ke bentuk aslinya.
Keesokannya Agnes memutuskan untuk kembali karena ada pekerjaan yang harus
dikerjakannya.
Kaka berkata ‘kita punya oleh-oleh buat non’, sambil mereka menelentangkan
tubuh Agnes dan mengangkat kakinya kea rah dada. kaka menyelipkan potongan
bagian atas botol aqua ke dalam vagina Agnes, dan menuangkan sperma dingin
satu gelas bir besar yang mereka kumpulkan pada saat Agnes tertidur
kelelahan.
Agnes menggeletar merasakan dingin di vaginanya, dan setelah seluruhnya
terserap, Kaka mencabut ‘corong’ itu dan menutup celah vagina Agnes dengan
lakban sehingga sperma mereka tidak dapat keluar dari dalam vagina Agnes.
Mereka tertawa melihat tubuh agnes menggelinjang, menggeletar seperti ayam
disembelih merasakan dingin di vaginanya yang menstmulasinya untuk
kemudian mengejang hebat dan berteriak ‘gilaaaaaaaaaa’ seiring orgasme
terdahsyat yang diperolehnya. Setengah jam kemudian Agnes baru bisa
mengusai diri.
Para ‘penggemarnya’ mengambil semua baju Agnes sebagai kenang-kenangan
sehingga Agnes pulang hanya dberbalut tanktop putih tipis ketat, yang
dengan jelas mencetak lekuk tubuhnya, terutama putingnya dan daerah
areolanya nyang berwaran coklat. Dan celana hot pants pendek model hipster
yang tidak dapat menutupi pangkal pantat Agnes dan bagian depannya
bermotif jala halus, sehingga lakban yang menutupi vaginanya membayang
jelas. Dan secara keseluruhan membuatnya makin tampak seperti professional
bitch
Agnes tidak perduli karena ia sendiri memperoleh kepuasan amat sangat,
karena dahaga sexnya terpuaskan dengan kebrutalan mereka dan keroyokan
yang dialaminya.
wajahnya menyunggingkan senyum puas, liar dan binal, dan tampak
berseri-seri. Tubuhnya tampak makin berisi, segar bercahaya, terlebih
setelah mendapat donor protein di seluruh tubuhnya termasuk yang sekarang
mulai terserap di vaginanya.
Selama perjalanan pulang yang dipikirkan Agnes hanya satu,. Mencari waktu
yang tepat untuk kembali ke villa itu dan berpesta sex dengan
‘penggemarnya’.
dijalananinya memutuskan untuk menyepi di daerah puncak yang sepi dan
jarang dikunjungi orang.
Agnes menemukan sebuah villa terpencil yang jauh dari keramaian, di villa
itu Agnes disambut penjaganya yang dipanggil Kaka.
Malam itu ketika Agnes sedang merenung, menikmati hangatnya perapian hanya
berbalut piyama terusan, kaka berdiri disampingnya dan berkata kalau
teman-temannya ingin berkenalan dengannya,.
Agnes mengeluh dalam hati ‘aduh, apa aku tidak bisa tenang barang
sebentar, dasar penggemar’ namun ia berdiri dan berbalik menyambut
penggemarnya.
Dan Agnes terkejut.
Di hadapannya berdiri sepuluh orang laki-laki dengan tampang mesum dan
menelan liur melihat siluet tubuh agnes melalui piyama tipis yang
menerawang akibat nyala api di belakang Agnes, Agnes mengenali mereka
sebagai, empat orang adalah tukang ojek yang mangkal di dekat pasar dan
lima orang kuli bangunan yang membangun villa dekat situ.
Kaka berkata ‘Kita-kita mau ngewe sama non, abis non seksi sekali. Ngga
usah ngelawan, ngga bakal ada yang dengar. Kecuali kalo non mau dikasarin
dan kita buang ke penampungan gelandangan biar non diewe sama mereka’
Agnes tersenyum binal, ia sama sekali tidak berkeinginan melawan karena
melihat tampang mesum mereka Agnes justru merasa terbakar gairahnya,
terlebih lagi ia membayangkan sensasi bercinta dengan orang kampong dan
kuli bangunan, lalu ia berkata ‘shut up, jangan ancam saya’ katanya sambil
membuka kancing piyamanya, meloloskannya melalui bahu, berdiri menantang.
