rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Sunday, 8 February 2015

Buah dari Keangkuhan



Sebagai seorang ibu muda, kehidupan Lisa amatlah sangat
monoton, tidak ada yang menonjol. Hari-harinya dilalui
untuk merawat dan mengasuh kedua anaknya yang lucu-lucu.
Sedangkan suaminya adalah seorang eksekutif di sebuah
perusahaan yang bonafit di Jakarta. Lisa adalah seorang
ibu rumah tangga yang berumur 28 tahun, ia amat
memperhatikan perawatan dan kecantikan tubuhnya, sesuai
anjuran dari ibunya sejak ia remaja.
Selain memiliki wajah yang cantik dan ditunjang dengan
bentuk tubuh yang ramping dan kulit yang putih, Lisa
amat memperhatikan penampilannya. Ia tidak ingin
suaminya Rudi akan berpaling kepada wanita lain, hanya
dengan alasan klasik yaitu kecantikan dan penampilannya
sebagai istri.
Di rumahnya yang terbilang megah, Lisa menghabiskan
waktu ikut senam dan kebugaran. Namun akhir-akhir ini,
Rudi amat sibuk dengan pekerjaan kantornya, sehingga
membutuhkan perhatian dan kerja extra, hampir tidak ada
waktu luang bagi Rudi untuk bermesraan dan berlibur
dengan anak-anaknya. Dengan menanjaknya karir Rudi
karena dia diangkatnya sebagai manager baru di daerah
baru di kawasan timur Indonesia, dengan sendirinya Rudi
mengajak pindah keluarganya ke daerah itu.
Di daerah baru itu Rudi menempati sebuah rumah dinas
yang amat megah dan luas. Di rumah dinasnya itu telah
tersedia segala perabotan dan kendaraan yang dibutuhkan
oleh Rudi sekeluarga, juga telah ada seorang pembantu
dan tukang kebun yang merangkap satpam di rumah itu.
Seperti bisanya, Rudi terus larut dengan kesibukannya
dengan kunjungan ke daerah yang merupakan daerah
kepulauan itu, dan perjalanannya memakan waktu 1 sampai
2 minggu. Tidak heran jika Lisa sering tinggal di rumah
dan sangat khawatir akan keselamatan Rudi.
Kehidupan rumah tangga mereka yang telah berjalan kurang
lebih 8 tahun telah mereka lalui dengan penuh kemesraan
dan keserasian, sehingga membuat iri teman-teman Rudi.
Rudi tidak melupakan kehidupan sex dan rutin menjaga
kemesraanya dengan Lisa.
Tetapi sayangnya, karena pengaruh kehidupan kota yang
egois sering membuat kedua pembantunya tersinggung.
Bagaimanapun Lisa adalah seorang wanita yang dibesarkan
di dalam lingkungan keluarga berada dan segala
keinginannya selalu didapatkan, begitu juga dengan Rudi
yang memiliki latar belakang yang sama. Rudi sering
menghardik Pak Martin tukang kebunnya. Pak Martin adalah
tukang kebun di rumah itu telah lama bekerja, tidak
pernah ia diremehkan oleh majikannya terdahulu, tidak
seperti Rudi dan Lisa yang sering memandang rendah
kepadanya.
Kalau dilihat, usia Pak Martin seusia orangtua Rudi yang
telah berumur 68 tahun dan Pak Martin adalah juga
penduduk asli di daerah itu. Masa mudanya Pak Martin
amat ditakuti oleh masyarakat sekitarnya, dulunya ia
adalah seorang penjahat dan gembong rampok yang memiliki
ilmu yang tinggi dan sudah beberapa kali keluar masuk
penjara di daerah itu, tidak heran hampir seluruh
badannya dipenuhi tato.
Suatu hari Rudi dan Lisa pergi ke sebuah pusat
perbelanjaan dan pulangnya ia mendapati Pak Martin
sedang tidur, sehingga pintu pagar rumah itu tidak ada
yang membuka. Setelah digedor beberapa kali, akhirnya
Pak Martin bangun.
Dengan kasar dan marah-marah, Lisa memaki-maki Pak
Martin, “Dasar tua bangka, malas, apa saja kerja kamu
hah..?” sengit Lisa yang disaksikan Rudi dari atas
mobilnya.
