Tokoh dan cerita sepenuhnya fiksi, diperuntukan untuk penikmat cerita sex, buat yang kontra engga usah coment, nikmatin aja dunia kita masing masing.
====Go====
Malam ini tak terlalu cerah, cahanya bulan yang mengintip dari balik awan, dan beberapa bintang di langit yang seolah kesepian, gelapnya malam seolah murung dengan heningnya kampung dukuh. Sebuah kampung di bawah pimpinan sang haji dua kali, bapak haji Muhidin.
Namun situasi malam ini bertolak belakang dengan keadaan di sebuah rumah, disebuah kamar, dua insan sepasang suami istri sedang membakar birahi dalam pergumulan yang panas.
"Oough, rum jangan kenceng kenceng dong ngenjotnya, tar kontol abang patah...egh...egh...egh..."
"ouugh...baaang, memek rum ga tahan...eeengh...enak bang..."
Robi yang berada dibawah tampak kualahan menghadapi gempuran dari rumana yang melonjak lonjak dengan semangatnya di atas tubuh robi dengan kontol yang menancap.
"Rum...Aaargh...abang dah ga kuat rum...ough...abang mau keluar...".
"Aaangh...jangan keluar dulu bang...Engh...ough, rum belum puas bang..."
"AAAAAARRGH...abang keluar rum, ough...ough...ough..."
"bang robiii...aangh, rum belum puas bang..."
Rumana terus saja melonjak lonjak sampai akhirnya kontol robi yang menciut lepas dari cengkraman memeknya, sejenak rumana terdiam dengan expresi kecewa, sementara robi memejamkan mata dengan nafas tersengal sengal kelelahan.
Tak lama kemudian robi terlelap, sementara rumana beranjak dari atas tubuh robi, dengan birahi yang masih tinggi tentunya rumana merasa gusar, dan akhirnya rumana mengambil senjata pamungkasnya.
"engh...hsstt...engh...ough..."
Disamping suaminya yang terlelap pulas rumana mencari kepuasan sendiri dengan mengocok liang memeknya dengan senjata pamungkasnya sebuah dildo.
sambil meremas tete nya sendiri dan mata yang merem melek rumana sangat menikmati hantaman dildo di memeknya.
"Aiih...aiih...AAAAEEEEHHH...Ough...ough...ough"
Akhirnya rumana mencapai kepuasannya setelah bekerja keras sendiri selama 30 menit, dan dalam keadaan masih telanjang, rumana ikut terlelap disamping suaminya.
Rumana, meskipun ia berhijab tapi nafsunya sangat besar bahkan robi suaminya sering kualahan melayani nafsu rumana.
Menjelang pagi, udara masih terasa dingin langit pun masih muram menanti sinar mentari.
"rum...rum...udah pagi" robi membangunkan istrinya yang masih terlelap di balik selimut.
"eehm...rum masih ngantuk bang.." sambil menyingkap selimut rumana menggeliatkan tubuhnya, tentu dalam keadaan yang masih telanjang hal ini akan sangat menggairahkan karna tete rumana akan semakin membusung.
"iya...abang cuma mau pamit berangkat kerja...".
"oh...yadah, hati hati dijalan..."
Rumana mencium tangan suaminya, dan robi membalas dengan ciuman di kening
"yadah abang kerja ya, assalamualaikum...".
"waalaikumsalam...".
baru dua langkah robi menjauh dari rumana, langkahnya terhenti seperti ada sesuatu yang terlupakan.
"kenapa bang, ada yang lupa...?"
Robi berbalik arah dan tanpa menunggu lama robi langsung menubruk rumana yang masih dalam keadaan telanjang bulat, tanpa kompromi robi langsung melumat bibir rumana dan meremas tete nya dalam tindihan tubuhnya.
"rum...sebentar aja, puasin abang"
Robi bangkit dari tubuh rumana yang terlentang dan membuka ikat pinggang, celana dan melorotkan beserta CDnya, mengacunglah kontol robi yang tak seberapa besar di hadapan rumana.