‘Kalian mau ewe aku?’ katanya sambil berpose seperti patung dewi,
‘silahkan… makan malam sudah tersedia’
Kecuali Kaka semuanya maju merangsek Agnes. Tubuh agnes digerayangai,
diciumi, dijilat. Agnes mendesah-desah kenikmatan menerima serangan
bertubi begitu, remasan kasar, cubitan, French kiss, jilatan nakal.
Tak lama, Agnes jongkok dan mulai mengoral penis mereka satu persatu,
mereka semua sudah bugil dan mengerang nikmat merasakan isapan Agnes.
40 menit Agnes mengoral mereka. Agnes begitu liar, ia men deep throath
penis itu satu persatu, ia begitu terangsang melihat penis mereka yang
antara 25 sampai 30 cm itu, ia minum sperma mereka.
Kaka menjambak Agnes, dan melemparkannya ke karpet lembut di depan
perapian, dan mengangkannya. ‘Pernah di ewe kontol model begini?’ katanya
yang membuat Agnes membeliak, karena penis Kaka yang hampir sepanjang
lutut dan diameter kaleng bir, akhirnya Agnes tahu Kaka kependekan Kontol
Kuda.
Agnes harus bekerja keras, menerima sodokan , menggelinjang, menaik
turunkan pinggul, sambil mendesah keenakan merasakan penis Kaka mengisi
rahimnya, bahkan Agnes mendapat orgasmenya yang pertama bersamaan dengan
amblasnya keseluruhan penis Kaka. Agnes menggeletar.
‘Dasar lonte’ ejek Kaka ‘baru gitu dah keluar, nih terima sodokan gue,
biar tambah kelojotan’ kata Kaka sambil mulai menggejnot Agnes, yang makin
menggelinjang, dan mengerang keenakan.
Agnes mendapat orgasmenya yang keempat ketika Kaka menyemburkan spermanya
ke rahim Agnes, namun Agnes sama sekali tidak kuatir karena tubektominya
memastikan ia aman untuk bercinta. Tempatnya langsung digantikan, orang
kedua, yang mengangkat kaki agnes ke atas bahunya dan menggenjot Agnes
sebrutal yang ia bisa, mengi
Orang ketiga menunggingkan Agnes dan menyetubuhinya doggy style, sementara
orang keempat menyetubuhi mulut Agnes dengan ganas, membuat Agnes sedikit
tersedak menahan serangan mereka. dan mereka orgasme bersamaan dengan
Agnes.
Lalu Jai, salah seorang kuli bangunan menjilati anus Agnes. Agnes
mengerang merasakan sensasi tersebut, lalu Jai meludahi lubang anus Agnes,
dan tanpa ba bi bu, menghujamkan keseluruhan penisnya ke anus Agnes.
Agnes berteriak tertahan menerima serangan mendadak tersebut, kepalanya
terdongak ke belakang merasakan hujaman itu, mulutnya menganga, namun
segera mengeluarlkan desah kenikmatan dan erangan nafsu. Agnes sudah dapat
menguasai dirinya kembali dan menggerakkan pinggulnya seiring hentakan Jai
yang menyodominya. dan tak lama mereka orgasme berbarengan, kemudian Jai
menyorongkan penisnya ke mulut Agnes yang langsung memberikan deep throat
walau penis itu membawa sedikit kotoran dari anusnya.
