rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Thursday 2 October 2014

Muslihat Kakek Dewo 6

; ; ; ; Kemarin tak sengaja Dewo melihat Imah, ibu satu anak yang suaminya merantau ke luar pulau. Saat itu Dewo baru pulang dari kerjaan mencangkul di sawah. Dadanya berdesir manakala melihat kecantikan Imah, apalagi wanita itu memakai kaos tipis yang mencetak jelas bentuk tubuhnya yang sintal meski dia berjilbab. Timbul pikiran kotor Dewo untuk bisa mencicipi tubuh Imah. Ia pun segera mengatur siasat. Setibanya di rumah, Dewo segera mencari Nyai Siti. Ia tidak memanggil perempuan cantik itu, tetapi langsung mencari ke kamarnya. Kebetulan hari ini Kyai Kholil sedang tidak ada di rumah, laki-laki itu mendapat undangan mengisi pengajian ke desa sebelah, baru nanti sore pulangnya. Dewo yang sudah hafal betul kebiasaan Nyai Siti, dengan perlahan melongokkan kepala. Jam segini, istri Kyai Kholil itu selalu tidur siang. Benar saja, dilihatnya Nyai Siti tengah terlelap menggunakan daster lengan panjang. Rambutnya digerai ke punggung, tidak ada jilbab panjang yang menutupi seperti biasanya. Setelah menutup pintu, dengan badan basah penuh keringat, Dewo kemudian melepas celana kolornya dan perlahan naik ke atas ranjang. Dihampirinya Nyai Siti yang masih tetap terlelap, sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Dewo lalu mengulurkan kontolnya yang sudah menegang ke depan mulut perempuan cantik itu dan menggesek-gesekkannya lembut disana. Sambil melakukannya, Dewo juga mulai meremas-remas payudara Nyai Siti yang bulat besar, yang masih tertutup baju daster. Dewo memijit-mijitnya dengan keras hingga membuat Nyai Siti terbangun tak lama kemudian. ”Ah, apa... eh, Mas Dewo,” gagap Nyai Siti, lalu tersenyum begitu melihat siapa yang duduk telanjang di depannya. Dan senyumnya berubah semakin lebar manakala melihat kontol panjang Dewo yang telah berdiri menantang di depan hidungnya. Nyai Siti segera menangkapnya dengan menggunakan mulut dan lekas mengulumnya begitu nafsu. Sambil mengentot mulut Nyai Siti, Dewo berbisik, ”Nyai, aku perlu bantuanmu.” tangannya masuk ke dalam daster Nyai Siti untuk memegangi payudara istri Kyai Kholil itu secara langsung. ”Demi kontolmu, aku rela melakukan apapun, Mas.” jawab Nyai Siti dengan mulut penuh kontol. Sambil mulai menelanjangi tubuh sintal Nyai Siti, Dewo pun membisikkan sesuatu, dan terlihat Nyai Siti hanya mengangguk mengiyakan. Dewo kemudian mencium mulut Nyai Siti sebagai ungkapan rasa terima kasihnya. Nyai Siti hanya bisa pasrah, dengan tetap berpelukan, mereka terus bercumbu. Tangan Dewo menggerayangi tubuh mulus Nyai Siti yang kini sudah telanjang total. Nyai Siti yang juga terbakar nafsunya, sambil memegang dan mengocok-ngocok kontol Dewo, berinisiatif menjilati leher dan dada laki-laki tua itu. Meski tubuh Dewo bau keringat, Nyai Siti tampak tidak peduli. Malah ia seperti menyukainya, ia terus memainkan puting Dewo dengan menghisap dan menjilatinya penuh nafsu. Dewo yang juga sudah telanjang, senang-senang saja tubuhnya disapu oleh lidah Nyai Siti. Tapi ia tidak ingin berlama-lama dalam bercumbu, cepat ditariknya tangan Nyai Siti ke belakang dan kemudian diikatnya dengan tali. ”Sebagai hadiah