“Maaf Nya, saya tertidur, sekali lagi maafkan saya Nya.”
kata martin memohon.
“Cih..” Lisa meludahi wajah martin lalu berlalu.
“Kamu tak perlu diberi maaf, kamu kerja saya gaji, masa
masih malas..?” sahut Lisa berlalu dari hadapan martin.
Pak Martin hanya menunduk dan merasakan amat pedih di
dadanya dihina dan direndahkan oleh kedua suami istri
itu. Lalu timbullah pikiran jahat di dalam hatinya,
padahal ia telah lama berusaha untuk selalu berbuat
benar dan lurus. Bagaimanapun naluri jahat dalam dirinya
kembali muncul, ia akan membalas perlakuan Rudi dan Lisa
itu yang telah kelewatan. Ia tahu, Rudi sering ke luar
kota untuk saat yang lama, sedang Lisa tinggal di rumah
itu dengan kedua anaknya. Ia ingin Lisa bertekuk lutut
minta belas kasihan kepadanya. Bagaimanapun usianya saat
ini, ia masih mampu untuk menaklukkan wanita, ditunjang
dengan ilmu mistis yang dimilikinya.
Ia tahu, Lisa pun pada saat-saat tertentu pasti
membutuhkan kemesraan dari Rudi. Pak Martin amat
berpengalaman dalam soal sex, ia tahu Lisa termasuk
dalam katagori wanita yang tidak dapat menahan nafsu,
apalagi jika sering ditinggal suaminya beberapa hari.
Pada hari itu Rudi berangkat ke daerah untuk meninjau
proyek yang ia tangani di sebuah pulau yang memakan
waktu beberapa hari. Saat itulah yang dinanti-nanti Pak
Martin. Di kamarnya ia telah menyiapkan beberapa sesajen
untuk mengadakan ritual memantapkan ajian pemikat yang
ia miliki. Saat itu Lisa di kamarnya yang luas yang
dilengkapi AC yang bersuhu dingin itu amat kedinginan,
gairah nafsunya menghentak-hentak, padahal sebelum
berangkat Rudi telah menyirami batin Lisa dengan
beberapa ronde, namun aneh saat itu ia ingin kembali
mengulanginya.
Kemudian Lisa berjalan ke luar kamarnya, terlihat tubuh
mulusnya terbungkus baju tidur sutra yang halus,
sehingga lekuk tubuhnya yang indah itu terbentuk. Ia
melihat ke sekeliling ruang rumahnya, semua sudah tidur
dan hanya ia yang masih bangun. Ingin rasanya ia
bermasturbasi, namun ia sadar tidak akan memuaskannya,
Lisa berpikir keras untuk meredam nafsunya itu.
Semakin malam hari semakin dingin, dan begitu juga
nafsunya ingin disalurkan, namun kepada siapa? Sedang
Rudi saat ini masih berada di luar kota. Di kamarnya Pak
Martin terus mengadakan ritual mistis, ia ingin agar
Lisa benar-benar datang minta belas kasian kepadanya.
Pak Martin sudah tidak dapat lagi menahan nafsu
dendamnya kepada Rudi dan Lisa, meskipun selama ini ia
sering melihat Lisa yang cantik dan menggairahkan itu
dalam kamar dan rumahnya, namun PAk Martin selalu dapat
mengatasinya. Secara lahiriah ia akui Lisa amat menggoda
gairahnya, namun pikiran itu ia buang jauh-jauh, ia
tidak ingin membuat masalah. Sebenarnya dari dulu ia
dapat saja memelet Lisa dan ia gauli sesukanya, namun
karena tindakan Rudi dan Lisa amat kelewatan, maka ia
tidak dapat menahan lagi untuk melakukan itu sekarang.
Kemudian Lisa menuruni anak tangga rumahnya dan berjalan
ke ruang tamunya. Di luar hari mulai hujan dan diiringi
petir. Lalu ia berjalan ke kamar pembantunya (Mbok
Ijah), namun Mbok Ijah telah tidur. Kamar Pak Martin
terletak di samping garasi rumah itu. Lalu Lisa berjalan
ke arah kamar Pak Martin.
