Tuesday, 30 September 2014
USTADZAH DILA 4 : PERAMPOK
;
;
;
;
;
Siang itu entah kenapa, Ustazah Dila yang tertidur setelah menyusui Andra, anaknya yang baru berumur satu tahun di kamarnya sepertinya mendengar suara aneh dari ruang tamu.
Ia segera bangun merapikan jilbab putih dan pakaian dinas PNS-nya yang berwarna coklat muda belum sempat diganti ketika pulang mengajar kemudian mengintip apa yang terjadi. Dengan membuka tirai kamarnya sedikit ia dapat melihat ke ruang tamu yang berada di depan kamarnya.
Rupanya di ruang tamu ada seseorang bertopeng yang sedang berusaha masuk ke rumahnya melalui jendela depan. Pasti orang itu ingin merampok, pikir Ustazah Dila melintas dalam otaknya. Ia segera menyambar tas kerjanya dan mencari handphonenya, tapi ia terkejut ketika mengetahui handphonenya mati karena waktu pulang dari SD tempatnya mengajar ia berencana meng-charge-nya di rumah. nya lagi ia lupa mengunci kamarnya, ketika ia mendekat ke pintu kamar untuk menguncinya, daun pintu sudah dibuka dari luar.
Sekarang di depan pintunya telah berdiri seseorang bertopeng yang menggenggam pisau dan bersiap mengancamnya. “Jangan bergerak atau kau dan anakmu ku bunuh!!”gertak si perampok.
“Jangan sakiti anakku, ambil saja apa yang benda yang kamu mau, tapi jangan sakiti anakku”, seru Ustazah Dila gugup dengan wajah ketakutan. Ia segera mengendong Andra yang masih tertidur ke dalam dekapannya.
‘Kalau mau selamat turuti kata-kataku’ kata si perampok.
‘Taruh saja anakmu di kasur, kau ikut aku’ lanjut si perampok.
Dengan ketakutan Ustazah Dila menuruti perintah si perampok, ia kembali menaruh anaknya kembali di tempat tidur, sepertinya anak tersebut tidak terganggu dengan suasana rumahnya yang mencekam.
Jantung Ustazah Dila terasa berdebar-debar menghadapi situasi yang menegangkan itu. Tiba-tiba si perampok menariknya keluar kamar tidur lalu membawanya menuju ruang tamu kemudian melemparkan tubuh Ustazah Dila ke sofa. Ustazah Dila yang tidak dapat berjalan cepat karena rok panjang yang dikenakannya semata kaki akhirnya terjerembab ke sofa.
Perampok itu menarik jilbabnya sehingga wajah Ustazah Dila mendekat ke mukanya. ‘Jangan macam-macam kalau mau selamat’ gertak si perampok.
Tak terasa karena menahan ketakutan yang sangat air mata Ustazah Dila yang sejak tadi berkaca-kaca mulai membasahi pipinya, wajahnya yang cantik di usia 26 tahun itu menunjukkan ketakutan yang amat sangat.
Perampok itu kemudian menyumpal mulut Ustazah Dila dengan taplak dan mengikat tangan dan kakinya dengan tali yang dibawanya. Dalam keadaan terikat tubuh Ustazah Dila di masukkan ke dalam kamar tamu lalu dikunci. Dari dalam kamar tamu itu Ustazah Dila dapat mendengar perampok itu seperti mencari sesuatu di rumahnya.
Terlihat beberapa kali bayangan perampok itu mondar-mandir di depan pintu kamar tamu.Pikiran Ustazah Dila berkecamuk memikirkan apa yang akan Ustazah Dilakukan perampok dengan dirinya dan anaknya.
Ia sudah memasrahkan bila harta bendanya di ambil perampok itu. Tak lama kemudian pintu kamar tamu terbuka, si perampok masuk dengan membawa segelas air.
‘Minum sampai habis’ perintah perampok itu sambil membuka sumpalan mulut Ustazah Dila.