bagi Nyai, akan kuberikan kesenangan kepadamu hari ini.” kata Dewo sambil menyumpalkan celana dalamnya ke mulut Nyai Siti. Nyai Siti hanya mengangguk saja. Ia tampak pasrah, tapi tatapan matanya menyiratkan tanda tanya besar dengan apa yang akan dilakukan oleh si Dewo kali ini. Setelah menyumpal mulut Nyai Siti, Dewo kemudian mengambil guling untuk mengganjal perut Nyai Siti. Dia juga menarik kaki Nyai Siti yang menggantung kemudian diikatnya ke kanan dan ke kiri. Dengan posisi tengkurap, kini tubuh Nyai Siti tampak menungging indah. Dewo tersenyum saat melihatnya, sekarang waktunya untuk beraksi. Diolesinya lubang anus Nyai Siti dengan ludahnya sampai menjadi basah, ia juga meludahi ujung kontolnya sendiri. Setelah dirasa cukup, barulah ia mempertemukan keduanya. ”Hmph...” rintih Nyai Siti saat kontol panjang Dewo menerobos lubang anusnya. Ia tidak bisa mengaduh ataupun berteriak karena mulutnya disumpal Dewo dengan celana dalam. Sambil mulai menggenjot tubuhnya, tangan Dewo ikut beraksi. Dengan gemas ia meremas-remas payudara Nyai Siti yang menggantung indah. Juga sesekali menampar pantat Nyai Siti yang bulat besar hingga jadi memerah. Tak lupa ia mengobok-ngobok memek Nyai Siti dengan dua jari hingga membuat perempuan cantik itu orgasme tak lama kemudian. ”Hmph... umph...” Nyai Siti menjerit, tapi suaranya teredam oleh sumpalan celana dalam Dewo. Hanya kucuran air cintanya yang begitu deras yang bisa menjadi petunjuk kalau istri Kyai Kholil itu sedang mengalami nikmat yang amat sangat. Dewo yang keenakan menggenjot anus Nyai Siti hampir ikut meledak juga, tapi untung ia cepat sadar. Cepat ditariknya kemaluannya dan diarahkannya ke mulut Nyai Siti. Dilepaskannya sumpalan di mulut perempuan cantik itu, ”Emut kontolku, Nyai!” perintahnya. Dengan mulut kering akibat banyaknya air liur yang terserap oleh celana dalam Dewo, Nyai Siti melahap kontol itu dan mulai mengulumnya. ”Kamu haus, Nyai? Nih, aku berikan madu untukmu…” kata Dewo sambil memompa kontolnya hingga mentok ke tenggorokan Nyai Siti. Tidak berapa lama, ia pun orgasme di mulut Nyai Siti, spermanya yang kental berhamburan memenuhi mulut Nyai Siti. Dengan badan remuk redam tapi nikmat, Nyai Siti berusaha menelan semuanya. Ia mulai menyukai rasa pejuh Dewo. Dewo yang kelelahan, dengan senyum penuh kepuasan berbaring di tempat tidur Nyai Siti. Diperhatikannya istri Kyai Kholil yang cantik itu, yang kembali mengenakan daster dan jilbabnya. ”Mas, aku siapkan makan siang ya...” kata Nyai Siti sambil melangkah gontai keluar dari kamar. ”Jangan lupa rencana kita nanti malam, Nyai.” Dewo mengingatkan. Bagaikan raja, itulah Dewo yang kini sudah menguasai tubuh dan fikiran Nyai Siti. Nyai Siti hanya mengangguk lemah dan berlalu menuju dapur. *** Malamnya berjalan seperti perkiraan Dewo, Nyai Siti pulang dari Masjid bersama Imah dan seorang tetangga mereka yang lain. Dewo sudah memasang pelet di depan pintu, siapapun yang melewatinya akan menuruti kata-kata Dewo, tidak peduli laki-laki maupun perempuan. Dewo bekerja keras untuk yang satu ini, ia harus mengerahkan semua ilmunya untuk mewujudkannya, dan berharap semoga saja pelet itu bisa bekerja sempurna. Dengan alasan ingin memperlihatkan