Tiba-tiba pintu kamar Pak Martin terbuka, saat itu Lisa
sempat mencium aroma menyan yang dibakar Pak Martin saat
itu. Dalam kamarnya Pak Martin memanggil Lisa dengan
suara serak, Pak Martin saat itu telah tahu bahwa Lisa
akan mendatanginya. Lisa melihat ke dalam kamar itu, ia
melihat di kamar itu hanya diterangi lampu 5 watt,
sehingga samar-samar ia melihat Pak Martin duduk bersila
di lantai kamar.
“Lisa.., masuk..! Duduklah Lisa..!” kata Pak Martin
serak.
Lalu Lisa berjongkok dan duduk di atas karpet merah yang
telah disediakan Pak Martin. Sambil komat kamit, Pak
Martin memerintahkan Lisa untuk memandang matanya.
“Nah, pandanglah mata saya Lisa..!” kata martin lagi.
Inilah kesalahan fatal bagi Lisa, ia menatap mata Pak
Martin.
Lalu Pak Martin yang saat itu hanya mengenakan sarung,
berdiri dan berjalan ke arah pintu untuk menguncinya
dari dalam. Lisa yang telah terpaku oleh pengaruh Pak
Martin hanya duduk diam, nafasnya nampak naik turun
karena gairah nafsunya amat menghentak-hentak kepalanya.
Dari baju tidur sutra tipis itu tampak kulit tubuh Lisa
yang amat menggoda selain akibat dari warna lampu 5 watt
yang juga mempengaruhi kecantikan Lisa.
Pak Martin lalu berjalan ke arah belakang badan Lisa.
Tangannya langsung meraih jemari Lisa. Sambil memeluk
dari belakang, ia menciumi tengkuk yang berbulu halus
itu dengan syahdu. Mata Lisa hanya merem melek menikmati
sentuhan Pak Martin yang nota bene adalah pembantunya
itu. Selama ia berada di daerah itu, ia belum sekali pun
menginjakkan kakinya ke kamar Pak Martin, namun karena
pengaruh pelet dari Pak Martin membuat ia mendatangi
kamar itu.
Masih dari belakang tubuh Lisa, Pak Martin lalu meraih
kedua payudara Lisa yang terbungkus baju tidur itu.
Tangan Pak Martin meremas dan memilin bukit ranum itu.
Lalu mulutnya ia gesekkan ke depan dan dikulumnya bibir
Lisa yang merah jambu itu. Di bibir itu Pak Martin
mencari-cari lidah Lisa, dengan napasnya ia menghirup
lidah Lisa hingga Lisa merasa sesak napas. Tangan Pak
Martin tidak mau kalah, dari dada Lisa tangan itu terus
turun ke paha dan terus bergeser ke arah pangkal paha
Lisa. Baju tidur itu ia singkapkan sehingga paha mulus
itu jelas, dan Lisa masih memakai celana dalam putih
tipis. Jari PAk Martin lalu bermain di dalam rongga
kemaluan Lisa dan mengorek isi vaginanya.
Masih di atas karpet merah itu, terlihat sangat kontras
sekali tubuh putih mulus Lisa yang mengenakan baju sutra
tipis itu duduk bersila. Lalu martin membuka kedua tali
yang menahan baju itu dari bahu Lisa, sehingga baju itu
terlepas ke bawah dan terpampang bahu putih serta
payudara yang masih tertutuo BH 34C milik Lisa. Baju itu
ia turunkan terus dan lalu tali BH itu ia buka
pengaitnya dari belakang, sehingga kedua bukit salju
Lisa terlihat jelas.
Dengan mulutnya, kedua puting berwarna merah jambu pada
bukit indah itu dijilat inci demi inci oleh Pak Martin
dengan rakus. Sesekali ia gigit dengan lembut, sehingga
menambah kenikmatan dan sensasi tersendiri bagi Lisa.
Dari mulut Lisa hanya terdengar dengusan kenikmatan
ingin permainan itu diteruskan cepat-cepat oleh Pak
Martin. Pak Martin yang telah berpengalaman itu pun tahu
titik kelemahan Lisa, ia terus memancing setiap inci
dari tubuh Lisa dengan lidahnya.