“Apa ini?”, tanya Ustazah Dila,
“Minum!!!…Abisin!!!”, hardik si perampok.
Karena takut Ustazah Dila akhirnya terpaksa meminum air di dalam gelas itu sampai habis. Ia memang merasa haus ketika dikurung di dalam kamar tamu. Entah air apa itu, rasanya seperti mencekik tenggorokannya, dan membuat kepala pusing.
Ustazah Dila pun tak sadarkan diri.
Ustazah Dila terbangun dan mendapati dirinya berada di atas kasur dan kaki tangannya sudah bebas dari ikatan. Ia pun segera berlari ke kamarnya, di dalam kamar ia melihat anaknya masih tidur dengan nyenyaknya. Pikirannya bingung dengan keadaan ini, ia segera membuka lemari tempat ia menyimpan perhiasan, ia terkejut melihat perhiasannya masih ada di tempatnya dan dalam keadaan utuh.
Apakah tadi ia benar-benar di rampok atau ia hanya tertidur di kamar tamu, otaknya menjadi pusing memikirkan banyak hal sekaligus. Setelah berusaha menenangkan dirinya Ustazah Dila pun berniat keluar rumah sambil membawa anaknya. Tapi langkahnya urung ketika dari sudut matanya ia melihat sesosok bayangan di belakangnya.
Ternyata bayangan itu adalah si perampok. Perampok itu menarik jilbab Ustazah Dila sehingga kepalanya tertarik kebelakang. Belum sempat Ustazah Dila menyeimbangkan posisi berdirinya yang agak susah karena roknya yang panjang semata kaki, tiba-tiba ia merasakan mulutnya dibekap dengan sangat kencang sehingga ia kesulitan bernapas.
“Diam, atau kamu mati!” Ustazah Dila tidak dapat berbuat apa-apa selain mematuhi perintah itu. Perampok itu kembali membawa Ustazah Dila ke kamar tamu lalu mendudukkannya di kursi.
Perampok itu mendekat dan mulai melepaskan kancing baju dinas PNS berwarna coklat muda itu sehingga bagian depan tubuh Ustazah Dila terbuka dan memperlihatkan buah dada berukuran32B.
Sejenak perampok itu memandangi buah dada Ustazah Dila yang tertutup oleh BH putih berenda. Perampok itu meraba-raba buah dada Ustazah Dila yang masih tertutup BH itu, tangan kasarnya segera dapat menemukan kedua puting susu dan menariknya dengan sangat kuat.
Ustazah Dila menjerit kecil ketika merasakan sakit pada puting susunya. Kepalanya yang ditutupi jilbab bergerak menggeleng tak karuan melampiaskan kesakitannya.
Tapi apa lacur? Perlahan-lahan Ustazah Dila merasakan sakit pada puting susunya berkurang dan ia merasakan perasaan aneh dari dalam dirinya.
Didalam pikirannya Ustazah Dila merasa melayang-layang dan merasakan suatu hal yang sangat indah.
Hatinya juga merasakan sesuatu hal yang indah dan merasa berbunga-bunga. Tanpa Ustazah Dila sadari ia tersenyum kepada si perampok. Perampok itu membalas senyuman Ustazah Dila, karena ia tahu bahwa obat perangsang berisikan mantra pelet yang sangat kuat yang ia minumkan kepada Dila telah bereaksi.
Perampok itu kemudian mendekat dan membelai-belai jilbab Ustazah Dila. Karena pengaruh obat perangsang berisikan pelet tersebut Ustazah Dila lupa bahwa ia merupakan korban perampokan, dan sebentar lagi akan menjadi korban pemerkosaan, akal dan pikirannya telah mati dan remasan serta jepitan perampok pada puting susunya telah membangkitkan nafsunya ya..birahinya telah keluar dengan sangat menggebu-gebu, lupa bahwa ia seorang guru pada sebuah sekolah dasar negeri, bahwa ia seorang perempuan yang berjilbab.