sesuatu, Nyai Siti mengajak Imah untuk mampir sebentar ke rumahnya. Sedangkan tetangga yang lain, karena umurnya terlalu tua -yang pasti tidak disukai oleh Dewo- dengan halus diminta pulang oleh Nyai Siti. Untung orangnya mau, dan sepertinya Imah juga tidak curiga. Dari dalam kamarnya, Dewo memuji kemampuan Nyai Siti dalam memainkan kata-kata. Beriringan bersama Imah, Nyai Siti berjalan melewati pintu depan. ”Tunggu disini ya, Im. Saya ambilkan dulu barangnya.” kata Nyai Siti, ia menyuruh Imah untuk menunggu di ruang tamu. Dari gelagatnya, Dewo bisa menebak kalau ilmu peletnya bekerja, Imah tampak bingung dan hilang kesadaran. Pandangannya kini menjadi kosong. Nyai Siti segera mendatangi Dewo yang menunggu di kamar. ”Mas, dia sudah siap.” lapornya begitu pintu sudah tertutup. Dewo tersenyum sambil memeluk tubuh sintal Nyai Siti, ”Kamu pintar, tunggu disini ya, aku mau nemui dia dulu.” setelah mencium bibir Nyai Siti, Dewo pun beranjak keluar dari kamar menuju ruang tamu. “Imah, tumben mampir?” tanya Dewo dari belakang, mengagetkan Imah yang sedang termenung, bingung kenapa gairah dan birahinya tiba-tiba melonjak seperti ini. ”I-iya, ada perlu sama Nyai Siti.” jawab perempuan beranak satu tersebut. ”Boleh aku duduk di sini?” tanya Dewo pura-pura bersikap sopan, padahal dalam hati ia tengah merapal mantra untuk dipakai memperkuat ilmu peletnya. “S-silakan,” kata Imah dengan muka memerah. ”Kamu cantik, bikin celanaku jadi sesak aja,” goda Dewo terus terang. Imah menundukkan kepala, mukanya jadi makin memerah. ”Ah, Pak Dewo bisa aja.” sahutnya dengan dada berdebar keras, tak urung matanya melirik selangkangan Dewo yang memang menonjol besar. ”Sudah berapa lama suamimu pergi merantau?” tanya Dewo. ”Tiga tahun,” jawab Ima. ”Jadi tiga tahun ini kamu kedinginan dong,” goda Dewo. ”Aku bisa menghangatkanmu lho.” tambahnya berani. Imah diam dan pandangannya menerawang. Ia berusaha menarik napas yang makin lama semakin terasa sesak. Gemuruh di dadanya juga terasa terus menggelora. Perempuan itu memainkan jemarinya, tampak berpikir antara menolak atau menerima ajakan Dewo. Kalau dalam kondisi normal, Imah tentu akan murka digoda seperti itu. Tapi sekarang, dengan kondisi dipelet seperti sekarang ini, ia malah jadi salah tingkah. Tentu saja, karena pelet Dewo memang mustahil untuk dilawan. “Bagaimana, Im. Kamu mau?” tanya Dewo sambil meniupkan nafasnya yang berisi jampi-jampi ke kuduk Imah. Diserang dengan dosis berlipat-lipat seperti itu, Imah yang pada dasarnya memang tidak kuat iman, takluk dengan mudah. Nyai Siti saja menyerah, apalagi dia yang memang haus akan sentuhan laki-laki. Dengan mata menatap sayu, perlahan Imah berdiri dan meraih tangan Dewo. ”Pak Dewo, ohh... lakukan! Cepat setubuhi aku! Puaskan aku dengan kontol besarmu itu! Kumohon...” pintanya penuh nafsu. Dewo menyeringai. ”Dengan senang hati, mbak Imah.” sahutnya sambil membimbing Imah masuk ke dalam kamar. Nyai Siti yang sudah menunggu, segera membantu Dewo menelanjangi Imah. Saat istri Kyai Kholil itu ingin ikut melepaskan pakaiannya, Dewo lekas melarang. ”Tidak sekarang, Nyai. Aku ingin total ngentotin dia, Nyai jangan ganggu. Nanti Nyai aku kasih jatah sendiri.” kata Dewo. Dengan agak marah dan kecewa, Nyai Siti keluar dari kamar tanpa berkata apa-apa lagi. Dewo segera menutup pintu dan beralih menghadapi Imah yang sudah duduk pasrah di pinggiran tempat tidur. ”Akan kupuaskan kau malam ini, budakku yang baru!” kata Dewo sambil memeluk tubuh montok Imah dari belakang dan menciumi leher serta bahunya yang terbuka. ”Hmm...” melenguh kegelian, Imah memegang tangan Dewo dan ditangkupkan ke arah buah dadanya. Dewo segera meremas-remasnya perlahan. Ukurannya sedikit lebih kecil dari milik Nyai Siti, tapi terasa begitu lembut dan padat. Maklum, usia Imah memang lebih muda dari Nyai Siti. Mereka selisih 8 tahun. Tubuh Imah juga lebih kelihatan ramping dan menggoda, hanya karena kecantikan Nyai Siti lah yang membuat Dewo tetap menganggap istri Kyai Kholil itu sebagai gundiknya yang nomor satu. ”Ahh...” Imah merintih perlahan dan membalikkan badannya. Mereka masih terus berpelukan. Remasan Dewo semakin lama semakin terasa keras dan ganas. Imah yang mengerti kalau nafsu Dewo sudah mulai bangkit, kini mendesah dan menggesek-gesekkan pipinya ke pipi Dewo. Bibirnya mengulum daun telinga Dewo dan mendesah manja disana. “Ohh... Pak Dewo, sudah sejak lama aku menginginkan yang seperti ini.” bisik Imah. “Iya, mbak Imah, aku akan memuaskanmu malam ini.” balas Dewo sambil menciumi telinga Imah. Ia segera membaringkan dan menindih tubuh ibu muda beranak satu ke atas ranjang. Sambil mulai menciumi bibir, leher dan pipinya, Dewo merapatkan tubuh ke badan montok Imah. Tangan Imah dengan cekatan membuka kancing baju Dewo saat laki-laki itu menyusuri pangkal buah dadanya dengan lidah. Kulit Imah yang putih mulus menciptakan siluet yang sangat indah saat diterpa cahaya lampu kamar yang remang-remang. Imah melanjutkan aksinya dengan melepas ikatan sarung Dewo. Dalam beberapa detik, mereka sudah sama-sama telanjang sekarang. ”Auw, Pak Dewoo...” rintih Imah saat Dewo memilin dan meremas putingnya begitu keras. Laki-laki itu juga membenamkan mulutnya ke belahan payudara Imah yang mulus terbuka, yang terasa begitu empuk dan lembut saat ia menciumi permukaannya. Imah membalas dengan meraih dan mengusap-usap kontol Dewo yang sudah menegang penuh. Benda itu tampak begitu panjang dan kokoh, mengganjal di perut Imah bagai tonggak kayu yang tidak bisa patah. Dewo menaikkan pantatnya agar Imah bisa memainkan penisnya begitu rupa. Ia juga memutar tubuhnya agar mereka bisa memainkan alat kelamin masing-masing. Entah kenapa, dengan Imah, Dewo tidak bisa berlaku kasar. Kini di hadapannya tersaji memek sempit Imah yang sudah memerah basah. Dengan penuh nafsu Dewo menjilat dan memainkan tonjolan daging kecil yang ada di bagian depannya. Imah membuka pahanya lebih lebar agar memudahkan Dewo dalam melakukan aksinya. “Ough... Pak Dewo, terus... ahh!!” pekik Imah saat Dewo menjilat dan menjepit itilnya dengan menggunakan bibir. Ia menghentakkan kepala dengan keras ke atas bantal untuk meluapkan rasa nikmatnya. Imah merengek-rengek agar Dewo meneruskan aksinya tanpa perlu buru-buru melancarkan serangan terakhir. Dewo yang sangat suka melihat bentuk memek Imah, terus menggerakkan bibirnya naik turun. Ia menyapu itil Imah berkali-kali hingga membuat lorongnya yang