rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Monday, 9 June 2014

Aktivis

Kenalkan…namaku Putria Leksiana…aq saat ini masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja…sudah sejak 2007 aq di jogja. Namun, nuansa kental religi dan budaya di sini membuat aq menjadi semakin berat tuk meninggalkan jogja… aku anak bungsu dari 3 bersaudara. Abiku seorang petinggi PAN di daerah kelahiranku di Kalimantan. Umiku hanya seorang Ibu Rumah Tangga biasa. Kakaku yang pertama bernama Ulfah… sekarang dia sudah bersuami, tinggal di Semarang. Kakaku yang kedua bernama Safira, tinggal di Solo, masih single. Sementara aku dilahirkan di Kalimantan tgl 20 Februari 1987. Semenjak pertama kali menginjakkan kakiku di Jogja, aku tak kenal siapapun di sini, kecuali Kakaku Safira yang menemaniku untuk mencari Kos-kosan dan kampusku. Oh ya, kosanku ada di daerah Condongcatur. Di sini aku banyak teman aktivis. Mereka adalah aktivis KAMMI, yang rata-rata adalah senior di kampusku. Aku mengenal dunia aktivis juga dari mereka. Adalah Kak Sherly yang membawaku ke dunia ini. Entah kenapa akupun jadi tertarik untuk bergabung, hingga kini, karena keaktifanku di kampus, aku menduduki ketua bidang kaderisasi… Di KAMMI, para akhwat seringkali bertemu atau berkoordinasi dengan para ikhwan. Seringnya pertemuan itu, tak jarang membuat para akhwat mengidolakan salah seorang dari mereka. Sebutlah kak Feri, Kak Arga, dan Kak Utomo. Mereka adalah tiga orang yang menduduki puncak pimpinan KAMMI di kampusku. Begitu juga aku, entah kenapa gairah kewanitaanku begitu bergejolak saat melihat mereka, melihat ketampanan dan kewibawaan mereka, serta janggut dan tubuh mereka yang tegap tak jarang membuat…(emhh…aku malu menyebutnya) membuat celana dalamku basah… Aku begitu terangsang…entahlah, cairan itu begitu derasnya mengalir saat ketiga atau salah seorang dari mereka lewat di depanku…Akupun langsung tertunduk malu dan wajahkupun memerah…ohh…begitu menderitanya aku… Hingga suatu saat secara reflek tanganku memainkan atau menekan-nekan bagian paling sensitif di tubuhku. Kata orang, bagian itu adalah klitoris. Ya…aku bermasturbasi. Tak jarang itu aku lakukan di depan mereka. Tentu saja mereka tak mengetahui karena aku menggunakan jubah yang lebar atau jaket KAMMI. hmm…. saat inilah aku berta’aruf dengan masturbasi…dengan sex…ooh…. Bila teman teman disini ingin membayangkan wajahku seperti apa…Cobalah lihat acara INTERPOL di TV One. ada Host bernama Dinna Handani… mungkin bila dibandingkan, wajahku mirip sekali dengannya… kiranya perkenalanku saat ini cukup, esok kan kuteruskan kisah sex pertama kaliku…. salam cinta dari Leksiana Waktu itu, tepatnya Kamis pagi. saat aku telah menahan lapar dan dahaga. Semua kader berkumpul di halaman kampus untuk apel persiapan aksi menentang penurunan BBM. Aku mengenakan jubah lebar bercorak bunga mawar kombinasi merah dan hitam, jilbab Rabbani yang aku kenakan berwarna hitam yang menjulur sampai ke pinggang. Saat itu, Kak Feri memimpin briefing…. Suaranya yang lantang dan dalam, janggutnya yang tipis rapih, lagi-lagi membuat aliran darahku mengalir lebih cepat dari biasanya… Seperti biasa, berkat jubahku dengan model kancing di depan dan jaket organisasiku, aku lebih leluasa untuk..yah paling tidak meredakan denyutan jantungku yang berdetak kencang.. Sambil menatap tajam pada mata dan mulutnya, aku main-mainkan klitorisku