Ustazah Dila sudah tak kuasa lagi menahan birahinya yang meledak-ledak ingin dipuaskan. Dengan napas memburu penuh nafsu Ustazah Dila mendekatkan wajahnya ke arah si perampok ketika jilbabnya ditarik ke atas.
Ketika si perampok menarik jilbabnya lebih mendekat bibirnya segera mencium bibir Ustazah Dila yang merekah menahan birahi, Ustazah Dila membalas ciuman si perampok, dia tidak bisa menahan gelombang birahi yang menerpanya, terlebih saat itu tangan perampok sedang menggerayangi segenap penjuru tubuhnya. Kedua telapak tangan perampok itu berhenti di pantat Ustazah Dila dan masing-masing mencaplok satu sisi.
Diremasnya kedua bongkah bokong itu dari luar rok panjang semata kaki berwarna coklat muda itu. Bentuknya padat berisi dan bulat indah karena memang berasal dari kalangan berada, Ustazah Dila merawat benar tubuhnya dengan senam dan diet. Ciuman perampok makin merambat turun ke leher jenjangnya setelah melampirkan jilbab putih Ustazah Dila ke belakang lalu dia membungkukkan badan agar bisa menciumi payudara Ustazah Dila yang BHnya telah dilepaskan.
Ustazah Dila sudah tidak bisa menahan diri lagi, birahi telah membuyarkan akal sehatnya. Dijilatinya dengan liar hingga permukaan payudara itu basah oleh ludahnya, terkadang dia juga menggigiti putingnya memberikan sensasi tersendiri bagi Ustazah Dila. Tangan satunya turun meraba-raba rok panjang semata kaki korbannya dan berusaha menurunkan resletingnya. Ustazah Dila seperti mengerti kemauan si perampok, ia kemudian berdiri dan membuka resleting yang berada dibelakang roknya diikuti rok dalemannya dan tak lama kemudian terpangpanglah paha dan kaki mulusnya, kemaluannya masih ditutupi oleh CD putih berenda.
Kemudian si perampok membuka resulting celananya dan menyembullah penis yang sudah mengeras itu di depan wajah Ustazah Dila. Matanya melotot melihat penisnya yang hitam berurat dengan ujungnya disunat menyerupai jamur serta jauh lebih besar daripada milik suaminya.
“Gede kan Sayang, pasti punya suamimu ga segede gini kan !” katanya dengan bangga memamerkan senjatanya itu.
“Nah, ayo sekarang servisnya mana !”.
Ustazah Dila tersenyum memandangi penis si perampok lalu dengan tangan dia mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan.
Si perampok menarik jilbab Ustazah Dila agar wajahnya mendekat ke penis perampok.
“Servis mulutnya mana Sayang, masa cuma tangan doang sih !” suruhnya tak sabar.
Kembali Ustazah Dila tersenyum, pelan-pelan memajukan wajahnya sambil memandang penis perampok, dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya pada kepala penis itu dengan ragu-ragu, karena Ustazah Dila belum tahu caranya melakukan oral sex seperti keinginan si perampok, sehingga perampok pun menjadi gusar.
“Heh, apa-apaan sih, disuruh pake mulut malah cuma pake lidah disentil-sentil gitu !” bentaknya “gini nih yang namanya pake mulut !”, seraya menjambak jilbab Ustazah Dila dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya.
“Mmmhhppphh…!!” hanya itu yang keluar dari mulut Ustazah Dila yang telah dijejali penis. Mulutnya yang mungil itu membuatnya tidak bisa menampung seluruh batang itu.
Nampak ia sangat menikmati sex gaya barunya.
“Ayo, yang bener nyepongnya, nah kaya’ gitu, kamu cepat belajar Say,
pantes murid-murid kamu cepat pintarnya diajarin kamu”. Perampok mendesah merasakan belaian lidah Ustazah Dila pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya.
“Uuhhh…gitu dong Say, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Ustazah Dila yang masih dibalut jilbabnya dan memaju-mundurkan pinggulnya. Ustazah Dila merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir perampok yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai perampok menekan kepalanya sambil melenguh panjang.