Lima orang lainnya, membopong tubuh Agnes ke kamar, menghenyakkan tubuhnya
di kasur empuk, seorang dari mereka menyodomi Agnes dan menelentangkannya
di atas tubuhnya, seorang lagi segera menggasak vagina Agnes, sekarang
Agnes berada dalam posisi sandwich. Kepalanya yang agak terjulur ke luar
kasur menyebabkan mulutnya membuka dan memudahkan orang ke tiga untuk
merasakan deep throat dari Agnes, sementara dua orang lagi menerima
kocokan tangan mungil Agnes, dan mereka bergantian menyetubuhi seluruh
lubang tubuh Agnes. Agnes tak tau lagi berapa lama ia bercinta dengan
mereka, namun samara-samar ia melihat Kaka masuk ke dalam kamar dan
bergabung dengan mereka.
Paginya Agnes terbangun dengan penis Kaka menancap tegar di anusnya,
dengan sedikit lemas Agnes melangkah ke dalam kamar mandi, dan membasuh
tubuhnya dengan air hangat di bawah shower. namun tak lama kemudian, Kaka
dan seorang tukang ojeg masuk dan menyanwich Agnes sambil berdiri. tukang
ojeg tersebut menyodominya sambil meremasi payudara Agnes, dan Kaka ber
French kiss ria dengan Agnes.
Agnes keluar dari kamar mandi bertelanjang bulat karena mereka
menyembunyikan handuk miliknya. Agnes lalu berjalan santai ke meja makan.
Jai menantinya dengan senyum nakal, ‘makan dulu non biar kuat di ewe sama
kita-kita’ ia lalu menyuruh agnes duduk dipangkuannya dan Agnes mulai
sarapan dengan penis di anusnya, dan sarapannya diakhiri dengan semburan
sperma di anusnya.
Melihat cuaca yang cerah, Agnes melangkah ke kebun belakang untuk
menikmati suasana, dan ia ditunggu oleh para kuli bangunan.
Satu orang menyuruh agnes ber woman on top, yang satu meminta Agnes
mengangkanginya, satu orang menyodomi Agnes, yang satu lagi melengkungkan
tubuh Agnes sampai hanya bahu dan kepalanya tertahan di tanah, dan
menyetubuhinya dengan brutal. orang terakhir mendapat deep throat dari
Agnes, dan ia menyemburkan spermanya ke wajah Agnes, melihat ini teman
temannya mengikutunya dan menyemburkan sperma ke seluruh tubuh Agnes, yang
sudah lemas terbaring di rumput. Dan kemudian Agnes jatuh tertidur di
rerumputan itu di selimuti angin gunung dan sinar mentari, setelah sekitar
3 jam ia disetubuhi ke lima orang itu
Agnes kemudian terbangun ketika hari sudah berangsur petang, Ia membasuh
tubuhnya menggunakan selang penyiram rumput, para ‘penggemarnya menatap
Agnes penuh birahi melihat tubuh berkilat mulus sang idola’
Mereka memberikan Agnes kesempatan untuk beristirahat sebelum akhirnya
mereka membawa Agnes ke dekat perapian, mereka menyuruh Agnes untuk
menghibur mereka, dan Agnes menjawabnya dengan tarian erotis, dan gerakan
sensual.
Keringat yang mengalir membuat tubuh Agnes tampak makin sensual ditemaram
perapian.
Agnes benar-benar liar, gairah sexnya mengalir bak air bah, jebol seperti
kuda binal lepas dari kandang, walaupun sebenarnya yang menyetubuhinya
adalah orang kampong yang tidak selevel dengan dirinya. Agnes tidak
perduli, yang diperlukannya adalah pemuas dahaganya akan sex dan itu
diperolehnya dari mereka.
Bahkan hinaan justru membuatnya makin bernafsu, seperti ketika seorang
kuli berkata ‘gila nih cina, memeknya seret dan sempi banget, ada empotnya
lagi’
atau ketika rekannya tukang ojeg bilang ‘iya nih, gua udah berapa kali
dapet daging cina, biasanya becek, apalagi abis dipake si Kaka, biasanya
memek dan boolnya nya langsung longgar.’ dan tujkang ojeg itu langsung
menusukkan penisnya ke vagina Agnes yang masih dipakai kuli bangunan. ‘
Biar longgar’ ejeknya.