yang memang sudah basah sedari tadi… Posisi berdiriku yang paling belakang membuat aku leluasa memilin dan memainkan jemari lentikku di bagian itu. Entah kenapa, cara ini membuat aku merasa nyaman… terutama saat-saat di mana aku merasakan seperti ingin pipis. Saat itulah secara reflek jemariku menekan semakin kuat, mataku aku pejamkan…akupun tak kuasa menggigit bibir mungil bagian bawahku…”ooh…ssshh..ahhh..” sambil kurangkul tas ransel semakin erat…Oooh…aku merasakan cairanku yang masih kental, mungkin karena kevirginanku, jemari lentik yang kumainkan terasa keset…seperti dua permukaan balon basah yang saling bergesekan..ough…tak bisa kubayangkan begitu nikmatnya momen-momen seperti itu…2 detik menjelang “pipis”, aku sedikit menggelinjang dan memekik sambil sepontan kepalaku yang terbalut jilbab menengadah ke atas dengan mata terpejam…”ssssshhhhh…!!!!” Kenikmatan yang luar biasa…aku terkulai lemas…sementara jemariku masih menelusup ke sela-sela kancing depan di balik jilbab lebarku… tanganku basah kuyup karena lendir kewanitaanku…. “Ukhti Leksiana…anti ndak papa…?” sontak teguran itu membuatku terkaget dan salah tingkah, ternyata ukhti Leli mengira aku sakit karena pekikan kecil dan eranganku membuatnya heran. Waktu itu, ia nampak anggun dengan potongan khas aktivis KAMMI, jilbab merah jambu sampai ke dada, atasan putih longgar, dan rok bluzz panjangsampai ke mata kaki.” Oh,Ukhti Leli…eng…nggak papa kok ukhti, aku baik-baik aja…” sambil segera ku cabut tanganku dari balik jubah merahku…”oh…ya sudah, bener kamu nggak papa?”, tanyanya lagi..” bener ukhti nggak papa”, tanpa sengaja kuseka dahiku dengan tangan yang basah kuyup oleh cairanku…”oh tidak!” pikirku…untungnya dia tak sadar, mungkin dia mengira bahwa cairan itu adalah keringatku…fiiuhhh…! “Eh, ukhti, tolong ambilkan selebaran di sekretariat ya…30 menit lagi kita start longmarch dari depan kampus menuju perempatan kantor pos besar…emmm…di sana udah ada Kak Feri, nanti kamu tanyakan saja sama dia…dia tahu koq tempatnya…” Seru Ukhti Leli padaku.. “Apa..???!” pikirku dalam hati…Kak Feri baru saja kubayangkan sedang menjilati klitorisku…apa yang akan terjadi bila aku bertemu dengannya di ruangan yang sepi dan sempit…Darahku mulai mengalir deras…entah kenapa daerah sekitar kelangkanganku seolah berdenyut-denyut geli ingin dimain-mainkan…ooh… Langkahku lemas menuju sekretariat. Pikiranku melayang menerawang jauh hingga hal-hal yang tidak mungkin aku lakukan dengan Kak Feri….”kacau…!” pikirku…Tak terasa lamunanku mengantarku pada Kak Feri, di sekretariat KAMMI….saat itulah, pengalaman pertama yang tak akan mungkin aku lupakan….Perlu kalian ketahui wahai para pembaca yang budiman. di tempat yang sama, dan momen yang hampir serupa, Seniorku bernama Ukhti Salma dan Akhi Ramdan (nama aku samarkan) mengalami hal terburuk dalam hidupnya…Mereka dipergok sedang bersenggama di dalam sekretariat KAMMI yang sepi…parahnya lagi, Ukhti Salma tak menanggalkan jilbab dan jubah lebarnya, lengkap dengan ikat kepala KAMMI yang sering kami gunakan untuk aksi…hingga akhirnya mereka dikeluarkan dari kepengurusan… Saat itu hampir jam 9 menjelang pemberangkatan longmarch anti kenaikan BBM. taganku dengan mangset berwarna putih membuka pintu sekretariat..Krekeeeeeeeek…! “Assalamu’alaikum…” “Wa’alaikum salam…eh ukhti Leksiana…mari masuk, disuruh Ukhti Leli untuk ngambil selebaran ya…?” Sahut Kak