Rumana langsung meraih kontol suaminya hendak di masukan kedalam mulutnya, namun segera di tahan oleh robi.
"rum abang mau langsung aja, rum nungging ya...".
"yadah tapi ludahin dulu memek rum bang, kan memek rum masih kering..."
tanpa disuruh dua kali rumana langsung nungging memamerkan bongkahan pantat yang membuat robi semakin bernafsu, robi beberapa kali meludahi tangannya dan mengusapkannya ke memek istrinya, dan langsung mengarahkan kontolnya ke liang memek rumana, dengan satukali hentakan kini kontol robi menusuk jauh ke dalam sorga dunia para lelaki.
"Aaauh...bang...ayo bang yang kenceng enjotnya...eeengh...memek rum udah enaaakh...".
"Agh...iya rum...memek rum enak banget...ough..."
"truuus...trus bang robi...aaach...enakh baaangh...ouch...ouch...ouch"
"RUUUMAAANAAA...AAARGH...ough...ough...ough"
Tak sampai 15 menit robi sudah menyemburkan laharnya di dalam memek istrinya, tak lama robi mencabut kontolnya dan mendorong tubuh rumana kesamping sampai terlentang, dan mengarahkan kontolnya ke mulut sang istri.
"rum bersihin kontol abang dong..." dengan telaten rumana menghisap kontol suaminya yang mulai lunglai sampai bersih dari sisa sperma.
Selesai Robi langsung merapihkan celananya dan meninggalkan istrinya dalam keadaan bugil, dengan nafsu yang belum tertuntaskan, lagi lagi rumana harus mencari kepuasannya sendiri.
Rumana membuka laci yang berada di samping tempat tidurnya dan mengambil senjata pamungkasnya sebuah dildo kesayangannya.
"eeengh...hsssttt...eeengh...ough...eeengh...aaach..."
sambil mengocok dildo di memeknya, rumana membayangkan andai saja kontol suaminya sebesar dildo ini dan sekuat dildo ini, maka hidupnya akan sempurna.
Baru sesaat menikmati hantaman demi hantaman dildo di memeknya, kenikmatannya harus terganggu dengan ketukan pintu dari luar.
tok...tok...tok
"assalamualaikum..."
"assalamualaikum..."
Ingin rasanya rumana mengabaikan salam tersebut, namun konsentrasinya sudah pecah dan tak dapat lagi menikmati kegiatan sex nya, sambil menggerutu rumana memakai daster lengan panjang berbahan tipis warna biru tanpa mengenakan daleman sehelaipun, dan jilbab model bergo untuk menutupi rambutnya yang kusut akibat pertempuran semalam.
"siapa sih pagi pagi gini namu..."
Rumana melangkah keluar kamar dan menuju pintu rumah, setelah membuka pintu ternyata yang datang dua hansip malih dan tarmizi.
"pagi...rumana...komandan boz haji rw nya ada..." malih sedikit tertegun melihat tampang kusut rumana.
"Abah lagi di bantar kambing, di rumah ki daud emangnya bang malih dan bang tarmizi ada perlu apa sama abah..."
"gini rum...secara logika inikan dah akhir bulan jadi kita mau minta uang bulanan hansip, secara beras di rumah dah kosong banget"
Rumana merasa kasihan juga, kalo harus nunggu abahnya pulang dari bantar kambing bisa bisa keluarga malih dan tarmizi kelaparan.
"yadah bang malih dan bang tarmizi masuk aja dulu..." langkah rumana di ikuti oleh malih dan tarmizi ke ruang tamu, namun dari belakang tampak daster yang di kenakan rumana menyelip di belahan pantatnya, sampai sampai malih dan tarmizi menelan ludah mereka sendiri.
"gila tar...lo liat kaga, pantatnya rumana..."
"iya lih, menurut ana lih rumana ga pake celana dalem, abisnya daster sampe nyelip gitu..."
"jangan jangan nih tar, rumana abis ngentot sama robi..."