Atau ketika Kaka berkata ‘Entotannya memang hebat, lebih hebat dari bayur
yang sering gua pake di warem. Sepongannya juga mantap’, sambil menekan
kepala Agnes agar penisnya bisa masuk lebih dalam lagi ke tenggorokan
Agnes, sembari Jai yang hobi menyodominya menggenjot anusnya dengan penuh
nafsu diledek ‘hobi banget si lo ewe boolnya?’
‘Mumpung ada kesempetan. Kapan lagi bisa ewe bool artis kaya gini, lagian
bini gua mana mau di ewe model begini.’
Semua hinaan itu dianggap pujian oleh Agnes, karena berarti ia berhasil
memberikan kepuasan pada penggemarnya, dan seharusnya itu yang terjadi di
mana penggemar mendapatkan yang terbaik dari idolanya, dalam kasus ini sex
terhebat, liar dan menjurus brutal.
Selain itu Agnes menganggap ucapan mereka sebagai penghargaan atas
usahanya berlatih keras setiap saat untuk mempertahankan bentuk tubuhnya
dan kelenturannya, ramuan-ramuan yang diminum untuk stamina tubuhnya serta
treatment khusus untuk vagina dan anusnya yang menjadi pelabuhan penis
penggemarnya sehingga memiliki kelenturan mulut ular yang mampu menelan
mangsa yang besar namun dengan cepat kembali ke bentuk aslinya.
Keesokannya Agnes memutuskan untuk kembali karena ada pekerjaan yang harus
dikerjakannya.
Kaka berkata ‘kita punya oleh-oleh buat non’, sambil mereka menelentangkan
tubuh Agnes dan mengangkat kakinya kea rah dada. kaka menyelipkan potongan
bagian atas botol aqua ke dalam vagina Agnes, dan menuangkan sperma dingin
satu gelas bir besar yang mereka kumpulkan pada saat Agnes tertidur
kelelahan.
Agnes menggeletar merasakan dingin di vaginanya, dan setelah seluruhnya
terserap, Kaka mencabut ‘corong’ itu dan menutup celah vagina Agnes dengan
lakban sehingga sperma mereka tidak dapat keluar dari dalam vagina Agnes.
Mereka tertawa melihat tubuh agnes menggelinjang, menggeletar seperti ayam
disembelih merasakan dingin di vaginanya yang menstmulasinya untuk
kemudian mengejang hebat dan berteriak ‘gilaaaaaaaaaa’ seiring orgasme
terdahsyat yang diperolehnya. Setengah jam kemudian Agnes baru bisa
mengusai diri.
Para ‘penggemarnya’ mengambil semua baju Agnes sebagai kenang-kenangan
sehingga Agnes pulang hanya dberbalut tanktop putih tipis ketat, yang
dengan jelas mencetak lekuk tubuhnya, terutama putingnya dan daerah
areolanya nyang berwaran coklat. Dan celana hot pants pendek model hipster
yang tidak dapat menutupi pangkal pantat Agnes dan bagian depannya
bermotif jala halus, sehingga lakban yang menutupi vaginanya membayang
jelas. Dan secara keseluruhan membuatnya makin tampak seperti professional
bitch
Agnes tidak perduli karena ia sendiri memperoleh kepuasan amat sangat,
karena dahaga sexnya terpuaskan dengan kebrutalan mereka dan keroyokan
yang dialaminya.
wajahnya menyunggingkan senyum puas, liar dan binal, dan tampak
berseri-seri. Tubuhnya tampak makin berisi, segar bercahaya, terlebih
setelah mendapat donor protein di seluruh tubuhnya termasuk yang sekarang
mulai terserap di vaginanya.
Selama perjalanan pulang yang dipikirkan Agnes hanya satu,. Mencari waktu
yang tepat untuk kembali ke villa itu dan berpesta sex dengan
‘penggemarnya’.
Subscribe to:
Posts (Atom)