Feri… “emmm…i..iya Kak…” aku tersipu, wajahku memerah, dan tak ada kata yang bisa kuucapkan… “nih, ukhti…selebarannya” Ia mengambil satu rim selebaran.. Akupun berusaha mendekati dan meraihnya, dan “AAAAAHhh…!!!” sontak aku kaget karena tikus yang berlari melintas di bawah jubah merahku, spontan aku singkapkan hingga ke lutut hampir ke atas lutut! untung aku mengenakan stoking coklat muda, akupun sempat melihat mata Kak Feri yang membelalak melihat betisku yang terbungkus stoking…Suasana di sekretariat menjadi kacau, selebaran yang akan kuraih tercecer di lantai… “Aduuh…m…maaf Kak, aku…”, belum selesai kalimatku, Kak Feri menimpali..”Nggak papa ukht…ya sudah Ana bantuin ya…?” Suasana menjadi hening, kami sama-sama merangkak di lantai memunguti selebaran yang tercecer…hingga tak sengaja tanganku dan tangannya saling berpegangan…Namun anehnya, naluriku tak sedikitpun menarik genggaman tangan Kak Feri, begitu juga dengan kak Feri yang semakin erat menggenggam tanganku…perlahan ia menatapku yang kerepotan memegang jilbab lebarku yang menjuntai ke lantai…”Uhti….”, bibirku diam seribu bahasa, area kemaluan di balik jubah merahku yang ikut berdenyut, degup jantungku semakin berdebar kencang, cairan vaginaku yang belum mengering kini kembali dialiri lendir kewanitaanku… Perlahan tapi pasti, dengan posisi masih menungging di lantai, wajahku dan wajah kak Feri saling berdekatan…tangan kananku yang sempat memegang beberapa selebaran, kini beralih memegang jilbab rabbani warna hitam yang menjuntai ke bawah, aku dekapkan ke dada. Tak kusangka, bibir kak Feri mulai mencumbu bibir mungilku…kecupan, pagutan, dan sedikit sedotan bibir kak Feri membuat nafsuku membludak…pengalaman pertama mencium bibir laki-laki bahkan yang bukan muhrim, adalah satu hal yang paling dibenci kami sebagai aktivis kerohanian di kampus…”emmmfff…enghh…sylurup…” suara-suara aneh bagiku seorang wanita yang masih mengenakan jilbab rabbaninya mulai membangkitkan nafsuku, Seorang Leksiana, tepatnya Putria Leksiana. Dengan posisi masih menungging, ciuman penuh nafsu itu terus kami lakukan.. Seiring gairah kami yang semakin membara, aku rasakan denyutan di area kemaluanku di balik jubah ini telah membanjiri celana dalamku berwarna pink lengkap dengan renda-renda di sisinya. Kamipun perlahan duduk saling berhadapan tanpa melepas bibir kami berdua, tangan Kak Feri mulai berani memegang pundakku..”engggh…!” aku hanya pasrah menerima perlakuan kak Feri, begitu nikmat kurasa…”oouh..emmh…!” kini perlahan tangannya mulai menyusup ke dalam balik jilbab rabbaniku, dia meremas payudaraku! payudara seorang gadis berjilbab, aktivis KAMMI yang loyal…Sylrup..! aku lepaskan bibirku darinya, mataku terpejam penuh nafsu, secara spontan kepala kutengadahkan ke atas…Nafas Kak Feripun semakin terengah penuh nafsu…Kini giliran tangan kanannya meremas payudara sebelah kiri ku, hingga kini tampak di balik jilbab rabbaniku tersembul-sembul gerakan tangan Kak Feri yang begitu menggairahkan..” Ouhhh…Kak Ferri….Eranganku semakin keras saat ada benda hangat menyentuh puting susuku…Aaaarghhh…!!! Akhii…!! Kak Feri… OOOh…Ia terus memilin-milin puting susuku…Tak kusangka kancing jubah merahku sudah terbuka di bagian dada, dan kedua tangan Kak Feri menyelusup masuk ke dalam BHku…Rangsangan yang belum aku rasakan sebelumnya ini telah membuatku gelap mata…nafsuku tak tertahan lagi, aku langsung