sempit jadi semakin basah dan lengket. Saat sudah banyak cairan yang mengalir keluar, Dewo segera menjilat dan menelannya dengan senang hati. Terengah-engah, Imah menatap Dewo yang kini berdiri mendekatinya. Diperhatikannya kontol laki-laki itu yang begitu besar dan panjang. Punya suaminya dulu tidak ada apa-apanya dibanding ini. Imah menelan ludah, terlihat gentar dan takut, namun dalam hati juga berteriak gembira karena yakin sebentar lagi akan merasakan kenikmatan seks yang sesungguhnya. ”Emut kontolku, mbak!” pinta Dewo. Sama seperti Nyai Siti, Imah awalnya juga kesulitan. Namun setelah menemukan ritme dan iramanya, iapun bisa melakukannya dengan lebih baik. Memang lebih nikmat sepongan Nyai Siti, tapi tetap saja Imah sanggup membuat Dewo melenguh keenakan. ”Ehm, terus, Mbak. Yah, begitu! Terus!” rintihnya dengan tangan terulur untuk meremas-remas bulatan payudara Imah yang menggantung indah. Beberapa saat mereka dalam posisi seperti itu. Dewo memegangi kepala Imah dengan tangan kirinya dan menekannya kuat-kuat ke pangkal pahanya, membuat kontolnya yang panjang masuk seluruhnya. Imah ingin tersedak dan muntah karenanya, namun tidak bisa karena Dewo buru-buru menarik burungnya begitu wajah Imah sudah memerah. Begitu terus berulang kali hingga Dewo kembali tertarik untuk menciumi payudara besar milik Imah. Ditindihnya lagi tubuh perempuan cantik itu. Kedua tangannya segera meremas-remas payudara bulat Imah. Kepalaku menjelajahi permukaanya yang halus mulus, yang keempukannya mengingatkan Dewo pada balon berisi air. Putingnya yang mungil kemerahan, berkali ia cucup dan gigit-gigit pelan hingga membuat Imah merintih tak tahan. Sambil meremas ujung bantal, Imah menggesek-gesekkan ujung kontol Dewo ke bibir vaginanya. “Auhh... ayo, Pak Dewo... lakukan! Entoti aku! Penuhi aku dengan kontolmu!” ia merintih pelan saat tangan kiri Dewo mulai menjalar di pangkal pahanya. Laki-laki itu memasukkan jari tengah ke belahan memek Imah yang sempit. ”Ahh... geli, Pak! Jangan!” desis Imah begitu Dewo mulai mengocoknya. Ia membalas dengan mengusap dan meremas kontol Dewo kuat-kuat. Dewo melanjutkan aksinya dengan menciumi seluruh bagian tubuh Imah yang putih seksi, terutama tonjolan payudaranya. Dewo melumatnya berkali-kali hingga menciptakan beberapa cupangan di permukaannya yang bulat besar. Terasa memek Imah sudah semakin basah dan panas. Dewo kembali menjilat dan menelan semua cairannya. Begitu juga Imah, ia kembali mengulum kontol panjang Dewo hingga mereka saling menghisap kemaluan sekarang. Kontol Dewo sudah terasa mengeras maksimal. Kepalanya yang memerah dan berdenyut-denyut tampak angker dan menakutkan. Inilah saatnya. Dengan posisi menindih tubuh molek Imah, Dewo pun mulai menusukkan batang kontolnya. Semuanya berlangsung sangat cepat, tahu-tahu kontol Dewo sudah ditelan oleh memek Imah yang sempit. Terasa begitu hangat dan lembab. Dewo merintih merasakan betapa ketatnya lorong vagina Imah. ”Oughh... Pak Dewo!” rintih Imah saat pinggul Dewo mulai bergerak naik turun mengocok liang vaginanya. Ia berusaha mengimbangi dengan memutar pinggul dan menaik-turunkan pantatnya perlahan. Kakinya menjepit paha Dewo, sambil kadang dikangkangkan lebar-lebar