Lalu Pak Martin membuka celana dalam Lisa, dan terlihat
liang kenikmatan Lisa yang masih rapat itu. Meskipun
Lisa telah melahirkan, namun liang vaginanya masih
rapat, itu karena saat melahirkan ia melakukan bedah
caesar, sehingga tidak mempengaruhi bentuk vaginanya. Ia
juga rajin olah kebugaran hingga perutnya tetap rata.
Lalu Pak Martin menggeser mulutnya ke bawah pusar Lisa
dan berhenti di lubang yang ditutup oleh bulu halus
terawat itu. Lubang vagina Lisa diobok-obok dengan
lidahnya sehingga mengeluarkan bau yang khas yang
memancing gairah Pak Martin.
Kemudian Pak Martin mengambil posisi membelakangi Lisa
dan ia mengarahkan penisnya yang panjang seperti pisang
Flores itu ke mulut Lisa. Di bibir Lisa penis itu masuk,
Lisa menerima kepala penis itu dan mengulumnya hingga
tuntas dan terus dikocok hingga kepala penis yang telah
lama tidak dipakai itu menghitam dan memuntahkan
larvanya karena dikocok oleh mulut Lisa selama 15 menit.
Sempat Lisa menelan sperma Pak Martin dan ia terus
menjilati kepala baja hitam itu. Pak Martin pun terus
memanjakan lubang vagina Lisa berulang-ulang, ia tidak
perduli Lisa telah beberapa kali orgasme dengan adanya
lonjakan-lonjakan panjang pada tubuh Lisa.
Tidak lama Pak Martin merubah posisinya, ia saat itu
berhadap-hadapan dengan Lisa yang masih terbaring di
atas karpet tebal kamar itu. Dengan tangannya Pak Martin
memasuki lubang Lisa, ia mengorek terus kemaluan Lisa.
Lisa hanya meregang menahan geli dan nafsu, sedang tubuh
putih mulus itu telah basah bersimbah keringat karena
permainan permulaan itu.
Ketika Pak Martin mersa yakin kalau Lisa telah
terbangkitkan nafsunya, lalu ia membuka kedua kaki Lisa
dan meletakkan bantal. Ia tidak ingin penetrasi yang
diinginkannya itu gagal, ia telah lama memimpikan saat
ini. Sesekali tangannya meraih payudara yang mulai tegak
memerah itu. Kepala Lisa hanya menggeleng-geleng dan
menarik kepalanya menahan nikmat yang menjalari lubang
kewanitaanya. Lalu Pak Martin membuka kaki Lisa dan
lubang itu jelas terlihat, ia mengangkangkan kaki Lisa
dan penis yang telah tegak menghitam itu terarah ke
lubang vagina Lisa.
Saat baru saja kepala baja itu masuk, ada rasa nyeri
pada diri Lisa.
“Aauu..! Nyilu Pak..!” kata Lisa.
“Diam dulu Lisa.., hanya sebentar..!” kata Pak MArtin.
Lalu martin mendorong seluruh batang kejantanannya masuk
ke dalam lubang kewanitaan Lisa. Ia menggenjot terus
tanpa menghiraukan keluhan dan rasa nyeri pada lubang
Lisa, namun Lisa menuruti setiap gerakan Pak Martin yang
maju mundur dalam lubang vagina itu.
Keringat kembali membasahi tubuh kedua mahkluk berlainan
suku itu. Di antara kedua kaki Lisa tampak kaki Pak
Martin terus bertumpu menahan gerakan pinggulnya yang
maju mundur. Kedua kaki Lisa terus menerjang ke kiri dan
kanan, ia merasakan kenikmatan yang amat dalam,
sementara kedua tangan Lisa mencari-cari pegangan. Lalu
ia bertumpu pada bahu Pak Martin, ia sempat mencengkram
bahu Pak Martin karena merasakan nikmat yang tidak
terhingga.
Gerakan penis Pak Martin terus mengaduk-aduk lubang
kewanitaan Lisa, maju mundur. Meskipun telah berusia
senja, Pak Martin masih memiliki kemampuan untuk
berhubungan sex dengan wanita, tenaganya tidak kalah
dengan Rudi. Di dalam kepala Pak Martin saat itu adalah
terus menggenjot Lisa hingga Lisa beberapa kali orgasme.
Ia amat sakit hati diperlakukan Lisa dan Rudi, dengan
cara itulah ia membalasnya.
Lisa terus digenjot Pak Martin, tulang berulangnya
serasa dilolosi Pak Martin. Permainan sex itu telah
berlangsung 28 menit, namun Pak Martin belum juga
memuntahkan maninya, ia terus melakukan gerakan
berputar-putar pada saat penisnya masih dalam lubang
Lisa. Lalu ia memegang kedua tangan Lisa, dan mulutnya
terus berada di atas puting susu Lisa. Pada akhirnya,
setelah 36 menit ia menggenjot, barulah mani Pak Martin
tumpah di dalam lubang vagina Lisa sebanyak-banyaknya,
sedang penis besar itu masih terus tertanam di dalam
lubang kemaluan Lisa.
Lisa amat puas, belum pernah rasanya ia merasakan
kepuasan yang seperti itu selama ia berhubungan sex
dengan Rudi. Namun belum apa-apa dibanding Pak Martin,
Pak Martin amat pandai mengatur tempo permainan, sedang
Rudi yang juga memiliki segudang cara dalam bersenggama
tetap jauh tertinggal dari Pak Martin ini.
Menjelang pagi Pak Martin terus mempermainkan nafsu dan
gairah Lisa sampai 3 kali. Saat itu cuaca pun amat
berpihak pada Pak Martin, selain hujan badai di luar
rumah, pembantu dan anak Lisa tidak terbangun, inilah
yang amat menggembirakan Pak Martin. Setelah subuh
barulah Lisa bangun dari karpet itu dan kembali memakai
celana dalam dan BH-nya, lalu ia pasangkan baju tidurnya
tadi. Terlihat keletihan yang mendalam pada wajah Lisa.
Ia keluar dari kamar Pak Martin dan naik ke kamarnya di
lantai atas, lalu ia membersihkan badan dan mandi, masih
ada sisa-sisa sperma Pak Martin pada bibir dan pada
kedua pahanya.
Sejak saat itu hubungan Lisa dan Pak Martin semakin
intim saat Rudi tidak ada di rumah. Mereka berdua terus
mengayuh biduk kemesraan di kamar Pak Martin atau di
ranjang Lisa dan Rudi. Pak Martin selalu melakukan ‘aji
penglimunan’, sehingga seluruh penghuni rumah itu
tertidur kecuali Lisa dan dirinya.
Pak Martin pun jika sedang berhasrat untuk melakukan hub
sex akan memanggil Lisa dengan caranya. Pernah saat Rudi
sedang ada di rumah, sedangkan gairahnya
menghentak-hentak, maka dengan melafazkan mantranya Lisa
datang ke kamarnya, dan saat itu ia menuntaskan nafsunya
ke tubuh Lisa.
Bagaimanapun saat itu Lisa ada dalam gengamannya dan ia
pun tidak menginginkan perkawinan Lisa dan Rudi hancur,
maka Pak Martin pandai-pandai mengatur saat-saat
kebersamaannya dengan Lisa. Lisa pun menurut kepada
perintah Pak Martin. Pak Martin amat menjaga rahasia
ini.
Sejak itu pun setiap atau apapun keinginan Pak Martin
baik tubuh atau segi keuangan selalu terpenuhi, ia
tinggal meminta kepada Lisa. Pak Martin saat itu memang
sudah uzur, namun ia amat pandai mengatur siasat untuk
mendapatkan apa yang ia inginkan. Lisa pun terus
melayani Rudi suaminya sebagai mana biasa, tidak ada
keganjilan yang ditangkap Rudi.
Pak Martin mengetahui Lisa tidak dapat melepaskan diri
dari pengaruh peletnya, Rudi pun secara tidak langsung
telah masuk ke dalam genggamannya. Secara logika Pak
Martin memanglah seorang pria yang dilahirkan dengan
kemampuan sex yang luar biasa, saat jadi penjahat dulu
tidak sedikit wanita baik-baik dan pelacur yang
digaulinya. Hingga saat ini pun Lisa masih terus digauli
Pak Martin sesukanya, tidak memandang tempat dan waktu,
yang pasti adalah ketika Rudi tidak di rumah.
TAMAT

No comments:

Post a Comment