“Ooohh…keluar nih Say, isep…isep…jangan dimuntahin, sekalian bersihin peju di penisku!” perintahnya dengan nafas memburu. Cairan putih kental itu menyembur deras di dalam mulutnya dan mau tidak mau, Ustazah Dila harus menelannya, rasanya yang asin dan kental itu membuatnya hampir muntah sehingga tersedak. Beberapa saat kemudian barulah semprotannya melemah dan berhenti. Ustazah Dila langsung terbatuk-batuk begitu perampok mencabut penis itu dari mulutnya. Nafasnya terengah-engah
mencari udara segar, Ustazah Dila baru saja lulus dalam ujian blow job pertamanya. Si perampok terus saja menahan memegangi jilbab Ustazah Dila agar wajahnya tetap di depan penisnya
“Sudah…cukup Sayang…” Ustazah Dila menggoda si perampok.
“Cukup apanya Say, baru juga pemanasannya, pokoknya dijamin puas deh!” ujar perampok sambil berjongkok di depannya, tangannya meraih ujung seragam coklat muda PNS Ustazah Dila seraya hendak menyingkapnya.
“Jangan cepat-cepat Say…” ucapnya mengiba sambil mengerdipkan matanya ke arah perampok yang akan menaikkan baju dinasnya.
Tangan si perampok menyingkapkan baju dinas yang Ustazah Dila kenakan, kemudian melepaskan baju itu dari pemiliknya.
Tinggallah Ustazah Dila hanya mengenakan jilbab putihnya seluruh pakaiannya telah dilucuti, keringat masih membasahi kulit putihnya yang tak terlindungi lagi.Kini mulut perampok dengan rakus menjilat dan menyedot puting Ustazah Dila yang merah dadu itu, setelah beberapa saat tangannya yang menggerayangi payudara yang lain mulai turun ke bawah mengelus paha mulusnya lalu menjejahi kemulusan paha dalam Ustazah Dila sebelum akhirnya menjamah selangkangannya yang tertutupi rambut yang tercukur rapi.
Ustazah Dila terlihat senang menerima perlakuan itu, dia mendesah saat tangan itu mulai meraba-raba kemaluannya dari luar. Rasa geli membuatnya mengatupkan kedua belah pahanya sehingga tangan perampok terjepit diantara kemulusan kulitnya.
Hal ini membuatnya semakin bernafsu, dia mulai menyusupkan jari-jarinya melalui pinggiran vagina dan menyentuh bibir vaginanya yang telah becek.
“Hehehe…asik-asik aja yach dientot” ejeknya sambil nyengir lebar ketika merasakan daerah kewanitaan Ustazah Dila yang basah itu. Ustazah Dila hanya mengangguk-anggukkan kepala yang masih ditutupi jilbab putih.
“Buka kakinya Say !” perintahnya pada Ustazah Dila sambil mengelus-elus jilbabnya karena keasikan di oral Ustazah Dila merapatkan pahanya. “Ayo buka … !” katanya lagi dengan lebih keras.
Dengan perlahan-lahan, Ustazah Dila mulai membuka pahanya dan memperlihatkan kemaluannya yang berbulu cukup lebat tapi tertata rapi kepada perampok yang berjongkok di depannya. Dia menggigit bibir dan memejamkan mata, tak pernah terbayang olehnya akan melakukan hal ini di depan lelaki seperti itu.
“Wah…ternyata kamu nggak cakep mukanya aja, memeknya juga !” katanya sambil menatapi daerah pribadi itu dan mengelusnya.
Tak lama kemudian perampok pun melumat vaginanya dengan ganas, diserangnya setiap sudut vagina itu mulai dari bibir hingga klitorisnya disertai gigitan-gigitan kecil,
tangan kanannya meraih payudaranya dan meremasinya, sedangkan yang kiri
menelusuri kemulusan pahanya.