"dan jangan jangan, rumana juga ga pake BH...hik...hik...hik..."
sementara rumana di dalam kamar menyiapkan 2 amplop berisi 500 ribu, tiba tiba terbersit dalam pikiran rumana untuk menggoda malih dan tarmizi, toh selama ini rumana tak pernah puas dengan permainan suaminya, dan bukan sekali dua kali rumana menyuruh robi terapi membesarkan kontol tapi tak pernah di gubris, jadi jangan salahkan kalo istrinya mencari kepuasan dari orang lain, siapa tahu dengan di entot dua orang sekaligus rumana bisa lebih puas.
Keluar dari kamar rumana pun menghampiri malih dan tarmizi, dan tanpa di sadari ternyata daster yang dikenakan rumana tampak basah di sekitar area selangkangan, di tambah lagi puting tete rumana yang menjiplak samar karena rumana tidak menggunakan BH.
"jadi gini bang malih dan bang tarmizi, abah kan pulangnya masih minggu depan, jadi untuk sementara uang bulanannya rum talangin separo, sisanya nanti pas abah pulang" rumana menjelaskan sambil menyerahkan dua amplop berisi uang ke malih dan tarmizi.
"ga apa apa rum, malah kita terima kasih banget sama rumana udah nalangin uang bulanan kita...iya ga tar"
"bener banget tuh malih...untung ada rumana, kalo ga, ga tahu lagi deh anak bini kita mw makan apa..." sambil menerima amplop mata malih dan tarmizi terus mengekor ke arah tete rumana yang tampak putingnya menjiplak dari balik daster tipis yang di kenakan rumana.
Tampaknya rumana menyadari apa yang sedang di perhatikan malih dan tarmizi.
"bang malih dan bang tarmizi liatin apa sih...ada yang aneh sama rum...".
"e...e...engga rum, ga liat apa apa ko..." malih tampak salah tingkah diikuti sikap tarmizi yang langsung mengalihkan pandangan keseliling ruangan.
"rum tahu ko bang malih sama bang tarmizi lagi liatin apa, nanti rum laporin ke abah loh...". Rumana mulai melancarkan strateginya
"yaaah, jangan dong rum, bang malih minta maaf deh bang malih khilaf"
"iya rum bang tarmizi juga minta maaf, jangan di laporin ke komandan bos haji rw..."
rumana tersenyum manis melihat tingkah malih dan tarmizi.
"yadah, rum maafin tapi ada saratnya...bang malih harus gendong rum ke kamar, trus bang tarmizi kunci pintu depan abis itu ikut kekamar rum..."
malih dan tarmizi hanya bengong sebenarnya mereka sudah menduga apa yang akan terjadi, seorang wanita cantik minta di temani di dalam kamar, tapi ini terlalu mengejutkan.
"KO DIEM SIH...MAU GA, ATAW RUM LAPORIN AJA KE ABAH..." rumana membentak mereka sontak malih langsung menghampiri rumana dan tarmizi langsung kearah pintu depan untuk menguncinya.
Malih membopong tubuh sintal rumana, hanya terbalut daster tipis tentu lekuk tubuh rumana sangat terasa di tangan malih, sementara rumana mengalungkan tangannya di leher malih.
Sesampainya dikamar malih meletakan tubuh rumana diatas ranjang yang biasa di pakai bercinta bersama suaminya, malih hanya terpaku tak tahu apa yang harus dilakukan.
"bang malih, hampir tiap malem rum di entot bang robi, tapi rum ga pernah puas, bang robi cuma gede nafsunya doang, bang malih mau kan entotin rum, bergantian sama bang tarmizi, puasin rum bang malih..." rumana yang terbaring menarik tubuh malih ke arahnya.
Malihpun tanpa ragu langsung melumat bibir rumana, tentunya sambil meremas tete ruamana, melepaskan jilbab bergo rumana dan langsung menjalarkan lidahnya ke leher rumana.