mengemut jari telunjukku (bagai lolipop yang diemut anak kecil) sambil memejamkan mata. Aku yang masih mengenakan jilbab robbaniku telah membuat Kak Feri gelap mata pula…Segera Kak Feri membenamkan mulutnya ke dalam payudaraku…Ia menyelinap ke balik jilbab Rabbaniku…karena bentuk jilbabku yang lebar, membuat kepala Kak Feri yang sedang menyedot dan menggigit-gigit payudaraku bersembunyi di balik jilbabku…aku bergelinjang kenikmatan, kedua tangankupun spontan menekan gundukan dibalik jilbabku yang itu adalah kepala Kak Feri yang tersembunyi di balik jilbab.. Oouhh..ouuh…sssh…emmh…Aku bergelinjang- menikmati gigitan-gigitan kak Feri di putingku yang masih mungil…Spontan posisiku aku rubah menjadi duduk di atas pangkuan Kak Feri yang kini duduk bersila, layaknya adegan Kama Sutra yang pernah aku lihat di internet, kedua tangan kak Feri memegang erat punggungku, sementara kedua tanganku memeluk erat kepala Kak feri memaksa agar semua payudaraku masuk dalam mulutnya…Namun, karena aku mengenakan jubah lebar, kepala Kak Feri yang tersembunyi dibalik jilbabku, sebagian kakinya yang bersila juga terhalang oleh jubah lebarku membuat aku seolah memeluk sebuah guling besar dengan eratnya…Basahnya kemaluanku yang langsung bergesekan dengan titit Kak feri di balik celana bahannya, membuat celananyapun terlumuri oleh cairan vagina Leksiana…Aku semakin gila, sambil memejamkan mata, akupun mencari sensasi sex dengan menggesek-gesekkan kemaluanku di atas benda runcing yang tersembunyi di balik celananya…ouuh…nikmat sekali… 10 menit berlalu…kepuasan Kak Feri menelan buah dadaku belum usai…ia menatap sebentar ke arahku…aku yang masih terbalut jilbab yang sudah kusut ini, hanya menatap pasrah pada Kak Feri, dengan posisiku yang masih duduk di pangkuannya, tangan kanannya lalu membuka resleting celananya, dan menyingkapkan gundujan panjang di balik celana dalamnya yang seolah ingin melesat keluar…Ceng! jantungku berdegup kencang saat kak Feri berhasil mengeluarkan tititnya yang besar dan panjang dari himpitan celana dalamnya…”Ouh…!” aku memekik keras dan tak lama aku terkulai melihat ukuran titit Kak Feri yang begitu ngaceng dan keras…seolah terbiasa, tangan kananku mulai mengocok-ngocok batang besar itu…karena sudah licin oleh cairan vaginaku dan cairan pelumas milik Kak Feri akupun tak kesulitan mengocok batang licin itu…Kak Feri hanya mengerang-dan mengerag..”ooh…sssh…Ukhti…” dengan posisiku yang masih berpangku, tak jarang jubah lebarku menghalangi pemandangan indah ini, tangan kiriku lalu menyingkapnya hingga perut sementara tangan kananku mengocok batang Kak feri yang sudah panas dan berlendir…sambil sesekali kugesek-gesekkan ke celana dalamku yang sudah basah kuyup…Oughh…Kak Feri…nikmatnya… Karena nafsu yang bergejolak di tubuhku, seorang wanita lengkap dengan jilbab rabbani dan jubah panjangnya, dan juga Kak Feri yang sedari tadi sudah tak karuan, lalu Kak feri mulai menyingkapkan celana dalamku tepat di depan lubang kemaluanku yang merah merekah…ooohh…aku sudah tak sabar merasakan gesekan batang besar itu di dalam vaginaku yang selama ini kuimpikan… Posisiku masih berpangku padanya, dan Kak Feri dengan posisi bersila, ia mengarahkan batangnya pada lubang vaginaku…akupun membantunya dengan mentyingkapkan jilbab lebarku dan jubah yang menghalangi masuknya batang Kak Feri…Perlahan ia gesek2an batangnya pada permukaan vaginaku…ooughh…kemaluanku