“Uh…ah…uhh…ah, ahhh… !” desah PNS berjilbab putih itu dengan tubuh menggeliat-geliat menahan rasa geli yang bercampur nikmat luar biasa itu, suatu perasaan yang tidak bisa ditahan-tahannya lagi.
Tubuh Ustazah Dila telah basah oleh keringat, wajahnya yang memerah tampak makin menarik dan serasi dengan jilbab putih yang dikenakannya dan nafasnya makin memburu. Mendadak dia merasakan bulu kuduknya merinding semua, secara reflek dia merapatkan kedua pahanya mengapit kepala perampok karena sebuah sensasi dahsyat, ternyata perampok membenamkan lidahnya pada bagian yang lebih dalam dari vaginanya, dia merasakan dinding vaginanya menjepit lidah si perampok.
Selain itu dia juga merasakan putingnya makin mengeras karena terus dipilin dan dipencet-pencet oleh perampok. Air susunya pun tak henti-hentinya diisapi si perampok. Puas bermain-main dengan vagina itu, si perampok mengangkat tubuh Ustazah Dila bangkit berdiri, kini posisi mereka berhadap-hadapan.
Sesaat kemudian,sang perampok mulai membenamkan penisnya kedalam memek perempuan berjilbab itu seraya menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat.
Ustazah Dila benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali penis perampok menghujam ke dalam vaginanya, gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Ustazah Dila sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan rintihan. Perampok lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat Ustazah Dila sambil terus menggenjot perempuan berjilbab itu.
Menit demi menit berlalu, perampok masih bersemangat menggenjot Ustazah Dila. Sementara Ustazah Dila sendiri kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah si perampok.
Kemudian tanpa melepas penisnya, dia mengangkat paha Ustazah Dila yang satunya dan digendongnya menuju kursi meja rias dimana dia mendaratkan pantatnya.
Anehnya, tanpa disuruh, Ustazah Dila memacu dan menggoyangkan pinggulnya pada pangkuan perampok karena kini bukan lagi pikiran dan perasaannya yang bekerja melainkan naluri seksnya.
Ketika memandang ke depan, dilihatnya wajah perampok yang masih tertutup topeng itu sedang menatapnya dengan takjub.
Dengan posisi demikian, si perampok dapat mengenyot payudara Ustazah Dila sambil menikmati goyangan pinggulnya. Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian.
Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar menyebabkan Ustazah Dila merintih kesakitan.
Namun dia merasakan sesuatu yang lain dari persenggamaan ini, lain dari yang dia dapat dengan suami tercintanya, gaya bercinta perampok yang barbar justru menciptakan sensasi yang khas baginya yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Di ambang klimaks, tanpa sadar perempuan berjilbab putih itu memeluk sang perampok dan dibalas dengan pagutan di mulutnya.
Mereka berpagutan sampai Ustazah Dila mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkram erat-erat lengan kokoh perampok. Sungguh dahsyat orgasme pertama yang didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia dapat dari suaminya melainkan dari seorang perampok mesum yang memanfaatkan situasi tidak menguntungkan ini. Setelah dua menitan tubuhnya kembali melemas dan bersandar dalam pelukan perampok.
Rupanya penis perampok yang masih menancap di vaginanya belumlah terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Ustazah Dila yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dengan tangan bertumpu pada kepala kursi. “Oohh…udah dong Say, aku sudah gak kuat, tolong !” Ustazah Dila memelas dengan lirih. Mendengar itu, perampok cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Ustazah Dila dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya.
“Uugghh…oohh !” desah guru wanita berjilbab itu sambil mencengkram sandaran kursi dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya.
Tangannya memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Ustazah Dila menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam.
“Uughh…emmhhh…ngghhh…oohhh!”, suara desahan Ustazah Dila membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Ustazah Dila dari belakang dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.
Nampak suatu pemandangan yang amat menggugah birahi dimana tubuh telanjang perampok perampok bertopeng itu sedang menggenjot tubuh telanjang perempuan yang masih mengenakan jilbab putih itu dari belakang.
