Dua hari setelah peristiwa perkosaan itu mobil Astrid dikembalikan
oleh Jon yang berlagak sopan. Astrid tidak berani menemuinya, peristiwa
yang memalukan dan menyakitkan itu masih membayang di pikirannya. Tapi
tepat pada Sabtu malam Astrid menerima telepon lewat HP nya.
“Hallo sayang..” suara yang sudah dikenal oleh Astrid membuat seluruh
tubuh Astrid gemetar. Itu suara Jack. Hampir saja Astrid mematikan HP
nya, tapi Jack yang seolah bisa membaca pikirannya langsung melarang
Astrid mematikan HP. Dia menyuruh Astrid membawa mobilnya ke suatu
tempat. Astrid mematuhi perintah itu karena takut oleh ancaman Jack. Dia
segera menuju ke tempat yang sudah disebutkan oleh Jack. Di sana Jack
sudah menunggu dengan senyum liar.
“Jalan aja terus Non, nanti gue beritahu,” kata Jack yang tahu-tahu
sudah masuk ke dalam mobil Astrid. Ternyata Jack mengajak Astrid ke
seorang dokter kandungan dan memaksa Astrid untuk dipasangi spiral. Jack
berpura-pura menjadi suami Astrid dan meminta dokter kandungan untuk
memasang spiral dengan alasan agar tidak hamil. Astrid dengan berat hati
memenuhi permintaan gila itu.
“hehehe.. gitu dong Non, kalau Nona menurut semuanya pasti beres,”
kata Jack saat mereka di dalam mobil lagi. “Kali ini kayaknya Nona bakal
kerja lebih keras deh, soalnya seberapapun seringnya kita ngentot, Nona
nggak bakalan bisa hamil kan..” Jack tersenyum liar. Astrid terdiam
dengan pikiran berkecamuk, rupanya Jack sudah merencanakan semuanya
dengan sangat rapi. Dia tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi budak
seksual dua orang preman bejat macam mereka.
Jack lalu menyuruh Astrid mengarahkan mobilnya ke luar kota, Jack
juga menyuruh Astrid menelepon ke rumah kalau dirinya akan menginap
selama beberapa hari di luar kota supaya tidak mencari. Mereka menuju ke
daerah yang sangat sepi dan terpencil di daerah puncak. Astrid melihat
ada sebuah rumah kecil di tengah hutan kecil di depannya. Mereka lalu
turun dari mobil dan berjalan mendekati rumah itu. Rumah itu sebuah
rumah tua, berukuran kecil, lebih mirip villa kecil tapi tidak terawat,
kemungkinan sebuah villa yang sudah tidak dipakai, meski begitu rumah
itu diterangi oleh lampu listrik yang dicuri dari kabel jaringan.
Suasana yang agak gelap membuat Astrid tidak bisa memperhatikan dengan
jelas keadaan di sekelilingnya.
Astrid baru akan melangkah ketika Jack menahan sembail mencengkeram pergelangan tangannya.
“Tunggu dulu Non,” Jack tersenyum liar sambil menjilati bibirnya.
“Kayaknya sebelum masuk ke dalam rumah lebih baik Nona buka baju dulu di
sini..”
Astrid terbelalak mendengar ucapan yang disampaikan dengan nada datar
itu, dia dipaksa bugil di luar ruangan. Tapi Astrid takut pada ancaman
Jack. Maka sambil berlinang air mata dia melepas pakaiannya satu
persatu.
“Sampai bugil Non, sampai bugil,” kata Jack ketika Astrid menyisakan
celana dalam dan BH-nya. Mau tak mau Astrid melepaskan pakaian dalamnya
sampai dia telanjang bulat. Hanya tinggal kalung emas dan sepatu hak
tinggi yang saat ini dipakai Astrid. Pakaiannya diambil oleh Jack dan
dimasukkan ke kantong plastik.
“Hehehe.. gitu kan lebih cantik, Nona kelihatan lebih cantik lho
kalau bugil,” ujar Jack menghina sambil memelototi tubuh mulus Astrid
yang telanjang. “Sekarang masuk,” Jack meremas pantat Astrid sambil
mendorongnya maju. Dengan gemetar Astrid membuka pintu. Dia menemukan
sebuah ruangan cukup lapang yang didesain agak aneh, penuh diisi dengan
pot tanaman, sebuah ranjang besar ada di tengah ruangan, ranjang itu
terbuat dari besi yang kokoh, kasurnya dilapisi kain warna pink. Jon,
teman Jack sudah menunggu di sofa merah usang yang ada di samping
ranjang, sementara di seberang ranjang, dekat ke dinding ada sebuah
televisi ukuran besar yang diletakkan di atas sebuah meja kayu usang.
“Ah.. apa kabar Sayangku,” Jon tertawa melihat Astrid yang sudah
telanjang bulat. “Kayaknya elo sudah nggak sabar pingin ngentot ya, kok
sudah bugil duluan?” Astrid memalingkan mukanya yang berlinang air mata
menghindari tatapan liar Jon yang memelototi bagian-bagian vital
tubuhnya.