selama ini yang hanya aku mainkan dengan jari jemari, kini benar-benar batang kontol mulai menyobek selaput kehormatanku…ooohh… Perlahan Kak Feri memasukkan ujung batangnya ke dalam lubang memekku yang masih sempit dan suci…dengan seksama dan mendebarkan kuperhatikan semuanya detik-demi detik…awalnya sakit yang tak terbayangkan terasa olehku saat batang Kak Feri berusaha menyeruak lubang kehormatanku…”ssshh…AAAaaww…Kak Feri….!!” Aku pun membantunya untuk memasukkan batang itu dengan menggoyang-goyangkan pinggul ke atas dan ke bawah…hingga akhirnya…Blesss…!!! cairan berwarna merah segar membasahi kelangkangan kami, denyutan di memekku semakin kencang saja menjepit erat batang Kak Feri…aku hanya bisa pasrah…berahrap ini semua berakhir dengan indah… Karena ini pengalaman pertamaku, aku tak bisa lagi membendung kenikmatan yang di awal kubilang “pipis”, kini seluruh otot di selangkanganku mengejang berusaha menyemburkan cairan itu sekuat2nya dan crrt..crrt…sambil memeluk erat Kak Feri hingga tersembunyi di balik jilbab lebarku “Ah!Ah..AAAaaaaaaah…!” “Kak…aku….lemes…” melihat kondisiku yang sudah melemas, batang kak Feri yang sedari tadi diam menikmati pijitan vagina dan semburan hangat memek seorang wanita berjilbab, kini mulai menggerakkan teratur ke atas dan ke bawah…namun, kaerna ini pengalaman pertama Kak Feri, ia pun tak kuasa membendung kenikmatan ini terlalu lama, hingga buru-buru ia cabut batang penisnya dan sambil mengocok2 penisnya sendiri…crooot..crooot..crooot..!!! aaaaahahhhh….semburan hangat sperma Kak Feri membuat jubah dan jilbabku belepotan cairan sperma, darah, kehormatanku, dan…semuanya…Aku terkulai lemas, perlahan aku pun tergeletak lemas dengan jilbab yang sudah kusut, dan jubah yang tersingkap hingga pinggul…Kak Feripun merasakan hal yang sama…ia tergeletak di atas tumpukan kertas selebaran yang akan dibagikan siang ini… Inilah pengalaman pertamaku…awal kisahku dengan sex…saat itu aku tak ingat lagi apa yang terjadi…hanya saja Kak Leli menemukanku dalam keadaan tergeletak di lantai tanpa Kak feri….3 hari pasca “Percintaan” dengan kak Feri telah membuatku sakit, badanku panas, pikiranku terus saja tak lepas dari kejadian itu… Kenikmatan yang kurasakan tak mudah aku lupakan. Ukhti Leli yang selama ini membantuku membuatkan bubur dan membelikan obat di kosku. Selangkanganku terasa perih, tapi selalu berdenyut2 dan seolah ingin melakukan untuk kedua kalinya. “tapi tak mungkin…” pikirku. Saat pikiran itu datang, tanganku seolah refleks untuk mengarah pada selangkanganku… tapi kucoba untuk memainkan seperti biasa, rasanya ngilu bercampur geli. Akhirnya aku gunakan baby oil milik Ukhti leli yang biasa ia gunakan. aku nggak ngerti baby oil itu digunakan untuk apa oleh Ukhti leli. Aku tumpahkan sedikit ke telapak tangan, lalu aku masukkan tanganku ke dalam selimut yg kupakai. Sambil setengah duduk (bersandar pada bantal di tembok), aku mengangkangkan kakiku seperti posisi seorang wanita yang mau melahirkan… rasa ngilu yang tadi kurasakan kini hilang…”emmmh…” sambil memejamkan mata membayangkan batang kemaluan Kak Feri yang besar…ooough…geli, nikmat, entah kata-kata apalagi untuk menggambarkan betapa nikmatnya posisi itu… klitorisku terus ku pilin2 dan sesekali menekan..di dalam kamar aku hanya mengerang dan menggeliat-geliat, “ouh…ssshh..aw…ennnghhh…” aku semakin gila, semakin kurasa ingin pipis, aku mempercepat gerakanku…dan “oh!oh!..aah…!ssshhh…!”spontan aku ambil guling sementara tangan kananku terus mengocok klitorisku…aku peluk erat-erat gulingku dan..”ah!ah!..aaaahhh…!