Malihpun tanpa ragu langsung melumat bibir rumana, tentunya sambil meremas tete ruamana, melepaskan jilbab bergo rumana dan langsung menjalarkan lidahnya ke leher rumana.
"eeengh...ough, bang malih...daster rum di buka aja bang..."
malih menghentikan aktifitasnya diikuti rumana yang bangkit berlutut, tanpa kesulitan berarti daster rumana di tanggalkan, malih makin melotot sambil menelan ludah, menyaksikan keindahan tubuh rumana, tanpa terkontrol malih langsung menyerbu tete rumana ,melumatnya bulat bulat.
"oOOUUugh...bang malih, isep trus bang...aAAAagh...enaaakh...truuush...ough...".
Malih terus melumat bongkahan tete rumana, membenamkan wajahnya diantara belahan tete rumana, tiba tiba pintu kamar terbuka membuat malih dan rumana terkejut dan menghentikan aktifitasnya.
"ya elah, elo tar kirain siapa, ganggu gue aja loh..." ternyata tarmizi yang masuk, dengan terperangah tarmizi perlahan mendekati malih dan rumana.
"ente kaga salah malih, " tarmizi makin bingung melihat rumana yang tersenyum senyum.
"ga salah ko bang tarmizi, rumana yang nyuruh bang malih ngisepin tete rum...".
"iya tar, gue bukan lagi merkosa rumana, tapi rumana sendiri yang minta di entotin..." malih melanjutkan aktifitasnya kali ini malih memeluk rumana yang sedang duduk di ranjang sambil meremas tete dan menjilati leher rumana dari belakang.
"Eeengh...ough...bang maliiih...entar dulu dong...".
"Apa lagi sih rum...bang malih dah ga tahan nih, secara kontol bang malih dah tegang bener nih..."
"sabar dong, coba liat rum udah bugil gini masa bang malih masih pake baju...bang tarmizi juga kalo mau ikut buka bajunya dulu dong...".
malih langsung beranjak dari tempat tidur dan menanggalkan satu per satu pakaian yan melekat di tubuh nya
"eh tarmizi ayo cepet buka baju lo, emang kaga mau lo, ngentot sama perempuan paling cantik di kampung dukuh..."
"mau lah, ya ampuun ngimpi apa ane semalem bisa ngentot sama bidadari kaya rumana..."
Sedangkan rumana menantikan dua hansip melepaskan pakaian sambil duduk di tepian kasus, rumana tersenyum melihat malih dengan perut buncitnya tapi bukan itu yang terpenting, yang terpenting adalah benda yang mengacung di bawah perut mereka.
"bang malih, bang tarmizi sini dong rum kan mau pegang kontol bang malih sama bang tarmizi..." rumana menggapai kontol mereka dengan kedua tangannya, kontol tarmizi sedikit lebih besar.
"ehm...bang malih kontolnya gede, kalah kontol bang robi...tapi kontol bang tarmizi lebih gede, lebih panjang, rum bisa kelojotan nih dientot sama kalian berdua".
Rumana terus mengocok kontal mereka berdua.
Rumana terus mengocok kontal mereka berdua.
"aduh...tar baru di kocok pake tangan aja udah enak bener..."
"iya lih, apalagi kalo di kocok pake mulut, ataw paling enak pake memeknya...ajiiip" malih dan tarmizi tampak terlena sambil sesekali membelai rambut rumana.
"emang bang malih sama bang tarmizi mau kontolnya rum isepin" rumana menatap malih dan tarmizi yang langsung mengangguk.
Pertama rumana memasukan kontol malih ke mulutnya, di hisap dan dikocok di dalam mulutnya.
"Ouugh...ga nyangka rumana jago ngisep kontol...eghhh...terus isep rum...".
"eh...lih gantian dong, kontol ane juga pengen ngerasain service mulutnya rumana..." tarmizi protes padahal baru sebentar juga rumana menghisap kontol malaih.