“Nggak usah buru-buru Nona cantik..” Jon menarik tubuh Astrid yang bugil ke ranjang dan memaksanya duduk menghadap televisi.
“Hari ini kita mau bikin film bokep lagi dengan Nona sebagai bintang
utamanya,” kata Jon sambil duduk di sebelah Astrid. Astrid hanya diam di
tempatnya sambil memalingkan wajah menghindari Jon.
“Tapi sebelumnya lihat dulu yang ini,” Jon menyalakan televisi di
depannya dengan remote control. Astrid terkesiap melihatnya, di televisi
itu sedang diputar film saat dirinya sedang diperkosa. Suara Astrid di
televisi terdengar mendesah dan mengerang membuat Astrid merah padam
karena malu dan sakit hati. Tapi Jon memaksa Astrid terus menyaksikan
adegan perkosaan itu, dan mau tak mau adegan-adegan itu membuat Astrid
terangsang, apalagi saat kemudian Jon secara tiba-tiba menciumi pipinya
dan menjilati bagian belakang telinganya sambil tangannya membelai-belai
dan meremas payudaranya.
“Ahh..” Astrid mendesah ketika dorongan seksualnya mulai bangkit. Tubuhnya mulai menggeliat dan menegang.
“hehehe.. enak kan nonton bokep sambil beginian?” jon mengejek sambil
terus menerus menciumi bagian tubuh Astrid yang sensitif terutama di
bagian sekitar leher dan pundaknya. Astrid mengerang merasakan sentuhan
liar itu, perasaannya mulai kacau balau. Rangsangan dari dalam dirinya
menyebabkan Astrid pun menyambut saat ciuman Jon mulai mendarat di
bibirnya. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit.
Sementara itu tangan Jon meremas lembut payudara Astrid, tangan satunya
mengelus pantat. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama lima
menit
“Gimana Sayang, asyik kan ? Nona jadi tambah cantik kalau lagi horny
gitu loh” Kata Jon sambil tersenyum sambil memilin-milin kedua puting
payudara Astrid.
“Mmhh…eengghh…sudah Tuan, sshh…sudahh… !” desahnya merasakan kedua putingnya makin mengeras.
“Tenang sayang, disini aman kok, kita have fun bentar yah !”
Kemudian Jon mencumbui payudara Astrid, lidahnya menyapu-nyapu puting
kemerahan yang sudah menegang itu. Astrid hanya bisa mendongak dan
mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Jon merabai pahanya yang putih
mulus itu.
“Hhhssshh…eeemmmhh !” Astrid mendesis lebih panjang dan tubuhnya
menggelinjang ketika tangan Jon menyentuh kemaluannya. Seperti ada
getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya terasa tersengat dan
tergelitik saat jari jari kasar itu menyusup menyentuh bibir vaginanya,
daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan erotis itu.
Astrid tidak tahan lagi mendapatkan serangan sehebat itu, perlahan
tubuhnya mulai menegang keras, gelora nafsu seksualnya makin meledak
mambuat tubuhnya menejang.
“AHHHHHHHH…” Astrid mengerang keras, lalu tubuhnya melemas kembali
dan ambruk terlentang di kasur. Cairan vaginanya mengucur deras
membasahi seprei. Astrid terengah-engah setelah mengalami orgasme yang
begitu hebat. Jack dan Jon tertawa-tawa menyaksikan kejadian itu. Untuk
beberapa saat meraka membiarkan saja Astrid terkapar di kasur.
Setelah agak lama, terlihat Jack mempersiapkan kamera handycamnya
yang dulu dipakainya untuk merekam perkosaaan Astrid. Dia lalu
menegakkan tubuh Astrid id ranjang.
“Nah Sayang, sekarang waktunya Nona untuk jadi bintang film bokep
lagi.” Jack berujar datar. “Nah, pertama, Nona harus melakukan onani
dulu di situ, siap Non?” Jack memberi aba-aba. Astrid sadar dia tidak
bisa membantah perintah kedua preman itu, perlahan diapun melai
melakukan apa yang diperintahkan. Mula-mula Astrid meremasi payudaranya
sendiri dengan gerakan lembut sambil mendesah-desah, Jack merekam adegan
itu dengan seksama. Astrid kemudian memilin-milin puting payudaranya
dengan lembut sambil sesekali meremas payudaranya sendiri.
“Teruss ayo teruss..” Jack memberi aba-aba seperti sorang pelatih
menyemangati atlitya yang sedang lomba. Astrid melenguh sambil bergerak
liar dan menggeliat-geliat, perlahan tapi pasti nafsu birahinya mulai
memuncak. Astrid mmpercepat remasan pada payudaranya sendiri dan hal itu
membuat tubuhnya kian dibakar oleh dorongan seksual yang makin meledak.
Astrid lalu mengarahkan tangannya ke daerah vaginanya. Dengan gerakan
liar dia mengusap-usap bibir vaginanya lalu memasukkan jari tengahnya k
dalam liang vaginanya lalu mengocok-ngocok jari itu di vaginanya.
“Ohhkkkhh.. ” Astrid merintih merasakan sentuhan tangannya sendiri di
vaginanya, mulutnya megap-megap seolah ingin dimasuki oleh penis,
Astrid memasukkan jari tangannya yang lain ke mulutnya dan mengulumnya
seolah-olah dia sedang mengulum penis sesorang.
“Emhh.. ohhh.. ” Astrid merintih pelan merasakan kenikmatan yang
melandanya, dia makin liar beronani, liang vaginanya diaduk-aduk dengan
jari-jarinya dengan gerakan liar, tubuhnya mengejang, dan akhirnya.
“AHHHH…OOOHHHH….” astrid mengerang kuat, badannya menyentak sampai
melengkung ke belakang. Cairan vaginanya tumpah dengan deras membasahi
seprei.
Jack dan Jon tertawa senang melihat Astrid kembali mengalami orgasme,
untuk sesaat dibiarkannya Astrid terbaring di ranjang. Tak lama
kemudian Jon yang sudah bertelanjang bulat naik ke atas ranjang dan
menjamah tubuh bugil Astrid. Jon terlihat memakai topeng kain yang
menutupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata, hidung dan mulutnya. Dia
memaksa Astrid untuk duduk lalu mendekap tubuh bugil itu. Jack masih
tetap menyorot setiap adegan demi adegan yang dimainkan oleh Astrid dan
Jon. Jon mulai menciumi dan menjilati pipi Astrid dan dengan gerakan
kasar dicengkeramnya wajah Astrid sampai bibir Astrid monyong.
“Hehe.. julurin lidah elo Nona..” perintah Jon. Astrid menjulurkan
lidahnya, Jon serentak mulai mengulum lidah Astrid dengan bibirnya
berulang-ulang seperti orang mengulum permen lolipop, dimainkannya lidah
Astrid di bibirnya, rangsangan itu membuat Astrid kembali mengerang,
birahinya bangkit kembali, nafasnya mulai megap-megap. Jon mengulangi
kulumannya di lidah Astrid berkali-kali, sementara tangannya bergerak
menggerayangi payudara Astrid, diremasnya payudara yang putih kenyal itu
dengan gerakan lembut sambil sesekali putingnya dipelintir lembut.
Astrid melenguh pelan mendapat perlakuan seperti itu, dan dalam keadaan
terangsang, dia membiarkan tangan Jon yang satu lagi memegangi tangannya
dan membimbingnya ke bagian selangkangan Jon.
“Pegang kontol gue dong Non, terus kocokin kontol gue..” perintah
Jon, Astrid menuruti perintah itu dibawah ancaman dan juga dorongan
birahinya, tangannya bergerak memegang penis Jon yang sudah mencuat dan
mengocok-ngocoknya dengan gerakan lembut, sementara Jon tidak
henti-hentinya mengulum lidah Astrid sambil tangannya terus
meremas-remas payudara Astrid. Jika Astrid menarik lidahnya, Jon dengan
kasar menyentak rambut Astrid membuat Astrid kembali menjulurkan
lidahnya untuk dikulum.
Sepuluh menit lamanya Jon menikmati lidah Astrid, kemudian dia
membaringkan tubuh mulus itu terlentang di ranjang. Kemudian Jon mulai
menyerbu payudara Astrid yang putih dan kenyal, bibir dan lidahnya
menciumi dan menjilati payudara Astrid sebelah kiri sementara tangan
kirinya asyik meremas-remas payudara Astrid yang sebelah kanan. Tangan
Jon yang satu lagi juga sibuk mengaduk-aduk vagina Astrid. Diperlakukan
seperti itu membuat tubuh Astrid menegang, dari mulutnya meluncur
erangan tertahan, tubuh Astrid bergetar dan nafasnya semakin tidak
teratur, rupanya dia sudah tak kuasa menahan diri lagi. Mulutnya
menceracau tak jelas dan kakinya terasa lemas, Jon meningkatkan
serangannya untuk membuat gadis itu takluk sepenuhnya dengan cara
memainkan klitorisnya, daging kecil itu dia gesekkan pada jarinya dan
sesekali dipencet-pencet sehingga pemiliknya tersentak dan mengerang,
Astrid tinggal pasrah saja membiarkan Jon mengocok-ngocok vaginanya
dengan jarinya.
“Haha…enak ya Non, liat udah basah gini !” ejeknya dekat telinga
Astrid. Jon lalu mengulum bibir Astrid lagi sambil tangannye terus
menerus meremas payudara Astrid. Dia kemudian mengarahkan cumbuannya ke
bagian payudara Astrid, dimainkannya puting payudara Astrid sebentar,
kemudian lidah Jon menyusuri perut Astrid yang rata, terus ke bawah dan
ketika sampai di daerah selangkangan Astrid Jon lalu merangkul pinggang
ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia
ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain.
Astrid merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada
kulit pahanya membuat gejolak birahinya makin naik .
“Ssshhh…!” sebuah desisan keluar dari mulutnya ketika jari Jon menyentuh bagian vaginanya
“Aahhh… aahhh… jangan !” Astrid mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Jon menelusuri gundukan bukit kemaluannya
Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi
Jon untuk menjilatinya. Tubuh Astrid seperti kesetrum ketika lidah Jon
yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta
menari-nari di dalamnya.
Astrid semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak
karuan akibat jilatan Jon sehingga Jon harus memegangi tubuhnya.
“Ahhhh…ahhh…oohh !” desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah
Jon memainkan klitorisnya. Dan sekali lagi tubuhnya mengejang kuat, dari
vaginanya mengucur airan kewanitaan dengan deras yang langsung dijilati
oleh Jon. Astrid sekali lagi mengalami orgasme. Tubuh Astrid lalu
kembali melemas dan terkapar tak berdaya kelelahan. Tapi dengan kasar
Jon menarik tubuh Astrid dan memaksanya duduk.
“Sekarang emutin kontol gue..” Perintah Jon sambil tiduran terlentang
dengan penis mengacung tegak seperti tiang bendera. Atrid dipaksanya
untuk menungging dengan wajah tepat menghadapi penisnya. Lalu dengan
kasar Jon memaksa Astrid untuk mengulum penisnya. Astrid dengan terpaksa
menurut, dia perlahan menjilati ujung penis Jon dengan lidah, bibirnya
yang mungil sesekali mengecup dan menciumi ujung penis itu. Lalu Astrid
menjilati keseluruhan batang penis Jon dengan lidahnya dengan
jilatan-jilatan lembut.
“Ohhhhh… ahhhh enak Non…ahhhh..” Jon mengejang-ngejang mendapatkan
belaian lembut lidah Astrid di kemaluannya. Sambil sesekali Astrid
mengocok lembut penis itu dengan tangannya, dia kemudian mulai
memasukkan batang penis itu ke dalam mulutnya, lalu dengan gerakan amat
lembut, dia mulai menggerakkan kepalanya, bibirnya yang mungil
mencengkeram lembut batang penis itu dan mengocoknya dengan sangat
lembut. Astrid sesekali juga mengeluarkan penis itu dari mulutnya untuk
dikocok dan dijilat-jilat kemudian dimasukan lagi dan disedot-sedot
seperti orang yang sedang menikmati permen loli. Perlakuan Astrid pada
penis Jon membuat Jon benar-benar melayang, dia mengerang-erang liar
sambil menjambak rambut Astrid.
“Ahhh… Ahhhh…” Jon memejamkan matanya merasakan kenikmatan di
penisnya. Hampir lima menit lamanya Astrid mengulum penis Jon dengan
perasaan sangat menderita. Tapi karena sudah terangsang, perlahan-lahan
Astrid mulai merasakan sensasi tersendiri. Rasa jijik yang tadinya
begitu melingkupinya perlahan-lahan sirna, Astrid mulai menikmati oral
seks yang dilakukannya meskipun itu dikalukannya dengan terpaksa.
dimaju-mundukannya kepalanya seperti yang pernah dia dengar dari obrolan
dengan teman-temannya, lidahnya menjilat memutar kepala penisnya,
akibatnya Jon keenakan dan mengerang-ngerang.
“Uuaaahh…terus Non, enak banget, harusnya Nona jadi lonte saja,
hehehe !” ejek Jon sambil mengerang keenakan. Astrid hanya bisa
menggerakkan mata melihat ke arah Jon yang tersenyum-senyum sambil
meringis keenakan. Penis Jon semakin mengeras dan berkedut-kedut di
dalam mulut Astrid serta menebar rasa asin. Dia sendiri tidak tahu
bagaimana dia bisa segila ini, namun situasi saat itu ditambah jilatan
Jon yang tanggung tadi membuat gairahnya menggebu-gebu. Penis yang besar
mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil,
maka sesekali Jon menekan kepalanya agar bisa masuk lebih dalam lagi.
Tapi setalah agak lama, Jon tiba-tiba mendorong Astrid, melepaskan
jepitan bibir Astrid dari penisnya. Dia menelentangkan tubuh Astrid di
ranjang.
“Nah,sekarang kita mulai ya Non..” kata Jon. Astrid hanya menggeleng
lemah sambil menangis, tapi Jon yang sudah terangsang berat tidak
mempedulikan penolakan Astrid. Perlahan ditindihnya tubuh bugil Astrid
yang putih mulus itu. Lalu pelan-pelan IJon menekan penisnya ke liang
senggama Astrid.
“Sshhh…sakit, aawhhh…!!” rintih Astrid ketika penis Jon yang besar
itu menerobos vaginanya.Astrid meringis dan merintih menahan rasa sakit
pada vaginanya, meskipun sudah tidak perawan lagi setelah diperkosa dua
hari yang lalu tapi kemaluannya masih sempit. Jon terus berusaha
memasukkan senjatanya sambil melenguh-lenguh. Setelah beberapa saat
menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vaginanya,
saat itu airmata Astrid meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya.
“Huhh…masuk juga akhirnya, tempiknya seret banget Non, gue suka yang kayak gini.” katanya dekat telinga Astrid.
Sesaat kemudian, Jon sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula
gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat.
Astrid benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali Jon penis Jon
menghujam vaginanya. Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat
kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh
Astrid sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya megap-megap
mengeluarkan rintihan. Jon lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar
bisa mengelusi paha dan pantat Astrid sambil terus menggenjot.
Jon meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu
menggesek dan menekan klitorisnya ke dalam setiap kali menghujam. Kedua
payudaranya yang membusung tegak itu ikut berguncang hebat seirama
guncangan badannya. Jon meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan
gemas. Gairah Astrid mulai bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang
berbeda dari biasanya, tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan
pinggulnya seolah merespon gerakan Jon.
“Turun Non, kita ganti gaya !” perintahnya
Mungkin karena saking terangsangnya, Astrid menurut saja apa yang
dimintanya, Jon mengatur posisinya berdiri dengan pantat agak
ditunggingkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya. Dan, penis Jon
kembali memasuki vaginanya dari belakang. Dalam posisi demikian, Jon
memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara
Astrid. Mulutnya sibuk menciumi pundak dan lehernya membuat Astrid
serasa melayang, sekonyong-konyong dia tidak merasa diperkosa karena
turut menikmatinya. Ditariknya wajah Astrid hingga menengok ke belakang
dan begitu wajahnya menoleh bibir tebalnya langsung memagut bibirnya.
Karena sudah pasrah, Astrid pun ikut membalas ciumannya, lidah mereka
saling membelit dan beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir
bibir.
“Ahhh… ahhhh…. oohhhhh… oohhhh…” Astrid mengerang setiap kali Jon
menyodokkan penisnya, di lain pihak, Jack ikut memberi semangat setiap
kali Jon menyodok vagina Astrid sambil merekam adegan persetubuhan itu.
“Ayoo.. terusss.. teruss Nona … yeahh… oohhh… baguss..” Jack memberi
semangat sembil merekam terus persetubuhan itu, dia menyorot wajah
Astrid yang memerah karena dorongan birahi yang memuncak, sesekali Jack
bahkan menyorot ke daerah vagina Astrid sehingga proses keluar masuknya
penis Jon di dalam vaginanya direkam dengan jelas.
Menit demi menit berlalu, Jon masih bersemangat menggenjot Astrid.
Sementara Astrid sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini
sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi,
melainkan nampak hanyut menikmati ulah preman itu. Kemudian Jon
mengganti gaya lagi, kali ini ditelentangkannya lagi tubuh Astrid, lalu
diangkatnya kedua paha Astrid dan disampirkannya ke pundaknya, lalu
kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Astrid, dan menariknya
kuat-kuat, kemudian Jon kembali mendesakkan penisnya ke vagina Astrid
dan menggenjotnya. Astrid menggeliat antara sakit bercampur nikmat,
perlakuan Jon yang kasar ternyata justru membuat gejolak birahi Astrid
kian meledak. gaya bercinta jon yang barbar justru menciptakan sensasi
tersendiri. Di ambang klimaks, tanpa sadar saat Jon melepaskan
pegangannya dan kembali menindih tubuhnya, Astrid memeluk Jon dan
memberikan ciuman di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Astrid mendesis
panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat lengan
kokoh Jon. Sungguh dahsyat orgasme yang didapatnya, namun ironisnya hal
itu didapat dari seorang pria mesum yang sebenarnya sedang memperkosa
dirinya.
Penis Jon yang masih menancap di vaginanya belumlah terpuaskan, maka
setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari
tempatnya menancap. Astrid yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya
menungging dengan tangan dan wajah bertumpu pada kasur.
“Oohh…sudah Tuan… saya sudah nggak kuat… tolong !” Astrid memelas dengan lirih
Mendengar itu, Jon cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Astrid dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya.
“Uugghh…oohh !” desah Astrid dengan mencengkram seperei dengan kuat
saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya. Sementara tangan Jon
memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya,
cairan yang sudah membanjir dari vagina Astrid menimbulkan bunyi
berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Astrid
membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Astrid dan
meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.
Limabelas menit lamanya Jon menyetubuhinya dalam posisi demikian,
seluruh bagian tubuh Astrid tidak ada yang lepas dari jamahannya.
Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Jon yang barbar, namun Astrid
tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan,
Akhirnya Jon menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam
dirinya. Dan serentak dia mencabut penisnya kemudian membalikkan tubuh
Astrid sampai terlentang lagi, lalu Jon mengangkangi wajah Astrid sembil
mengocok-ngocok penisnya sendiri tepat di depan wajah Astrid.
“Crtt…crt…crt….,” spermanya muncrat membasahi wajah Astrid. Belum
cukup sampai situ, disuruhnya Astrid menjilati penisnya hingga bersih,
setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya.
Dibiarkannya Astrid terkapar di ranjang itu, wajahnya tampak sedih dan
basah oleh keringat, air mata dan cairan sperma yang sangat banyak
melumuri wajahnya, dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yang
sensasional ini dan rasa benci pada pria yang baru saja memperkosanya.
“hehehehe..” Jack tertawa puas sambil mematikan handycamnya. “Kita
dapat film yang sangat bagus hari ini. Berkat pelacur kita yang satu
ini..”
“Benar Jack,” Jon menambahkan sambil tersengal. “Jepitan tempiknya mantap, gue jadi ketagihan sama tempiknya.”
“Suruh dia membersihkan wajahnya!” Jack memerintah. Jon dengan gontai
mengambil seember air yang memang sudah disiapkan di sudut ruangan.
Astrid ditariknya turun dari ranjang lalu dipaksanya untuk membersihkan
mukanya yang penuh cairan sperma.
Setelah agak lama membiarkan Astrid -yang sengaja dibiarkan untuk memulihkan tenaganya- Jack kemudian mendekati Astrid.
“Nah, sekarang episode duanya sama gue,” kata Jack tenang sambil
melepas seluruh pakaiannya. Astrid terdiam antara shock dan ketakutan
melihat Jack yang sudah telanjang bulat di hadapannya.
“Oke Jon, kita mulai ya…?” Jack memberi komando dan Jon mulai merekam
lewat handycamnya. Jack memeluk tubuh Astrid yang bugil sampai rapat
dengan tubuhnya.
“Lihat ke kamera dong Sayang.. senyum… ” kata Jack sambil memalingkan
wajah Astrid ke arah handycam di tangan Jon, mau tidak mau Astrid
melihat ke arah handycam itu. Astrid memaksakan diri untuk tersenyum
meskipun wajahnya berlinang air mata. Sementara itu Jakck mulai
melancarkan aksinya dengan mencium pipi Astrid berulang-ulang, Jack
bahkan menggosok-gosokkan bibirnya di pipi Astrid yang mulus itu.
Kamudian dia juga menciumi dan mengulum bibir Astrid, Astrid hanya bisa
meronta lemah.
“Sekarang Nona cantik tolong emut punya saya dong..” kata Jack
santai. Astrid hanya bisa mengangguk. Perlahan dia berlutut tepat di
depan Jack. Wajahnya diturunkan sampai tepat menghadap penis Jack.
“Sekarang?” tanya Astrid yang sepertinya ragu melakukannya.
“Iya dong Non masa harus nunggu sampai besok!” jawab Jack santai.
Kemudian dengan tangan gemetar Astrid melingkarkan telapak tangannya
pada penis itu. Didekatkannya penis Jack ke mulutnya, dan mulai
menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit
pada ujungnya, Astrid menutup matanya dan langsung memasukkan penis itu
ke dalam mulutnya, dihisap dan dikulumnya penis itu dengan lembut,
sesekali Astrid mengocok-ngocok penis itu dengan tangannya juga, lama
kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis Jack dan mulai dapat
menyesuaikan diri, Astrid menjilati samping-sampingnya hingga ke buah
pelirnya, Astrid bahkan memainkan ludahnya sedikit di penis itu,
kemudian Astrid kembali memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Jack
mendesah merasakan kehangatan mulut Astrid, sentuhan lidahnya memberi
sensasi nikmat padanya.
Jack mendesah merasakan belaian lidah Astrid pada penisnya serta
kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak
keluar penjara lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita.
Astrid sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai
terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.
“Uuhhh…gitu Non, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Astrid dan memaju-mundurkan pinggulnya.
Astrid merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah
pelir Jack yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin
berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh
menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Jack menekan
kepalanya sambil melenguh panjang.
“Ohhh… ” Jack melenguh, tapi dia tidak ingin buru-buru. Dia
melepaskan penisnya dari kuluman bibir Astrid. Dia lalu menyuruh Astrid
untuk bergaya seperti anjing.
“Hehehehehe.. kita mulai ya Non..” kata Jack, rupanya dia ingin
menyetubuhi Astrid dengan gaya doggy style. Dia mengarahkan penisnya
kearah kemaluan Astrid, sementara Astrid masih dalam keadaan membungkuk
terlungkup, Astrid merasakan ujung penisnya menyentuh ujung vaginanya.