…” 5 menit ternyata cukup membuatku orgasme…aku terkulai lemas…karena kondisiku yang tidak fit, aku pun tertidur dengan posisi kaki masih mengangkang sementara guling berada di pelukanku…selimut yg kupakai agak tersingkap di bagian lutut, sehingga bila dilihat dari arah kaki, tentu saja selangkanganku akan terlihat jelas dengan rok panjang yang kukenakan… “hhmmmhhh….” aku menarik nafas panjang dan tertidur pulas…. 2 jam berlalu aku tertidur pulas, jam menunjukkan pkl.11 siang, aku terbangun dengan kondisi acak-acakan, selimut sudah tak menutup lagi badanku, rok panjang yang kukenakanpun tersingkap ke bagian pinggul, waktu itu aku tak memakai celana dalam.. “Ya ampun..!” spontan aku melihat ke jendela yang terbuka, dan “mudah-mudahan nggak ada yang liat…” pikirku. Aku bergegas mandi, setelah selesai menyegarkan badan biasanya aku langsung mengenakan jilbab rabbaniku berwarna putih berpadu pink, jubah berkancing depan dengan motif bunga2 kecil, dan celana dalam berenda warna pink kesayanganku… kali ini aku singkapkan jubahku dan celana dalamku untuk melihat area kesayanganku, kehormatanku, my pinky area… aku perhatikan, “lubangnya masih sempit…” pikirku. berharap agar kejadian itu tak terulang kembali. Akupun bergegas meninggalkan kos, menuju kampus. Tepat jam 1 siang, aku ada kuliah ekonomi manajemen waktu itu. Singkat cerita, setelah perkuliahan usai sekitar jam 15.30 ada dering sms masuk ke HPku…”Oh tidak!kak Feri…” Pikiranku langsung melayang tak jelas, teringat kembali memori itu. ohh.. ku buka sms darinya..isinya kurang lebih begini, “Ass,Ukhti Af1 ganggu, aq tw km gamau bc sms driq, tp tlg sekali ini saja di depan toilet lantai 3 Fakultas Pertanian..jazakillah…” Jantungku berdegup kencang setelah kubaca sms itu, selain isinya yg mengajak bertemu, juga tempatnya…mengapa kak Feri mengajak bertemu di tempat yang sepi… oh… pikiranku berkata tidak, tapi hatiku seolah menuntunku untuk pergi kesana… “Apakah akan terulang lagi..?” pikirku. Dua lantai aku lewati, sampailah aku di tempat perjanjian. Selain waktu sudah sore, memang tempat ini jarang dikunjungi mahasiswa karena sedikit sekali mahasiswanya, di samping memang kondisinya yang tidak terawat. Di kejauhan terdengar sorak sorai orang sedang bermain basket, namun, rindangnya pohon Mahoni umur ratusan tahun menutupi tempat itu.. Awalnya aku takut, karena tak ada siapapun disini, “Apa kak Feri terlanjur pergi dari sini…?” Akupun memberanikan diri tuk memanggilnya, “Assalamu’alaikum…Kaaak? kak Feri…Kakak di mana?” sambil celingukan aku mencarinya… tiba-tiba “Aaaahhh! mmmffff..!!!” Aku sontak kaget! badanku tak bisa bergerak, sebuah tangan menutup mulutku, sementara tangan yang lain memelukku dari belakang! Pikiranku mulai kalut, air mata mulai mencair dari mataku…sementara aku berusaha meronta-ronta…Jilbab dan jubahku kusut tak karuan. “sssh…sssh…Ukhti, ini aku…Kak Feri…” bisik orang itu. lalu perlahan aku menoreh ke belakang, pelukan dan cengkeraman tangannyapun mulai dilepaskan…setelah kuyakin perkataannya benar, aku hanya menarik nafas panjang..dengan ngos-ngosan aku berkata padanya “hhmmhh…Kak Feri…maksudnya apa…???” “Iya Ukhti, sabar…afwan kalo caraku kasar…aku hanya ingin bicara…” Sebelum