"iya bang tarmizi, sabar dong, mulut rum kan cuma satu...sini dong bang kontolnya mau di isep ga..." tarmizi langsung menyodorkan kontolnya ke mulut rumana...
"ough...kaga salah ente lih sepongan rumana emang aziiip..."
rumana terus memaju mundurkan mulutnya walaw aga susah karna ukuran kontol tarmizi emang besar. Sementara malih berusaha meraih tete rumana dari belakang meremasnya dengan keras.
"OOOUGH...TETE RUM SAKIT BANG MALIH...PELAN PELAN DONG...". Rumana mengeluh
"eh lih kira kira dong, meres tete orang jangan disamain ama meres cucian...kontol ane jadi berenti di sepong kan..."
"iya maaf, abis gue gemes banget sama tetenya rumana, eh tar gue dah kaga tahan nih, kita entot rumana sekarang aja yu...".
Rumana yang mendengar itu langsung protes.
"ih...engga...engga kalo bang malih dan bang tarmizi mau ngentot rum, harus jilatin memek rum dulu sampe muncrat...baru boleh ngentotin rum..."
"boleh, siapa takut..." tarmizi langsung mendorong tubuh rumana sampai terlentang.
"lih...ane apa ente yang jilatin memek nya rumana.."
"gue aja tar, secara gue udah pengen banget ngerasain peju cewe tercantik di kampung dukuh"
Tanpa menunggu komando lagi malih langsung mengambil posisi di depan selangkangan rumana, sementara tanpa disuruh rumana langsung mengangkangkan kakinya.
"bang malih, bang tarmizi, puasin rumana ya..." rumana menarik salah satu tangan tarmizi dan menempelkannya ke tetenya, sontak tarmizi langsung meremasnya.
Sementara malih langsung menjilati dan menyedot memek rumana, membuat pemiliknya belingsatan.
"Eeengh...iyah trus bang malih...engh...AAAWW...iyah itilnya bang malih...enakh...ough..."
sementara tarmizi masih meremas tete rumana, sambil memandang rumana yang merem melek menikmati jilatan malih tak berapa lama tarmizi langsung melumat bibir rumana, menjalar keleher, trus dan bermuara di kedua bukit kembar milik rumana.
"AAAAGH....ENAAAKH...OUGH...AYO BANG MALIH...BANG TARMIZI...PUASIN RUUUM...ISEP TRUS...JILAT TRUS...." rumana sudah semakin kesetanan menikmati serbuan dua hansip kampung dukuh.
Susah payah malih dan tarmizi menahan geliat tubuh rumana yang semakin tak terkontrol.
"AMPUUUN...BANG MALIH, RUM DAH GA KUAAAT...EEENGH...ENAKH...RUM MAU KELUAAAAR...AAAAAAGGGHH...OUGH....OUGH...OUGH..." tubuh rumana beberapa kali menegang dilanda orgasme di pelukan malih dan tarmizi, sementara malih menyeruput cairan orgasme rumana sampai puas.
Tak berapa lama malih langsung mengarahkan kontolnya ke memek rumana, menyadari hal ini rumana langsung protes.
"Aaach...bang malih jangan dimasukin dulu, memek rum masih ngilu...EEENGH...".
"maaf rum, bang malih udah ga tahan banget, udah nanti juga enak..." malih langsung memasukan kontolnya sedikit aga sulit mungkin lobang memek rumana belum menyesuaikan dengan ukuran kontol malih.
"egh...sial nih memek masih sempit aja...Eeeegh..."
"ouuugh...bang maliih...ngilu baaang...ooouugh pelan pelan bang..."
perlahan tapi pasti kontol malih akhirnya terbenam sepenuhnya, menikmati jepitan memek rumana di seluruh batang kontolny.
malih mulai memaju mundurkan kontolnya perlahan, sementara rumana terus meringis sambil tete nya di remas remas tarmizi.
"eegh...sory ya tar, gue entotin rumana duluan, secara kontol lo kan lebih gede, jadi kalo lo duluan yang ngentot nanti pas giliran gue dah longgar".