“Dia yang minta lho,” kata Jack sambil menghadap kamera diikuti tawa
Jon yang men zoom wajah Jack. Astrid merasa terhina oleh ucapan itu tapi
Astrid tidak bisa berbuat apa-apa, dia telah menjadi budak seks mereka.
Akhirnya Astrid merasakan penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginanya,
Jack mulai mengenjotnya dengan posisi doggy style.
“OOugh… ough… gila… enak… waduh…kok masih sempit sih tempiknya?” Jack
meracau sambil terus mengenjot vagina Astrid, tangannya meremas remas
payudara Astrid dari arah belakang. Sementara Jon mengarahkan kamera
handycamnya ke arah di mana penis Jack memasuki vagina Astrid dehingga
setiap gerakan dan suara gesekan penis Jack dan vagina Astrid terekam
dengan jelas. Astrid membuka pahanya lebih lebar seiring dengan sodokan
Jack yang semakin ganas agar tidak terlalu perih. Selain itu dia juga
mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama goyangan Jack.
“Enak kan non? Gue bikin Nona ketagihan ya?” ledek Jack.
“Iya Tuan… ahhhh… enak banget….” Astrid tidak peduli lagi bahwa saat ini dirinya sedang diperkosa.
Sekitar sepuluh menit lamanya Jack menyetubuhi Astrid dengan posisi
seperti itu, lalu dia memeritahkan Astrid berganti gaya. Sekarang Jack
berbaring di lantai dengan memakai pakaiannya sebagai alas kepala,
disuruhnya Astrid melakukan gaya woman on top dengan bergoyang di atas
penisnya. Dengan pertimbangan mengakhiri perkosaan itu secepatnya,
Astridpun menaiki penis Jack lalu mulai menaik-turunkan tubuhnya.
Kemudian Jack menarik tubuh Astrid sampai merapat dengan tubuhnya sambil
tetap memaksa Astrid bergoyang di atas penisnya.
Astrid sempat menggenjotkan vaginanya sendiri di penis Jack sekitar
lima menitan sebelum Jack memutuskan berganti posisi, sekarang dia
kembali menelentangkan tubuh Astrid lalu menarik pergelangan kakinya dan
membentangkan kedua pahanya, kemudian dia mengambil posisi diantara
kedua paha itu. Jack langsung menyodokkan penisnya diiringi erangan
panjang Astrid. Jack menghentak-hentakkan pinggulnya membuat tubuh
Astrid berkelojotan, mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan yang
justru membuat jack tambah bernafsu.
“Ayo lihat sini, ke arah kamera!” sahut Jon yang mengarahkan handycam itu pada mereka.
“Jangan…tolong jangan ahhh… …ahhh !” kata Astrid di tengah erangan
nikmatnya, Jack merentangkan kedua tangannya itu ke samping sehingga
wajah Astrid yang terangsang hebat bisa direkam dengan jelas. Jack
tertawa-tawa melihat ke arah kamera seolah bangga bisa menikmati tubuh
wanita secantik Astrid. Tak lama kemudian, tubuh Astrid mengejang dan
menekuk ke atas sampai tulang-tulang rusuknya terjiplak di kulitnya. Dia
merasa seperti ada suatu ledakan hebat dari dalam tubuhnya yang tidak
bisa ditahan dan menyebabkan tubuhnya menggelepar-gelepar bak ikan
keluar dari air. Tidak dapat disangkal bahwa perasaan itu nikmat luar
biasa melebihi kenikmatan yang pernah dirasakan sebelumnya. Jack masih
terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya dia pun
mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah Astrid dimana dia
menyemprotkan spermanya. Cairan putih kental pun berceceran membasahi
wajah dan rambut gadis itu.
Mereka tertawa-tawa puas setelah memperkosa Astrid, tapi itu belum
selesai. Tiba-tiba mereka memberikan sesuatu pada Astrid, sebuah penis
mainan terbuat dari karet yang bisa menempel ketat di lantai. Mereka
lalu memasang penis mainan sepanjang 20 cm itu di lantai lalu memaksa
Astrid memasukkan penis itu ke vaginanya. Tadinya Astrid menolak sambil
memohon-mohon, tapi setelah satu tamparan mendarat di pipinya, Astrid
pasrah. Dia lalu mengangkangi penis karet itu dan mendesakkan vaginanya.
“Ahhh…. AHHHKK..” Astrid meringis dan merintih kesakitan saat penis
karet itu menusuk vaginanya. Dipaksakannya untuk terus mendorong
vaginanya sampai penis karet itu amblas sleluruhnya di dalam vaginanya.
Astrid merngis kesakitan, air matanya meleleh keluar menahan rasa sakit
di vaginanya.
“Goyangin pantatnya dong Non..” kata Jack dengan nada memerintah.