kalau Dewo menusuk terlalu keras. ”Terima ini, akan kubuat kau tidak bisa melupakan persetubuhan ini.” ancam Dewo sambil menciumi bahu dan dada Imah. Beberapa kali ia menggigit putingnya sampai meninggalkan bekas kemerahan yang sangat banyak. Jepitan dan sempitnya memek Imah membuat Dewo lupa diri, ia benar-benar didera oleh rasa nikmat yang luar biasa. Laki-laki itu bergerak semakin cepat dan mulai merasakan aliran yang tidak terkendali di dalam tubuh tuanya. Tapi Dewo tidak ingin mengeluarkannya sebelum Imah orgasme duluan, pantang bagi dia untuk kalah oleh perempuan. Maka Dewo pun menurunkan irama permainannya. Kini Imah yang bergerak-gerak liar, berusaha mengejar kenikmatan seksual dengan sisa-sisa tusukan kontol Dewo. Imah yang sudah begitu bergairah, sampai juga ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang. “Aah... Pak Dewo, ouhh...” Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Untuk memaksimalkan kepuasannya, maka Dewo menekan kontolnya semakin dalam ke lorong vagina perempuan cantik itu. Terasa cairan kewanitaan Imah menyembur deras menyiram batang penis Dewo, sebagian menetes keluar membasahi sprei. Sejenak mereka beristirahat tanpa Dewo mencabut penisnya. Setelah beberapa lama, begitu Imah terlihat sudah mulai tenang, maka Dewo memberikan isyarat untuk doggy style. Ia dorong tubuh montok Imah agar mengambil posisi tengkurap. Sekarang wanita beranak satu tersebut sudah berbaring membelakangi Dewo dengan memek mengintip malu-malu dari celah-celah pahanya yang putih mulus. Dewo mengusap dan menjilatinya sebentar, namun bukan itu sasarannya kali ini. Dengan ludahnya Dewo membasahi lubang anus Imah. ”Aku ingin mengambil perawanmu yang ini, boleh?” tanya Dewo dengan maksud tidak ingin ditolak. Tersenyum mengiyakan, Imah menganggukkan kepala. ”Silahkan, Pak Dewo. Lakukan apapun yang kau mau pada tubuhku!” sahutnya. Imah menaikkan pantatnya sedikit saat ujung kontol Dewo terasa mulai menyundul lubang anusnya. Dewo menekan dan bless... dengan diiringi pekikan tertahan dari Imah, kontol Dewo yang masih kaku dan keras pun masuk seluruhnya. Sambil berpegangan pada pinggul Imah yang besar, Dewo mulai menggenjot tubuhnya. Ia menusuk lubang belakang Imah berulang kali hingga ia merasa hampir mencapai puncak. Dewo segera menarik batang penisnya dan mengarahkannya ke wajah cantik yang sudah terpejam pasrah. ”Terima ini, lonte baruku!” geram Dewo dengan nafas terengah-engah. Dari ujung kontolnya, menyemprot cairan kental yang amat banyak, membasahi mulut dan hidung bangir Imah. Menerima dengan senang hati, Imah lekas meratakannya ke seluruh wajah sebelum cairan itu jadi kering. Wajahnya kini jadi tampak licin dan mengkilat oleh lendir Dewo. Setelah itu mereka sama-sama terbaring lemas. *** Dengan tubuh lelah, Dewo mengantar Imah sampai pintu depan. Cara jalan wanita itu jadi aneh akibat tusukan kontol Dewo yang bertubi-tubi di dua lubangnya. Mereka berjanji untuk bertemu lagi dalam waktu dekat. ”Mainlah ke rumahku. Mulai saat ini, tubuhku adalah milikmu.” kata Imah sebelum mereka berpisah. Dewo tersenyum dan mengiyakannya. Bertambah lagi daftar budak nafsunya selain Rohmah, Wiwik dan Nyai Siti.

No comments:

Post a Comment