"santai aja lih, ane faham, lagian ane lagi demen banget maenin tetenya rumana, sekel aziiip..."
lambat laun malih mulai mempercepat sodokannya membuat tubuh rumana terguncang guncang.
"EEENGH...OUGH...TRUS BANG MALIH...ENTOTIN MEMEK RUM, AAAEEEGH...IYAAAH...ENAAAKH BAAANG...TRUSSS..."
"(plok...plok...plok) SIAAAL NI MEMEK ENAK BANGET...EGH...GIMANA RUM KONTOL BANG MALIH ENAKH...GACH...(plok...plok...plok)"
"Enak bang, kontol bang malih lebih enak dari pada kontol bang robi, Eeengh...ouugh...TRUUUUS BAAANG LEBIH KENCENG..." Malih semakin memacu kontolnya kebih kencang.
sementara tarmizi masih asik dengan tete rumana, sesekali sambil menyemangati malih.
"hajar terus malih, jangan kasih ampun enjot terus memek rumana...ha...ha...ha..."
rintihan, deru nafas, suara benturan dua selangkangan yang saling menghantam menjadi irama yang erotis membakar nafsu siapa saja yang mendengarnya.
"SIAAAL...KONTOL GUE DAH KUAT...OUGH...OUGH...RUM KONTOL ABANG MAU MUNCRAT NIH...ENGH...MAU DI KELUARIN DI MANA..."
"Di dalem aja bang...memek rum lagi enak banget...aaagh..."
"AAAAAARRRGGH...ABANG KELUAAAR RUUUM...OUGH...OUGH...OUGH...ENAAAK..." akhirnya malih KO duluan, tentu saja rumana yang masih berapi api langsung meminta tarmizi mengambil alih posisi malih.
"Bang tarmizi ayo cepet masukin kontolnya"
berbeda dengan malih, tarmizi mengangkangkan kaki rumana selebar lebarnya dan menekuknya kearah tete dan menahannya dengan tangan yang menopang tubuhnya.
"EEEEENGH...BANG TARMIZI KONTOLNYA GEDE BANGEEET...AUUUWH..."
"Kenapa rum kontol abang kegedean, sakit ya..."
"Iya bang gede, tapi enak bang...enggh...ayo bang di enjot memek rum...puasin rum bang, entotin rum sesuka abang"
tarmizi langsung tersenyum licik, dan langsung memacu kontolnya, tubuh rumana terguncang dengan cepat.
"AAAAAAACCCHH...BAAAANG...AMPUUUUN...IYAAAH...TERUUUS..."
"ANJIIING NIH MEMEK...AZIIIP...RUM PENGEN KONTOL GEDE KAN, RUM PENGEN DI ENTOT KAN, RUM PENGEN DI PUASIN KAN...MAKAN NIH KONTOL ABANG..."
"IYAAAH BAANG...RUM SUKA KONTOL GEDE, RUM SUKA DI ENTOT, PUASIN RUM PAKE KONTOL BANG TARMIZI...AAAANGH...TRUS BANG, HAJAR MEMEK RUM PAKE KONTOL GEDE...OOOUGH EEENAAAKH..."
Rumana dan tarmizi semakin kesetanan, sedangkan malih hanya bersandar di tempat tidur sambil memperhatikan tarmizi yang menyiksa rumana dalam birahi.
"TENANG AJA RUM...KONTOL ABANG BAKAL PUASIN MEMEK RUM...EGH...EGH...EGH...".
"BANG TARMIZIII, MEMEK RUM MAU KELUAR...AAACH...OUCH..."
"KELUARIN AJA RUM...ABANG BAKAL BIKIN MEMEK RUM KERING KEABISAN PEJU...OUCH...MAKIN ENAAAKH...NI MEMEKH..."
"AAAAAACH...KONTOOOL...ENAAAKH...OUGH...OUGH...". Akhirnya rumana orgasme hebat, tubuhnya melejang lejang, matanya terpejam.