Astrid perlahan-lahan mengangkat kembali pantatnya, penis karet itu
seperti lolos dari vaginanya, tapi kemudian diturunkannya kembali
pantatnya sehiangga penis itu amblas lagi, diulanginya lagi gerakan itu
berulang-ulang, semula pelan, tapi kemudian Astrid mempercepat gerakan
pantatnya yang naik turun membuat penis karet itu mengocok-ngocok
vaginanya. Astrid mengerang antara sakit dan nikmat merasakan penis
karet yang mengaduk-aduk vaginanya. Hampir sepuluh menit Astrid
memperkosa dirinya sendiri sampai akhirnya tubuhnya mengejang, badannnya
melengkung ke belakang membuat tulang iganya menjiplak di kulit
tubuhnya, diiringi satu erangan keras Astrid kembali mengalami orgasme
lalu dia terkapar di lantai dengan terengah-engah, sekujur badannya
terasa nyeri terutama di bagian selangkangannya. Dia memajamkan mata,
kali ini dia lebih menderita daripada sebelumnya, air matanya kembali
meleleh, air mata kesedihan dan penderitaan.
“Hahahahahahaha…” Jack dan Jon tertawa mengejek. “Ternyata dia seneng
banget dientot, tuh buktinya pingin lagi, sampai pakai kontol mainan
pula..”
Astrid hanya bisa menangis mendengar penghinaan demi penghinaan yang
dilontarkan oleh kedua preman itu, meskipun hatinya terasa perih tapi
dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dirinya sudah dikuasai bulat-bulat oleh
kedua preman itu.
“Bagaimana Nona? Enak kan ngentot sama kami?” Jack berjongkok sambil
meremas payudara Astrid yang sebelah kiri. “Nona sebetulnya berbakat lho
jadi pelacur, kenapa Nona nggak nyoba saja jadi pelacur? Pasti
pelanggan Nona banyak.”
Jon tertawa terbahak menengar ucapan yang sangat merendahkan itu,
sementara Astrid hanya bisa berlinang air mata. Kemudian mereka menyeret
Astrid ke kamar mandi. Di kamar mandi yang sempit itu mereka mengguyur
tubuh Astrid dengan air dingin membuat Astrid menggigil kedinginan.
Mereka juga menyabuni tubuh Astrid dengan sabun cair sambil tentunya
menggosok-gosok tubuh Astrid dan bagian yang paling sering disabuni
adalah bagian payudara, pantat dan vagina Astrid. Dan hal itu membuat
kedua preman itu menjadi terangsang lagi. Dengan kasar dipaksanya Astrid
menungging di lantai kamar mandi yang dingin lalu Jon kambali
memperkosanya dari belakang, kali ini bahkan lebih brutal dari
sebelumnya, Astrid sampai menjerit-jerit kesakitan. Tapi jeritan Astrid
itu justru menambah semangat Jon untuk memperkosa Astrid. Setiap sepuluh
menit mereka bergantian memperkosa Astrid berselang-seling, Jon sepuluh
menit, Jack sepuluh menit. Hal itu membuat keduanya bisa bertahan lama
sekali. Astrid sendiri makin lemas dan kelelahan, dia tidak tahu lagi
berapa lama kedua preman itu memperkosanya, dirinya sekarang hanya bisa
merintih kesakitan sambil sekaligus terangsang hebat. Astrid merasakan
pedih luar biasa di vaginanya, selama puluhan menit keduanya
menyetubuhinya dan berkali-kali pula Astrid mengalami orgasme sehingga
tubuhnya menggelepar-gelepar di lantai. Perkosaan itu baru berakhir
setelah kedua preman itu merasa puas, mereka lalu menyemprotkan
spermanya di dalam rahim Astrid.
Hampir satu jam lamanya kedua preman itu secara bergantian
menyetubuhi Astrid yang kini tertelungkup tidak berdaya dengan rintihan
kesakitan keluar dari bibirnya, sekujur tubuhnya terasa sakit seperti
habis dipukuli. Astrid tidak mampu lagi bergerak, dia hanya diam saja
saat kedua preman itu menyeretnya ke sebuah kamar tidur yang tertutup
rapat. Seluruh jendelanya tertutup dan berterali besi. Hanya ada sebuah
kasur busa usang yang ada di situ.
“Nah, nona cantik, sekarang Nona boleh tidur di sini, tapi ingat ya,
jangan macam-macam, kalau Nona menurut maka tidak akan terjadi apa-apa,
mengerti?” Jack berkata dengan nada mengancam. Astrid hanya mengangguk
lemah. Dia kemudian ditinggalkan di kamar itu, sendirian, kedinginan
karena Jack dan Jon hanya memperbolehkan Astrid memakai BH dan celana
dalam saja.
Tubuh Astrid gemetar karena dingin dan kelelahan. Pikirannya kacau
balau, dia tersiksa secara fisik dan mental tapi dia tidak berani
melawan, dia takut ancaman kedua preman itu yang akan menghabisi seluruh
keluarganya. Karena kekelahan dan putus asa, Astrid akhirnya tertidur.
end
No comments:
Post a Comment