mulutku bicara, kak Feri sudah memotongnya, “pertama…aku minta maaf atas kejadian itu, kedua aku ingin bertanggungjawab, ketiga aku tak bisa meninggalkan kuliahku…ke empat, aku menyukaimu ukhti…” Mendengar perkataan itu, aku hanya diam seribu bahasa, aku tertunduk layu… tak lama tangannya mengangkat dahuku, akupun sedikit kaget karena wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku, dan…emmmfff…mmmh…clep..clpot… bibirnya segera membungkam bibir mungilku…Aneh, aku tak menolaknya, my pinky area di balik jubahku mulai berdenyut-denyut meminta untuk diperlakukan adil…Aku hanya memejamkan mata menikmati ciuman dan cumbuan Kak Feri…”emmh..mff..” Begitu terangsangnya aku sehingga aku memeluk pundaknya dan ia menarik pinggulku ke arahnya…oough…terasa sekali gundukan batang Kak feri di balik celana bahannya…silatan lidah kak Feri membuatku melayang, karena belum pernah aku diperlakukan seperti itu, apalagi bagiku, seorang koordinator pengkaderan KAMMI komsat kampus yang masih lengkap mengenakan jilbab robbaniku dan jubah panjangku…5 menit berlalu, ciumanpun semakin panas, tanganku beralih ke kepalanya, berusaha untuk menekan lebih dalam ke dalam mulutku…sementara kedua tangan Kak feri mulai menarik ke atas jubah panjangku. Seperti salah satu adegan di film Ghost, saat kedua insan sedang menikmati sex… Tak terpikirkan olehku, aku bercinta untuk kedua kalinya dengan tetap mengenakan jilbab robbani dan jubahku…saat itu, posisi kami masih berpelukan, kak Feri mendorongku ke arah tembok, hingga aku tersandar pada tembok yang lembab. Lumut2 hijau mulai menempel dan mengotori jilbab putih ku…namun, semua itu hilang, terkalahkan oleh sensasi ciuman dan silatan lidah Kak Feri yang seolah ingin menyedot lidahku ke dalam mulutnya…”oough…emmmmh…ssshhh…!” perlahan tapi pasti, pinggul, paha, dan betisku yang terbalut stoking berwarna krem terpampang sudah…, tak mau ketinggalan, tangan kananku secara refleks menurunkan resleting celana Kak feri dan berusaha mengeluarkan batang kemaluan Kak feri yang sering aku bayangkan saat bermasturbasi…oogh…”Besar sekali Kak…”bisikku padanya, awalnya aku kesulitan untuk mengeluarkannya, namun, dengan bantuan Kak Feri akhirnya aku bisa mengeluarkan ayam jagoku dari sangkarnya… kini mengacung sebuah batang besar di hadapanku… Kini giliran kak Feri yang menyelinap masuk ke dalam celana dalam pink ku yang sudah basah sejak aku menaiki tangga pertama… “Oough…ahhh…” kak Feri seperti sudah lihai memainkan klitorisku…dipilin2nya benjolan kenikmatan itu…sesekali ia tekan-tekan…oouhh…sensasinya begitu membuatku melayang…spontan aku menengadahkan kepalaku ke atas sambil memejamkan mata…posisi itu tak disia-siakan Kak Feri, tangan kanannya menyingkap jilbab robbaniku dan ia mulai mengecup dan menyedot leherku…aawhhh..betapa geli bercampur nikmat yang kurasakan…aku hanya tertawa geli nan centil sambil memukul2 ke pundak Kak Feri…lebarnya jilbab Robbaniku membuat kepala kak Feri tersembunyi di balik Jilbabku…aku hanya bisa menikmati permainan jemari kak Feri di Klitorisku, dan silatan lidahnya di leherku, apalagi sesekali dia menggigit dan menyedot lehet dan di bagian belakang telingaku…seolah kak Feri ingin menyedot semua keringat yang keluar dari leherku…”ooh…kak Feri…iiih…kak Feri…kak…oough..” Kemaluanku mulai banjir dan lengket, kak Feri semakin berani memasukkan jarinya ke dalam lubang kemaluanku, tempat