"bang tarmizi, istirahat sebentar ya, rum capek banget."
tarmizi mencabut kontolnya tapi bukan untuk istirahat melainkan berganti gaya.
tarmizi membalikan tubuh rumana dalam posisi nungging, berapa kali tarmizi mengusap dan mencium pantat rumana bahkan sempat menamparnya beberapa kali, hal ini membuat rumana khawatir kalo kalo dia bakal di sodomi.
"angh...bang tarmizi mau ngapain, tolong jangan sodomi rum bang..."
"tenang rum...abang masi doyan memek rumana ko..." tarmizi langsung mengarahkan kontolnya dan melesakan ke dalam memek rumana, sebelum menggoyang tarmizi berusaha meraih tete rumana.
"aduuuh bang...memek rum masih ngilu...ga boleh apa istirahat sebentar..."
"ga boleh rum...katanya bang tarmizi boleh ngentotin rumana sesuka hati...ha...ha...ha...rasain nih kontol abang" tarmizi langsung menghajar memek rumana, tubuh mereka sudah bermandikan keringat yang terbakar oleh nafsu, rambut rumana pun sudah kusut.
"AAAACH...JANGAN CEPET CEPET DULU BAAANG...EEENGH MEMEK RUM MASIH NGILU...OUUUGH".
tarmizi tak perdulikan keluhan rumana, malah semakin gencar mengenjot dan meremas tette rumana.
"SETAAAAN...SAKIT TETE RUM BANG...JANGAN KENCENG KENCENG NGEREMESNYA ANJIIING..."
"ABANG GA KUAT NAHAN NAFSU RUM...TUBUH RUM ENAK BANGET BUAT DI ENTOOOT...AAACH..."
akhirnya lambatan laun rasa ngilu dan sakit berubah menjadi sensasi yang belum pernah dirasakan rumana sebelumnya. Memeknya semakin terasa gatal dan semakin nikmat akibat sodokan kontol tarmizi yang terasa penuh dan mentok. Erangan rumana pun semakin menggila, mengeluarkan sisi liar dan kebinalan rumana.
"ANJIIING...ENAK BANGET BAAANG...AAAACH...TRUS BANG...OOUUGH...ENTOT RUM BANG...AAAACH...KONTOL BANG TARMIZI ENAAAAAKH...".
"ANJIIING...ENAK BANGET BAAANG...AAAACH...TRUS BANG...OOUUGH...ENTOT RUM BANG...AAAACH...KONTOL BANG TARMIZI ENAAAAAKH...".
"DASAR JABLAY...LONTE...RASAIN KONTOL ABANG...EGH...EGH...EGH..."
Sudah sekitar 20 menit tarmizi menghajar memek rumana dalam posisi dogy style, tapi belum ada tanda tanda tarmizi akan ejakulasi, malah rumana yang sepertinya akan ejakulasi lagi...
"ehg...ehg...ehg...gimana rum ehg...ehg...ehg...masih sanggup lawan kontol ane..."
"EEEEENGH...ACH...ACH...ACH...MEMEK RUM GA KUAAAT BANG...ACH...ACH...ACH...EEEEEENGH...YANG CEPET BAAANGH...ACH...ACH...ACH...MEMEK RUM MAU KELUAR LAGIII..EEEENGH...."
"rasain nih gempuran kontol ane...ACH...ACH...ACH...MAKAN NIH KONTOOOL...."
kini posisi rumana menungging tanpa bertumpu lagi pada tangannya, kepalanya sudah mendarat di kasur, tubuhnya terguncang guncang akibat gempuran tarmizi, exspresi wajahnya seperti orang yang meringis kesakitan, sampai tak berapa lama pun akhirnya rumana menggapai orgasme yang kesekian kali.
"AAAAAAAACCCHHH....ENAAAAKH...BAAANGH...OUCH...OUCH...ouch...ouch..." tubuh rumana mengejang beberapa kali sampai akhirnya melemah.
Tarmizi mencabut kontolnya membuat rumana jatuh kesamping, tarmizi langsung membalik posisi rumana ke posisi terlentang, tampak rumana yang masih terengah engah, dengan tubuh berkeringat dan rambut yang tampak kusut.
Rumana hanya menatap sayu sosok tarmizi yang berlutut di hadapannya, apa lagi melihat kontol tarmizi yang masih tegak menantang membuat rumana takjub.
"bang tarmizi...kuat amat sih...ayo bang entot rum lagi, rum pengen puasin kontol bang tarmizi...entotin rum sampe abang puas" rumana mengangkangkan kakinya lebar lebar di hadapan tarmizi yang tersenyum lebar.
"yadah kalo rumana masih kuat, abang entotin rumana sampe pingsan...he...he...he..." tarmizi mulai mengarahkan kontolnya yang seperti pentungan hansip ke memek rumana.
"eeengh...ouch...bangh...awhhh..." rumana merintih menikmati melesaknya kontol tarmizi, walaw masuk dengan lancar tetap saja sisa orgasme tadi memberi efek ngilu.
Setelah dirasa mentok tarmizi langsung menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh mulus milik rumana, pertemuan dada tarmizi dengan bulatan tete rumana memberikan sensasi tersendiri, rupanya tarmizi ingin bermain lebut.
sambil mengoyang pantatnya perlahan tarmizi mulai melumat bibir rumana saling membelit lidah mereka
"ehhmmmppp...ehhmmppmmuach..." birahi rumana pun mulai naik lagi tangannya memeluk kepala tarmizi dan kakinya juga mengait di pantat tarmizi, sambil ikut menggoyangkan dan menaikan pantatnya menyambut kontol tarmizi.
tak lama ciuman tarmizi beralih ke leher rumana membuat desahan rumana semakin kuat.
"eeengh...ouch...trush bangh...ouch...enaaach...eeengh..." pelukan rumana semakin erat goyangan tubuh tarmizi seakan memijat tete nya yang semakin menambah kenikmatan.
setelah beberapa saat tarmizi membalikan posisi sehingga rumana berada di atas tubuh tarmizi
"ayo rum, sekarang rumana yang goyang kontol abang..." kini rumana bertumpu pada kedua tangannya dengan memek menancap di kontol tarmizi dan mulai menggoyang, menaik turunkan pantatnya.
"EEENGH...BANGH...ENAKH...OUCH...BANGET..." rumana mulai mempercepat gerakannya tubuhnya melonjak lonjak, tetenya terpental kesana kemari sampai akhirnya di tangkap tarmizi, di remas kadang di cium
"RUM...TRUS RUM...ARGH...ENJOT YANG KENCENG OOOUGH...."
"BAAANGH...RUM GA KUAAAT....RUM MAU...OUCH...OUCH...KELUAR....LAGI...."
"TRUUUSH...RUM...ABANG MAU KELUAR...JUGA....AAAAAAAACH..."
"BAAAAANGH....ENAAAAAACH...OUCH...OUCH..."
akhirnya tarmizi menyemprotkan sepermanya ke rahim rumana dan di susul orgasme rumana.
rumanapun jatuh di pelukan tarmizi dan mereka tertidur dengan kontol tarmizi yang masih menancap.
rumanapun jatuh di pelukan tarmizi dan mereka tertidur dengan kontol tarmizi yang masih menancap.
sementara di luar rumah
"assalamualaikum...ruum...cing mahmud nih...pada kemana sih sepi amat..." rupanya mahmud yang hendak bertamu, karna tak ada jawaban mahmud mencoba lewat pintu belakang siapa tahu rumana sedang masak di dapur jadi ga kedengeran.
saat melintas di samping rumah tanpa sengaja mahmud melihat gorden di kamar rumana terbuka sedikit, dan alangkah terkejutnya mahmud mendapati rumana tidur di pelukan tarmizi tanpa busana.
mahmud langsung naik pitam dan langsung masuk dari pintu belakang untuk melabrak mereka
No comments:
Post a Comment