Sang korban berjilbab putih itu nampak sedang berdiri membungkuk sambil kedua tangannya mencengkeram sandaran kursi. Kepalanya yang terbungkus jilbab putihnya nampak mengangguk-angguk kanan kiri atas bawah seraya mendengus dan berdesah kencang. Sedangkan sang perampok bertopeng itu nampak asyik memeluk dan menggenjot pantatnya dari belakang seraya meremas kedua payudara yang menggantung kebawah.
Limabelas menit lamanya perampok menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Ustazah Dila tidak ada yang lepas dari jamahannya.
Sekalipun merasa pedih dan ngilu disetubuhi secara barbar oleh perampok itu, namun tak urung Ustazah Dila tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan yang tidak dia dapatkan dari suaminya.
Akhirnya, perampok menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya, penisnya dia tekan lebih dalam ke dalam vagina Ustazah Dila, serangannya juga makin gencar sehingga Ustazah Dila dibuatnya berkelejotan dan merintih.
Kemudian dia melepaskan penisnya dan cret…cret…cret, spermanya muncrat membasahi pantat putih mulus milik PNS berjilbab putih tersebut.
Belum cukup sampai situ, disuruhnya Ustazah Dila menjilati penisnya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya.
Ustazah Dila bersimpuh di lantai dengan menyandarkan kepala dan lengannya pada kursi itu, wajahnya yang berjilbab putih tampak lesu berkeringat dan badannya merasa keletihan yang sangat, dalam hatinya berkecamuk kepuasan yang sensasional ini. Tak lama kemudian karena amat kelelahan Ustazah Dila tertidur.
***
Keadaan telah malam, ketika Ustazah Dila tersadar dari tidurnya, ia menajamkan matanya untuk memperhatikan keadaan sekitarnya, dilihatnya Andra masih tertidur di atas dadanya yang terbuka anak itu tertidur dengan masih mengenyot puting susu ibunya.
Setelah memindahkan anaknya agar tidur dengan lebih nyaman, Ustazah Dila merasakan seluruh tubuhnya terasa nyeri dan lemas sekali, seperti habis bekerja berat. Ia menuju ke arah lemari pakaian untuk mengganti pakaiannya yang dari tadi pagi belum dia ganti dan agak kusut kelihatannya, ia terkejut ketika membuka baju dinasnya, disekujur badan atasnya terlihat bekas-bekas gigitan dan isapan-isapan yang tersebar di sekitar dada dan perutnya.
Dengan perasaan was-was Ustazah Dila segera membuka seluruh pakaiannya dan terkejutlah ia melihat banyaknya bekas-bekas gigitan dan isapan-isapan yang tersebar di seluruh tubuhnya. Ia melihat ke kaca rias sambil meraba bekas-bekas bekas-bekas gigitan dan isapan-isapan di sekitar payudaranya, tiba-tiba ia tersenyum dengan penuh arti.
Buru-buru ia menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya sambil memeriksa bekas-bekas gigitan dan isapan-isapan yang tersebar di tubuhnya.
Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuhnya Ustazah Dila dengan masih mengenakan handuk yang membelit dari dada hingga pahanya, Ustazah Dila kembali rebahan di samping anaknya yang masih tertidur pulas.
Dini hari keesokannya daerah tempat tinggal Ustazah Dila geger, suaminya yang baru pulang dari dinas luar kotanya menemukan lemari tempat menyimpan uang telah ludes isinya begitu juga dengan kotak perhiasan dan benda berharga lainnya.
Istrinya Ustazah Dila tidak ingat ada perampok yang masuk ke dalam rumahnya dan memang polisi tidak menemukan kerusakan pada pintu dan jendela rumah tersebut. Akhirnya Ustazah Dila dibawa ke kantor polisi terdekat untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tapi Ustazah Dila sama sekali tidak sadar bahwa ia telah mengalami perampokan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment