rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Monday, 9 June 2014

Di malam yang naas

Vira melirik arlojinya. Terlihat jarum-jarum arlojinya menunjukkan sudah jam 11 lebih seperempat malam. Hari itu adalah hari ulang tahun sahabatnya Merry yang dirayakan di club Dragon Fly dibilangan Jalan Gatot Subroto Jakarta selatan. Walaupun hari ini adalah hari kerja terakhir dalam seminggu, yaitu hari jumat, tetapi besok jam 10 pagi Vira harus bertemu dengan kawan-kawan semasa SMA di Surabaya dulu. Vira bekerja di salah satu perusahaan perdagangan di bilangan Sudirman. Sudah 3 tahun terakhir ini ia tinggal di Jakarta seorang diri dengan mengontrak rumah di daerah radio dalam. Sebagai seorang manejer di usia 29 tahun, Vira merupakan sosok idaman para pria. Berbadan tegap dengan tinggi 170 cm dan berat 54 kilogram, Vira memiliki postur yang mendekati sempurna, ditambah ukuran payudara yang tergolong besar, 36 C. “Fren, gue cabut dulu ya… Besok ada reunian SMA nih.” “Oke deh, makasih ya udah ngeramein acara ultah gue…” Jawab Merry ketika Vira berpamitan. Setelah berpamitan serta cipika-cipiki dengan teman-temannya yang ikut memeriahkan acara tersebut, Vira mengambil tas kecilnya di meja dan beranjak keluar menuju tempat mobilnya di parkir. Sambil mendengarkan alunan musik RNB dari CD player di mobil Peogeot 206 warna hitam hadiah ulang tahun dari ayahnya, Vira mengambil sebatang rokok Marlboro Light Menthol dan mulai menghisapnya. Saking asiknya, ia tidak begitu memperhatikan ada 2 sepeda motor jenis RX King yang mulai mengikuti sejak lampu merah di perempatan Blok M Plaza. Kedua motor yang masing-masing dikendarai 2 orang itu mengikuti Vira secara perlahan. “Ini Boss inceran kita?” Sonny memastikan calon korban mereka ke Seto yang mengendarai motor yang ditumpangi Sonny. “Iya, mudah-mudahan aja bisa sesuai ama rencana kita. Kalo bisa dapet banyak, kita pulang kampung aja abis itu.” Jawab Seto yang merupakan otak dari aksi ini. “Si Jaja ama Rijal bakal ngeduluin dia, nunggu di deket rumahnya Son.” Lanjut Seto sambil memberi kode ke arah Jaja, sepeda motor satunya lagi, untuk mendahului Vira menuju rumahnya dan menunggu disana untuk beraksi. “Gue percaya lah ama rencana lu Boss…” Lanjut Sonny yang diikuti senyum bengis Seto di balik helemnya. Tidak berapa lama kemuadian, Vira sampai di belokan terakhir menuju rumah kontrakannyanya. Ia secara perlahan menyerongkan moncong mobil ke arah pagar rumah kontrakannya dan berhenti. Tanpa ada perasaan curiga, Vira turun dari mobilnya dengan maksud untuk membuka pagar rumah kontrakannya yang tingginya hampir sama dengan tinggi badannya. Vira selalu melakukan hal tersebut sendiri belakangan ini karena sudah 3 minggu ini mbok Minah pulang ke kampungnya. Biasanya ia cukup menelfon ke rumahnya melalui henfonnya, dan mbok Minah yang akan membukakan pintu pagar untuk Vira. Tanpa disadari Vira, Rijal yang membonceng Jaja, yang dari tadi telah menunggu di selokan kering di depan rumah kontrakan Vira, menyelinap masuk ke kabin belakang bagian kiri Peugeot hitam tersebut ketika Vira sedang berusaha membuka gembok pagar rumahnya. Dengan berjalan sambil berjongkok, rijal merangkak untuk bersembunyi di balik kursi supir mobil tersebut sambil mempersiapkan celurit yang dibawanya. Suara mesin mobil membuat gerak-gerik rijal tidak terdengar oleh Vira. Dari jarak sekitar 50 meter, Seto dan Sonny mematikan mesin motornya dan menyembunyikannya di balik pohon nangka yang cukup rindang milik tetangga Vira. Mereka menunggu momen untuk bertindak, sedangkan Jaja masih bersembunyi di dalam selokan tempat dimana ia tadi bersama Rijal bersembunyi. Pintu pagar telah berhasil dibuka Vira dan didorongnya sampai terbuka lebar. Ia berjalan kembali kearah mobil. Dibukanya pintu Peugeot hitamnya dan Vira kembali duduk di belakang kemudi untuk memasukkan mobilnya ke dalam rumahnya. Begitu Vira menutup pintu mobilnya dan bersiap-siap untuk memasukkan gigi perseneling, tanpa diduganya, Rijal keluar dari persembunyiannya sambil mengalungkan celuritnya ke leher Vira. “Jangan macem-macem, nanti gue potong leher lu…” bisik Rijal. Vira tersentak kaget. Tiba-tiba tubuhnya jadi lemas, kakinya gemetar. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Ia hanya mengangguk. Pada saat itu juga Seto, Sonny dan Jaja menghampiri. “Masukin mobilnya..!!” perintah Rijal pelan tapi tegas. Dengan kaki yang gemetar Vira menginjak pedal koping dan memasukkan gigi. Peugeot hitam itupun masuk ke dalam rumah walaupun dengan sedikit tersendat-sendat diikuti motor yang ditumpangi Seto dan Sonny. Dan terakhir, Jaja menyusul tanpa lupa menutup pagar terlebih dahulu. Kini mereka berada di dalam garasi rumah kontrakan Vira yang cukup besar. Rijal mengeluarkan sebuah saputangan dan menggumpal-gumpalkannya. “Masukin mulut lo nih..!!!” perintahnya. “Inget, kalo teriak… leher putus” Dengan amat terpaksa Vira mengikuti perintah tadi. Dimasukkannya gumpalan saputangan itu kedalam mulutnya. Walaupun ada perasaan jijik, mungkin saja saputangan itu bekas mengelap ingus pria tak dikenal itu, Vira berusaha untuk tidak membuat Rijal marah atau tersinggung. “Ayo keluar..!” Vira membuka pintu mobilnya. Di luar, Seto, Sonny dan Jaja sedah menunggu. Yang membuat mental Vira lebih jatuh lagi, dia melihat Sonny memegang sebatang golok besar yang panjangnya tak kurang dari 50 cm. “Mana kuncinya?” tanya Seto. Vira merogoh kedalam tas kecilnya. Saking paniknya, ia tidak dapat menemukan benda yang ia cari. Akhirnya Jaja merebut tas Gucci dari tangan Vira dan menghamburkan isinya ke lantai. Setelah kunci yang dicari ketemu, Jaja segera membuka pintu utama rumah kontrakan Vira. Mereka masuk secara berturut-turut. Pertama Jaja masuk, diikuti Seto kemudian Vira yang mulutnya disumpal saputangan. Debelakangnya ada Sonny dengan goloknya dan Rijal terakhir sambil megunci pintu kembali dari dalam. “Gak usah diidupin semua lampunya, satu aja, biar gak mencurigakan.” Atur Seto. “Cewe ini lo bawa ke sana, iket yang kenceng.” Lanjut pada Sonny sambil menunjuk sebuah kamar, yang tidak lain adalah kamar tamu. “Lo jagain dia. Jangan sampe kabur. Kalo ngelawan , gorok aja.” “Oke Boss…” jawab Sonny sambil menggiring Vira ke kamar itu. Di dalam, Sonny menghidupkan lampu kecil yang cahayanya cukup menerangi seisi ruangan. Diambilnya seutas tali dari tas pinggang yang dipakainya. Sewaktu dia mau mengikat Vira, tiba-tiba terlintas pikiran iseng diotaknya. Didekatinya Vira yang berdiri di pojokan ruangan. Di keluarkannya saputangan yang menyumpal yang sudah dibasahi liur dari mulut Vira. Saputangan basah itu dilempar Sonny ke tempat sampah kecil di dekat tempat tidur. “Jam boleh juga tuh.” “Ini, ambil aja Bang. Tag Hauer…”jawab Vira cepat. “Ambil aja apa yang Abang mau, tapi saya jangan diapa-apain…” Suara memelas keluar dari mulut Vira yang tak berdaya. Setelah jam tangan itu dikantongi Sonny… “Kalung, cincin, lepas semua deh.” Dengan segera Vira mengikuti kemauan Sonny karna takut dengan golok mengkilat yang sekali tebas, dia yakin lehernya bisa langsung putus. “Sekarang buka baju lo..!!!” “Jangan Bang…” suara Vira bergetar. Panik mulai menguasai dirinya. Air mata menitik dari sudut mata Vira. “Mau gue gorok..??” nada mengancam keluar dari mulut Sonny. Dengan ragu-ragu, Vira mulai membuka kancing kemeja kerjanya yang cukup ketat, yang menonjolkan dengan jelas payudaranya. Satu persatu kancing dibukanya. Belahan dada Vira mulai mengintip dibalik blousenya. “Bbaaang… Ampun Bang…. Jangan perkosa saya…” pintanya. Tapi Sonny tidak bergeming, ia malah menghunuskan goloknya ke dada Vira, sambil melakukan gerakan untuk menyuruhnya tetap membuka bajunya. Sonny mulai merasa batang kemaluannya mengembang. Dada besar Vira merangsang gairah seksualnya. Tapi Sonny gak mau terburu-buru. Dia mau main-main sedikit dulu sama Vira. Jarang-jarang ada cewek cakep dan semok pasrah begini. Setelah semua kancing terlepas, Vira membuka blousenya. Gundukan payudara Vira benar-benar luar biasa. Terlebih saat itu Vira memakai beha yang kelihantannya sedikit kekecilan sehingga terlihat menuh-menuhin bungkusnya. Sepertinya payudara Vira berontak ingin keluar. “Rok juga..!!” perintah Sonny sambil memberi aba-aba dengan goloknya untuk melepas rok yang dipakai Vira. Vira membuka kancing dan resleting roknya, kemudian menurunkannya sampai ke lantai. Ketika ia menurunkan roknya, mata Sonny terpaku pada kedua payudara Vira yang menggantung ketika Vira menunduk hendak menurunkan roknya. Kemaluan Sonny jadi terasa ngilu karenanya. Kini tubuh Vira hanya ditutupi oleh celana dalam dan beha saja. Pemandangan yang menakjubkan. Jantung Sonny berdebar-debar. Sonny mendekati Vira yang sudah setengah telanjang dan pasrah dengan apa yang akan terjadi. Pikiran Vira sudah ciut membayangkan apa yang akan terjadi. Bahkan Vira sebenarnya tidak berani untuk membayangkannya. Sonny dengan cekatan mengikat tangan Vira kebelakang punggungnya dengan seutas tali plastik berwarna biru. Simpul ikatan yang dibuat Sonny tidak terlalu kencang, tapi amat susah untuk dibuka. Setelah kedua tangan Vira terikat dengan kuat, Sonny mengikat kedua kaki Vira menjadi satu dengan ikatan yang sama seperti tangannya. Sonny mengambil saputangan basah tadi dari tempat sampah yang sempat dia buang sebelumnya dan menyumpal kembali mulut Vira. Air mata kembali menetes dari ujung mata Vira membasahi pipinya. Dalam keadaan berdiri, Sonny membalikkan tubuh Vira sehingga posisinya berada dibelakang Vira. Tiba-tiba saja Sonny membekap tubuh Vira dari belakang dan tangannya menggerayangi payudara Vira yang masih terbungkus beha hitam. Pelan-pelan Sonny menyelipkan tangannya ke balik beha Vira sambil terus meremas-remas payudara Vira. Sesekali ia memainkan putting Vira. “Tetek lo montok banget say…” bisik Sonny ke kuping Vira sambil menikmati daging montoknya. Vira tak bisa berbuat apa-apa selain memejamkan matanya sambil mengeluarkan air mata yang menetes dari sudut matanya. Sementara itu, gerombolan rampok lainnya sudah hampir selesai menguras isi rumah. Uang tunai, surat berharga, perhiasan, TV, Audio set, handphone, laptop, BPKB mobil bahkan sampai jam meja Vira diangkut. Di kamar Vira Rijal menemukan segepok uang Dollar Amerika senilai USD 15,000. Tak lupa diambilnya juga cincin emas dan kalung berlian Vira yang bernilai puluhan juta rupiah. Semua sudah mereka masukkan ke mobil Vira. Jam menunjukkan pukul 1 kurang 5 menit dini hari, saatnya untuk pergi. Seto, Sonny dan Jaja pergi menghampiri rijal ke kamar tamu. “Waaahhh…. lagi ada yang asyik nih…” ujar Seto ketika ia mendapati Rijal sedang asik meremas-remas payudara Vira. Vira menoleh kearah pintu. Pikirannya kalang kabut. Ia membayangkan apa yang mungkin terjadi pada dirinya pada menit-menit kemudian. Satu orang saja sudah membuatnya takut, sekarang 3 orang lagi akan bergabung melengkapi mimpi buruknya. Tapi ia langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Vira ngeri sendiri membayangkannya. Seto mendekati Vira sambil mengeluarkan sebilah pisau komando dari pinggangnya. Rijal dengan perlahan melepaskan remasan tangannya pada kedua payudara Vira. Ditempelkannya pisau itu oleh Seto ke leher Vira. Tubuh Vira gemetaran. Ia tidak siap untuk mati malam itu. “Lo teriak, gue gorok…!!!” Kemudian Seto mengambil saputangan yang menyumpal mulut Vira. Bibir Vira bergetar ketakutan. Jangankan untuk teriak, untuk bernafas saja dia sangat takut. Tapi diberanikannya untuk berbicara. “Jjjjjangan bbbbbunuh ssssssaya Bang….” pinta Vira. “Yah.. tergantung…. Lo bisa bikin gue gak bunuh elo gak…?!?!?” ujar Seto dingin sambil memotong tali beha di kedua pundak dan belahan dada Vira. Pemandangan yang sangat menakjubkan. Payudara Vira yang mengkal ukuran 36 C dengan putting coklat muda. Kemudian Seto memerintahkan Rijal melepaskan ikatan pada kaki dan tangan Vira. Vira memejamkan matanya. Hal yang ditakutkannya bertambah mendekati kenyataan. Dalam pikirannya, keempat perampok ini akan memperkosanya secara bergantian dan kemudian membunuhnya. “Ya Allah… tttolong ssssayaaa….” ucap Vira lirih. Ia menyesal sekali selama ini tidak berlaku sebagai seorang muslim yang taat. Sholatnya bolong-bolong. Hutang puasa gak pernah dibayar. Hidupnya diisi dengan hura-hura, mabuk-mabukan dan seks dengan pacar-pacarnya. Mungkin ini balasannya di dunia. Dalam keadaan seperti ini terlintas di benak Vira, jika ia masih hidup besok, ia akan menjadi orang yang taat beribadah dan rajin bersedekah. Untuk beberapa saat Seto hanya terdiam menikmati pemandangan indah tersebut. Kulit Vira mulus sekali. Perlahan batang penis Seto mulai mengeras. Seto mundur beberapa langkah sampai akhirnya ia duduk di tepi tempat tidur. “Ayo.. isep kontol gue..!!” Nafas Vira terhenti. Di pejamkan matanya. Suara tangis yang tertahan terdengan dari mulutnya. “Jjjaangan Bang…. Tttolong Bang, jjjjangan…..” “Mau ngisep ato mau gue potong tetek lo…?!?!?” bentak Seto keras. Dengan langkah gontai Vira berjalan kearah Seto dan berlutut di hadapan Seto. Jaja, Sonny dan Rijal hanya melongo membayangkan yang sebentar lagi terjadi. Batang-batang penis mereka sudah menjulang menanti giliran. “Sekarang buka celana gue..!! perintah Seto. “Bbbang… amppppun Bang…” Sambil menjambak rambut Vira dengan kuat sampai tubuh Vira terangkat keatas, Seto berbisik ketelingan Vira. “Sekali lagi lo ngerengek, gue potong leher lo. Trus mayat lo gue perkosa rame-rame..!!!” “Aadduuuhhh…” rintih Vira ketika dijambak Seto. Dengan perlahan Vira melepaskan sabuk Seto, membuka kancing jeans dan menurunkan resletingnya. Ditariknya jeans belel dan bau itu sampai lepas dari kaki Seto. Dari balik celana dalam Seto, terlihat batang penis yang besar tersembunyi dan siap untuk melengkapi mimpi buruknya. Hati Vira makin ciut. Dipelorotkannya celana dalam Seto sampai lepas. Vira terkesima melihat ukuran penis Seto. Selama ini, dia belum pernah melakukan hubungan seks dengan pria yang kemaluannya sebesar Seto. Didekatinya batang penis itu. Sambil memejamkan mata perlahan dimasukkannya kedalam mulutnya. Vira mencoba untuk menahan napas menahan bau tak sedap dari daerah selangkangan Seto yang membuatnya mual. “Ayo isep yang bener..!! kata Seto sambil menarik rambut Vira membuat gerakan maju mundur sehingga penisnya masuk semua ke mulut Vira. “Aahhh…” desah Seto sambil memajamkan mata menikmati sentuhan lembut bibir dan lidah Vira. Vira terus mengeluar-masukkan penis dibantu gerakan tangan seto dikepalanya. Tiba-tiba Seto menjatuhkan badannya dan terlentang diatas tempat tidur sehingga penisnya keluar dari mulut Vira. Diangkatnya kedua kakinya keudara seakan-2 dia duduk di kursi. “Jilatin dubur gue..!!! Dengan persaan jijik Vira mendekati dubur Seto dan mulai menjilatnya. Aroma tak sedap membuatnya mual dan ingin muntah. Selama ini dalam berhubungan seks, biasanya para laki-laki lah yang menjilati selangkangan hingga duburnya bersih. Rasanya memang luar biasa. Tapi kali ini dia yang harus melakukan pekerjaan menjijikan itu. Belum lagi pikiran bahwa pemerkosanya ini tidah cebok dengan bersih. Hal ini membuatnya tambah mual. Tapi ketakutannya membuat ia menahan mual itu. Selama beberapa lama Vira sibuk menjilati dubur dan kedua biji Seto. Ia tidak tau kapan ini akan berakhir. Tiba-tiba Seto bangun dan berdiri di sisi tempat tidur. Batang penisnya yang mengkilat dilapisi ludah Vira tegang menghunus. Dengan kasar Seto menjambak rambut Vira yang sedang berlutut hingga berdiri. Dengan cepat Seto morobek celana dalam hitam, pembungkus tubuh Vira satu-satunya, dengan bantuan pisau komando yang tetap dipegangnya. KREEEK….KREEEKK…. Vira berdiri telanjang bulat tanpa selembar benangpun melindungi tubuhnya. Ia amat malu sekali, membuatnya menunduk sambil memejamkan mata. Tapi ia benar-benar tak berdaya, tak tau harus berbuat apa. Ia hanya pasrah, semoga mimpi buruk ini cepat berlalu. “Mmaama… tttolong Virraa…” ucap Vira pelan disela-sela tangisnya. Seto kembali duduk di tepian tempat tidur. Dengan pelan, ditariknya pinggul Vira dengan kedua tangannya. Kini posisi Vira berdiri tepat di depan Seto yang duduk di tepian tempat tidur. “Ayo, naik..!!” perintah Seto. Vira menaikkan kaki kanannya ke tepi tempat tidur dah diikuti kaki kirinya. Sekarang, posisi muka Seto tepat berhadapan dengan belahan dada Vira. Kedua kaki Vira mengangkang mengapit kedua paha Seto. Dengan pelan Seto mulai melebarkan pahanya, membuat kangkangan Vira semakin lebar. Secara perlahan pula tubuh Vira turun dan lubang vaginanya semakin mendekati batang penis Seto. Vira semakin panik. Penis Seto terlalu besar untuknya. Ditambah vaginanya dalam keadaan kering kerontang. Tapi Vira tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya memejamkan matanya. Air matanya kembali deras mengalir. Kini ujung kepala penis Seto sudah menyentuh ujung vaginanya. “Aduuuuuhhh….. Sakiiiittt….” rintih Vira ketika ujung kepala penis Seto mulai menembus pertahanannya. Seto tidak bergeming. Rintihan kesakitan Vira melah membuat birahinya semakin menjadi. Diremasnya kedua payudara Vira dengan kuat. “Aaaaahhhh…..” Vira kembali merintih kesakitan. Seketika itu juga Seto langsung menarik tubuh Vira kebawah, membuat sisa penisnya amblas, masuk ke liang vagina Vira. “AAAAAAAAGGGGGGGGHHHHHHHHHH……… ..” jerit Vira kencang. Kepalanya melayang ke belakang menahan rasa sakit di vaginanya. Untuk beberapa saat Seto menikmati kehangatan lubang vagina Vira. Tangannya berhenti meremas payudara Vira sebentar, kemudian mulai lagi. Seto juga mulai menciumi dan menjilati leher Vira secara brutal. Secara perlahan Seto mulai mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira yang kering. Dari lambat, bertahap semakin cepat. “AAAGGHHH… EEEKKKHHH… AAAAAAGGGHHHH… UUUGGGHHHHHH….” Suara yang terdengar berulang-ulang dari mulut Vira. Napasnya tersenggal-senggal. Matanya merem-melek menahan sakit di pangkal pahanya. Seto amat menikmati momen ini. Kini kedua tangannya melingkar memeluk Vira dengan kuat, sedang mulutnya asik menjilati payudara Vira dan sesekali menggigitnya. Keringat dengan deras mengucur dari sekujur tubuh Vira. Dalam rasa panik dan sakit yang amat sangat di vaginanya, Vira tiba-tiba merasa liang vaginanya sedikit berair. Ia pun semakin panik. Ia tahu pasti bahwa batang penis Seto telah merobek dinding-dinding vaginanya hingga berdarah. “Sssaaakiiittt…. Ssssaaakitt…. Ssssaaakiittt….” rintih berulang-ulang. Tak berapa lama Seto berhenti memompa penisnya. Ia berdiri dan membalikkan badannya sehingga posisi Vira melayang di tempat tidur. Dihempaskannya tubuh Vira ke kasur hingga jatuh terlentang. Sonny, Jaja dan rijal langsung datang membatu Seto. Jaja memegang kaki kiri Vira, Rijal kaki kanannya. Mereka menarik kedua kaki Vira ke arah yang berlawanan ia mengangkang mengekspos lubang vaginanya yang ditumbuhi jembut-jembut halus. Sedangkan Sonny naik ke atas menarik tangan Vira keatas memperlihatkan kedua ketiaknya yang plontos dan mulus sehingga posisi Vira terlihat seperti huruf Y. Seto mengambil lakban di atas meja dalam kamar itu. Ditariknya sepanjang kurang-lebih 20 cm, dan dirobeknya. Vira memperhatikan apa yang dikerjakan Seto dengan kebingungan. Apa yang akan ia lakukan kepada dirinya? Tanpa diduga, Seto menempelkan lakban tersebut ke vagina Vira sampai lubang duburnya, menutupi juembut-jembut halus Vira. Vira masih belum menangkap maksud Seto. Tiba-tiba, dengan sekuat tenaga, Seto menarik lakban itu secara seketika. “AAAAAGGGGGGGGGGGGGKKKKKKKKHHH HHHHHH……………….” Vira menjerit. Kepalanya kembali melayang kebelakang dan matanya terpejam menahan sakit. Air matanya sampai ikut keluar juga. Dengan sekejab, bulu-bulu jembut Vira tercabut seketika dan kini nempel di lakban. Vagina dan dubur Vira kini mulus tanpa ditumbuhi bulu sedikitpun. Tanpa buang, waktu Seto menerjang tubuh Vira dan kembali membombardir liang vaginanya. “AAAAGGGGHHHH… AAAGGHHHHH… AAAAGGGHHH… AAAGGGGHHH… AAAAGGGHHHH….. EEEKKKHHHHH….” Vira tak dapat berfikir. Otaknya tidak dapat menerima kejadian ini. Yang ada dalam otaknya hanyalah rasa sakit di vaginanya. Ia berharap supaya Seto segera orgasme dan mimpi buruk ini berakhir. Tapi Seto tidah secepat itu. Ia benar-benar membuat Vira semakin menderita. Sementara itu tubuh Vira sudah basah kuyub oleh keringatnya sendiri. Teman-teman Seto memberi semangat pada rekannya yang sedang berada di syurga dunia. “Ayo To… Sikat terus sampe ledess…” kata Sonny. “HAHAHAHAHAHA……” “Jangan berisik, gue mau keluar nih…” Seto mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan batang penisnya ke liang vagina Vira. Ia dapat merasakan sebentar lagi cairan spermanya akan segera keluar. Sementara Vira bertambah panik, khawatir Seto mengeluarkannya di dalam vaginanya. “Jjjangan kkeluarin di dalem Bang… Aaaggghhh….” Seto tidak menggubrisnya. Ia semakin meningkatkan kecepatannya. Sebentar lagi ia orgasme. “Ooooogggghhhhhhhhhh…..” desah Seto sambil memuncratkan spermanya ke dalam vagina Vira. Vira dapat merasakan cairan hangat mulai mengisi rongga vaginanya. “Cccaaabutttttttt Baaaaaang……. Aaaaaggghhhhhh….. Ccccaaabuuuttttt….” rintih Vira sambil berusaha mengeluarkan batang penis Seto dari vaginanya. Tapi usahanya sia-sia. Untuk beberapa saat Seto terdiam, memuntahkan seluruh isi testikelnya. Kemudian ia terkejang-kejang. Setelah itu Seto menjatuhkan badannya ke atas badan Vira. Keringat mereka bercampur. Penis Seto masih tertancap dalam lubang vagina Vira. Dalam keadaan lemas Seto masih sempat meremas-remas payudara Vira sambil mulutnya menciumi mulut Vira. Vira menangis sejadi-jadinya. Ia takut menjadi hamil. Akhirnya Seto bangkit, mencabut penisnya dari vagina Vira yang kini penuh spermanya sambil berkata, “Ayo… giliran siapa sekarang…?” Ketiga rekannya berdiri dan membuka pakaian mereka sampai telanjang bulat. “Jjjaangannnn Bang… Uddaaahhhh…. Ssssaakit….. Gak ssaangggup llagiiii….” rintih Vira memelas. Tapi perampok-perampok itu tidak menggubrisnya. Sementara Vira masih terlentang lemas di atas tempat tidur. Keringat mengalir deras diri sekujur tubuhnya sampai ikut membasahi spey dibawahnya. Perlahan Jaja berdiri menghunuskan penisnya ke arah vagina Vira. “Aaaagggggggghhhhhhhh…..” rintih Vira ketika Jaja memasukkan penisnya sekaligus. Kali ini Jaja tidak terlalu mendapatkan kesulitan dalam menembus pertahanan Vira. Ia terbantu oleh cairan sperma Seto yang masih tertinggal dalam liang vagina Vira. Dengan cepat Jaja mengeluar-masukkan penisnya seperti layaknya ingin memasukkanya sampai ke usus Vira. Tangannya memegang paha Vira, menarik dan mendorong untuk membatu gerakannya. Isak tangis Vira kembali terdengar. “Aaaaggghhhh….. Uugggggghhhhh….. Aaaaggggghhhhhhh…” Kali ini rintihan Vira tidak sekeras sewaktu Seto memperkosanya. Hal ini disebabkan sakit yang ia rasakan sudah sedikit berkurang karna vaginanya sudah tidak seseret tadi. Sementara itu, tanpa disadari Vira, Sonny bergerak dan berlulut diatas dadanya. Ketika Vira baru menyadarinya, Sonny langsung memasukkan penisnya yang sudah bertegangan tinggi itu ke dalam mulut Vira. “Eehheehhhggggg……Yyyyaaaangggg gaaaaaaaaaan wwaaaaaaaaanggggggggggg….” rintih Vira tak jelas. Kini masalah Vira bertambah. Selain rasa sakit pada vaginanya, suplai oksigennya terhambat oleh penis Sonny yang cukup besar. Sonny mengeluar-masukkan penisya dengan cepat sambil menjambak rambut Vira dengan kuat. Dunia Vira kini hanya berkisar antara satu penis dimulut dan satu lagi di vaginanya. Pikiran Vira tak menentu. Ia tak tau kapan perkosaan ini akan berakhir. Apakah perampok-perampok biadab itu akan berhenti setelah mereka puas memperkosanya? “Boss… memeknya manteb benerr….” kata Jaja sembari mengeluar-masukkan penisnya. “Pantes Seto enjoy banget tadi…” “Iye nih, jangankan memeknya, mulutnya aja enak…” jawab Sonny. “HAHAHAHHHHAAH……..” tawa pemerkosa-pemerkosa itu. “Gue berani tarohan, nih cewek pasti emang sering diewek ama temen-temennya.” kata Rijal manambahkan sambil mengelus-elus penisnya menanti giliran. “Aduhhh…. Gue mau keluar nih….” Jaja mempercepat gerakannya mengeluar-masukkan penisnya ke lubang vagina Vira. Ia dapat merasakan orgasme hebat yang sebentar lagi terjadi. Mendengarnya, Vira menjadi panik lagi. Saat ini vaginanya sudah dipenuhi cairan sperma Seto. Apa jadinya bila Jaja menambahkannya. Dia pasti akan hamil. “Aaaaaaggggghhhhhhhh………..” Jaja menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Vira. Ditahannya penisnya di dalam sampai seluruh spermanya keluar. Vira dapat merasakan kembali semburan cairan hangat di dalam lubang vaginanya. Dalam keadaan mulut tersumpal penis Sonny, isak tangis nya kembali terdengar, Tiba-tiba Sonny menarik rambut Vira sehingga seluruh batang penisnya hilang di dalam mulut Vira dan menahannya untuk beberapa saat. Kemudian… “Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhgggggg gggg….” Sonny menyemprotkan spermanya ke dalam mulut Vira. Mata Vira terbelalak. Ia tidak dalam keadaan siap untuk hal ini. Akibatnya, Vira tersedak, dan mau tak mau ia harus menelan seluruh sperma Sonny. Setelah memastikan tak ada sperma lagi yang tersisa, Jaja mencabut batang penisnya dari vagina Vira. Terlihat cairan putih kental menetes perlahan dari lubang vagina turun ke dubur Vira dan akhirnya ke atas sprey. Rupanya vagina Vira sudah kepenuhan sehingga tak cukup lagi menampung sperma Jaja dan Seto sekaligus. Dengan perasaan puas Jaja memperhatikan cairan sperma-nya yang sebagian besar keluar lagi dari vagina Vira. “Wah… bakalan hamil nih cewek…” ujarnya sambil tersenyum puas. “Huahahahhaaa…..” tawa rekan-rekan lainnya, sementara Sonny masih menikmati hangatnya mulut Vira sebelum akhirnya ia mencabut penisnya dari mulut Vira dan duduk di samping kepalanya. Mulut Vira belepotan karna ia tidak dapat menelan semua sperma Sonny. Saat ini Vira terlihat seperti bintang filem porno yang baru melakukan aksi gangbang. Terlentang bugil diatas kasur dengan kedua kaki mengangkang. Keringat memenuhi sekujur tubuhnya membuat tubuhnya mengkilat. Sperma terlihat berceceran di mulut dan vaginanya. Untuk beberapa saat mereka membiarkan Vira tergolek telentang sambil menangis terisak-isak. Kedua tangannya menutupi mukanya menahan malu. Apa salah dirinya sehingga harus mendapat musibah ini. Rijal tidak memberi waktu lama buat Vira untuk beristirahat. Beberapa detik kemudian ia menarik kaki Vira yang sedang telentang keluar dari tempat tidur. Rijal membiarkan pinggang sampai kepala Vira tetap berada di atas kasur. Kemudian dengan sekali gerakan, ia memutar tubuh Vira sihingga posisinya kini tengkurap dengan lutut jatuh ke lantai. Rupanya Rijal akan menyodomi Vira dengan gaya doggie-style. Menyadari yang akan terjadi, Vira berusaha untuk berontak. Ia amat menentang hubungan sodomi. Selama ini beberapa kekeasihnya pernah memintanya untuk melakukan aksi sodomi, tapi tak ada satupun yang dikabulkan. Menurut pandangan Vira, sodomi merendahkan martabat perempuan. Belum lagi penyakit kelamin yang mungkin ditimbulkan. Oleh karna itu kali ini ia berusaha melawan. “Jangaaannnnnnn…. Gaaak maauuuuuu….” Tapi tenaga keempat perampok itu jauh lebih besar dibandingkan dengan dirinya. Seto menahan punggung Vira dengan menekannya ke tempat tidur, sedangkqn Sonny menahan kepala Vira. “Ayo hajar Jal..” kata Seto Melihat perlawanan yang diberikan Vira, Rijal semakin terangsang. Dengan segera ia memasukkan batang penisnya ke dalam lubang dubur Vira. Secara perlahan dimasukkannya ujung kepala penisnya. Lubang dubur Vira masih perawan, sehingga agak sulit untuk menembusnya. “Aaaaagghhhh….” desah Rijal ketika kepala penisnya masuk. “Addduuuuuhhhhhh…. Sakkiiiiiittttt Bannggg… Ampuuunnnnn…. Cabbbbuuuttt Bbaaaaaaang……” Rijal menikmati rintihan Vira. Dimasukkannya sedikit lagi, dan sedikit lagi. Ketika pinis rijal sudah separohnya masuk ke lubang dubur Vira, dengan seketika Rijal mendorong sisa penisnya sekaligus kedalam dubur Vira. “AAAAAAAAAAGGGGGGGGGGGGGHHHHHH HHHH…..” jerit Vira kencang sambil setengah melompat. Kali ini sakitnya jauh lebih parah dibandingkan ketika Seto pertama kali memperkosanya tadi. Vira dapat merasakan Penis Rijal merobek dinding-dinding uterusnya. Ia terus teriak menahan rasa sakit yang amat sangat di liang duburnya. Karna khawatir teriakan Vira dapat memancing kecurigaan tetangga, Jaja, yang masih dalam keadaan bugil, naik ketempat tidur dan duduk di hadapan muka Vira. Ia memberi kode pada Sonny yang menahan kepala Vira. Dalam sekejap, penis Jaja kini menyumpal mulut Vira, menghentikan teriakan kesakitannya. Rijal mulai mengeluar-masukkan penisnya ke dalam liang dubur Vira. Ia amat menikmati sempitnya dubur Vira yang masih perawan itu. Rijal tidak terlalu peduli dengan kemungkinan kotoran-kotoran sisa pencernaan dalam usus Vira akan menempel pada batang penisnya. Ia berkonsentrasi mengeluar-masukkan penisnya saja. Vira mearung-raung dalam kesakitan. Tapi yang terdengar hanyalah desahan desahan dan isak tangis, karna mulutnya tersumpal penis Jaja “Eeeegggghhhh…. Eeeggghhhhh… Eeeggghhhhh… Hhhhuuuggggghhhhhhh….” Rijal tak sanggup menahan orgasmenya lebih lama lagi. Ia memuncratkan seluruh isi testikelnya ke dalam lubang dubur Vira. “AAaahhhhhhhhhhh…..” desah Rijal puas. Ia mendapatkan orgasme hebat yang diikuti dengan kejang-kejang di sekujur tubuhnya. Rijal membiarkan penisnya di dalam dubur Vira untuk beberapa saat dan akhirnya mencabutnya. Diikuti Jaja, mencabut batang penisnya dari mulut Vira. Para perampok dan pemerkosa biadab itu membiarkan Vira terbaring tengkurap lemas. Rijal mendapati penisnya di tutupi kotoran-kotoran sisa pencernaan dari usus Vira. Bau tak sedap mulai tercium. “Anjing… bau banget tai nih cewek…” kata Sonny sambil menutup hidungnya. “Cakep-cakep, tainya tetep aja bau yah Boss…” sambung Jaja. “Yang namanya tai mah sama aja baunya, goblok… Mau tainya Britney Spears kek.. yah baunya kayak gini juga…” jawab Seto sambil tertawa terkekeh-kekeh. “Jal, lo bersihin deh kontol lu di sana.” Lanjut Seto sambil menunjuk kamar mandi di pojokan kamar. “Entar kena penyakit lagi lu…” “Oke Boss…” Rijal kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud, dan membersihkan penisnya sampai bersih. Seto mendekati Vira dan menarik seluruh tubuhnya ke atas kasur dan membalikkan badannya sehingga kini Vira dalam posisi telentang. Vira kini dalam keaadaan tidak sadarkan diri. Sakit pada saat Rijal menyodominya membuatnya pingsan. Dari lubang dubur dan vaginanya, cairan sperma bercampur darah menetes perlahan, menggenangi sprey putih tempat tidurnya. Sejenak mereka menikmati pemandangan ini. Tubuh Vira mendekati sempurna. Sedikit berotot karna dia rajin fitness dan di perindah dengan 2 buah gunung yang besar. “Mati ga Boss..??” tanya Jaja ke Seto. “Enggak, pingsan doang. Kita cabut deh dari sini.” jawab Seto sambil melirik arloji jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul setenagh lima lewat. Artinya, dalam waktu kurang-lebih 4 jam mereka secara bergantian memperkosa Vira. Keempat penjahat itu meninggalkan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri dalam kamar itu. Mereka bergegas ke luar. Mobil Peugeot 206 hitam Vira yang berisi harta rampokan mereka dibawa oleh Seto menuju tempat persembunyian mereka. Sedang anggota rampok lainnya pergi dengan motornya masing-masing. Penutup Vira ditemukan oleh 3 teman laki-lakinya yang akan menjemputnya untuk datang ke acara reuni SMA mereka sekitar jam 9 pagi. Mereka mendapati pintu-pintu di rumah Vira tidak terkunci. Mereka masuk dan mencarinya ke seluruh ruangan dalam rumah. Salah satu dari mereka menemukan Vira dalam keadaan bugil dan tak sadarkan diri di salah satu kamar rumah itu. Sisa-sisa sperma masih terlihat di mulut dan sekitar selangkangannya. Sebelum memanggil ambulans, ketiga temannya itu sempat mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto-foto bugil Vira dalam keadaan pingsan itu. Mereka berencana akan menyebarkan foto-foto tersebut di jaringan internet lewat komunitas dunia maya mereka, ******. Setelah 7 bulan perawatan medis dan psikologis, Vira kembali beraktivitas dalam kegiatan sehari-harinya. Ia sudah mulai bisa menerima kejadian naas pada malam itu. Tetapi ia tak dapat menghapus kejadian tersebut dari memorinya. Sampai kapan pun…

No comments:

Post a Comment