biasa aku pipis…oouh…dia menggelitik2an jarinya di dinding-dinding vaginaku…oouh…emmh…aku hanya bisa merasakan nikmat yang tak terhingga dan aku menjepit erat tangan yang masuk ke selangkanganku…oouhh…dan “kak…aku mau…pi…piiiisss..” dan crrr!crrret..! “ah!ah!sssh! aaahhhmmm…” aku peluk erat kak Feri… “kamu capek ukhti..?” tanyanya, aku hanya menggeleng2kan kepala walau keringatku sudah membasahi jilbab robbani dan jubahku… lalu kak feri mengeluarkan jemarinya dan menggendongku, namun, tangannya memangku pada pangkal kedua lututku sehingga posisiku mengangkang namun kakiku tak mendarat di lantai. Tentu saja, posisi itu membuat lubang memekku ternganga jelas. Akupun bingung..”mau kau apakapakan aku akhi…?” pikirku… Entahlah, tanganku mulai spontan menyingkapkan celana dalamku tepat di bagian depan lubang pipisku, dan kak Feri mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya sambil mengarahkan batangnya ke memekku… akupun membantunya dengan menyingkapkan jubahku yang lebar yang menghalangi jalan masuknya ayam jagoku ke dalam lubang pipisku…lubang pipisku semakin senut-senut, karena baru satu kali dimasuki batang Kak Feri, maka otomatis lubangnyapun masih mungil.. area kemaluankupun berubah menjadi merah muda kegelapan. Seolah semua darah bekumpul di sana. Tak lama kemudian, batang kemaluan Kak Feri berhasil masuk..blesss…kamipun berdua memekik “Aaargghh…” lalu dengan nafas terengah-engah kak Feri mengayun-ayunkan tubuhku ke arah atas, menyesuaikan masuk keluarnya batang kemaluannya yang kini sudah bersembunyi di balik jubah memekku… Oooh…emmmh…aaaw…sssshh…Kak Feri….gesekan-gesekan yang begitu terasa, seperti dua permukaan balon basah yang saling bergesekan, Sejak awal, aku terus digendong Kak Feri, aku hanya pasrah sambil memegang jubah panjangku agar tak menghalangi kemaluan kak Feri… jilbabku sudah kotor dengan lumut, jubahkupun sudah kusut tak karuan aku tak peduli, bunyi cepakan dari kemaluanku yang semakin membuatku terangsang hebat…”cepak-cepak-cepak…plok-plok-plok…!” Semakin lama semakin nikmat, kak Feri semakin mempercepat goyangannya, “hah…hahhh..emmmh…” Kak Feri mulai meracau…dan “kak…aku pipislagi……!” sambil memeluk erat ke pundak kak feri akupun orgasme…”crrrt..crrrt..crrt..” aku lemas, tinggal kak feri yang batangnya semakin panas terasa olehku… “Ayo kak…ayo keluarin akhi….” “kak Feri semakin meracau “hahhh..emmmh…Ukhti…aaaaaarrgggghhhh…!!!!1″ crooot…crooot..croooot….tiga kali semburan hangat yang kurasakan di dalam memekku…oooh, kak feripun menghentikan goyangannya hingga kakiku kini menginjakkan di lantai, perlahan jubahku menjuntai ke bawah sampai mata kakiku…sementara kontol kak Feri berangsur-sngsur lemas keluar dari lubang pipisku… “Kak feri…janji akan bertanggung jawab setelah kuliah…?” sambil kupeluk tubuhnya.. “Aku janji ukhti…” jawabnya terengah-engah… Waktu menunjukkan jam 4.30 sore, saat langit mulai menghitam. toilet dan bekas jilbabku di tembok berlumut itu menjadi saksi bisu percintaanku dengan kak Feri. namun hingga kini, kak feri tak jua menyelesaikan kuliahnya… Sejak percintaan itu, aku mulai membatasi komunikasi dan pertemuan dengannya. Khawatir Ukhti Leli tau, aku hanya bermasturbasi di kamar kos jika kangen masa-masa itu… hingga sekarang, aku menemukan forum ini, berharap, hayalanku jadi semakin terasa riil saat aku membaca kisah yang lain, atau bahkan

No comments:

Post a Comment