rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Thursday, 2 October 2014

Muslihat Kakek Dewo 10

Seperti biasa, sehabis memasak dan bersih-bersih rumah, Nyai Siti akan pergi ke kamar Dewo untuk membangunkan laki-laki itu. Dan seperti biasa juga, caranya membangunkan Dewo adalah dengan menyepong kontolnya. Dewo terbangun ketika merasakan ada tangan halus yang menggerayangi kontolnya, ia membuka mata dan melihat Nyai Siti yang duduk di tepi ranjang sambil cepat sekali mencopoti bajunya hingga telanjang. Hanya jilbab lebar yang ia biarkan menutupi rambutnya yang panjang. Sambil tersenyum, Nyai Siti langsung menghisap kontol Dewo. Ia kulum habis dan jilat-jilat benda panjang itu penuh nafsu, sambil tak ketinggalan juga biji pelernya ia pijit-pijit ringan. ”Yang beginian aja kok banyak yang nyari ya?” kata Nyai Siti sambil terus melomot kontol panjang Dewo. Dewo cuma tersenyum mendengarnya. Ia biarkan Nyai Siti terus mempermainkan batang penisnya sementara ia sendiri membalas dengan meremas dan memijit-mijit bulatan payudara perempuan cantik itu yang kini kelihatan makin besar dan mengkal saja akibat sering ia pegang-pegang. Lagi enak-enaknya, tiba-tiba masuklah dua orang ke kamar itu. Dewo dan Nyai Siti serentak menoleh kaget, tapi segera menarik nafas lega saat tahu kalau itu cuma Rohmah dan Wiwik yang akan berangkat ke sekolah. ”Mi, berangkat dulu,” pamit Rohmah pada ibunya. Nyai Siti mengangguk mengiyakan. Ia lepaskan kontol Dewo sebentar untuk menyalami Rohmah dan Wiwik. ”Ih, Paman... nggak ada bosan-bosannya, ngaceng terus,” goda Wiwik sambil menggenggam pelan kontol Dewo. Nyai Siti tersenyum saja melihat ulah adiknya itu. ”Iya, bikin pengen aja.” Rohmah nimbrung dengan ikut memegang dan mengocoknya lembut. ”Eh, sudah-sudah… nanti kalian bisa terlambat sekolah,” sergah Nyai Siti begitu melihat Rohmah dan Wiwik mulai menunduk untuk menciumi kontol panjang Dewo. Dewo hanya tertawa saja melihat kontolnya jadi rebutan. ”Iya, kalian sekolah dulu. Nanti sore, kalian baru boleh mainin kontol paman sepuasnya.” kata Dewo sambil meremas dada Rohmah dan Wiwik secara bergantian. Dengan berat hati kedua gadis itupun melepaskan kontol panjang Dewo. Diiringi anggukan dari Nyai Siti, mereka keluar dari kamar. ”Janji ya, Paman, nanti sore?” kata Wiwik sebelum menutup pintu. ”Iya,” Dewo mengangguk sambil menarik kembali kepala Nyai Siti agar sekali lagi mengulum batang penisnya. ”Tusuk di memek sama anusku ya?” timpal Rohmah. “Iya, iya, pasti dikasih sama Paman Dewo. Sekarang kalian sekolah dulu, cepat berangkat sana!” usir Nyai Siti melihat kedua anak gadisnya yang masih berat meninggalkan kamar. Rohmah dan Wiwik tertawa cekikikan melihat Nyai Siti yang mulai uring-uringan karena nafsu kenikmatannya terganggu. Sepeninggal mereka, dengan gairah menggebu-gebu, Nyai Siti langsung berjongkok di atas kontol Dewo. Dia pegang dan masukkan benda coklat panjang itu ke lubang vaginanya, dan lalu mulai menggenjotnya naik-turun sambil menghadap pada Dewo sehingga laki-laki itu bisa leluasa mempermainkan dan meremas-remas tonjolan payudaranya sementara ia sendiri berkuda. Sekitar 7 menit mereka dalam posisi seperti itu sebelum pintu kamar kembali terbuka. Kali ini Kyai Kholil yang masuk. Nyai Siti sempat menghentikan gerakannya sejenak, tapi segera menggoyang kembali saat mengetahui kalau Kyai Kholil cuma menanyakan dimana Nyai Siti menyimpan lauk untuk sarapan. ”Ahh... a-ada di d-dalam lemari...” sahut Nyai Siti dengan nafas ngos-ngosan dan tubuh mulus mengkilat karena keringat. Dewo sendiri cuma tersenyum dan mengangguk, tangannya dengan nakal terus menjamah dan meremas-remas payudara Nyai Siti yang putingnya kini kelihatan kaku dan menegang. Seperti sudah diceritakan di episode lalu, Dewo sudah berhasil memelet Kyai Kholil. Laki-laki itu kini sudah seperti orang ling-lung, sama sekali tidak marah meski mengetahui istrinya main gila dengan Dewo. Malah yang lebih gila lagi, Kyai Kholil juga ikut-ikutan. Ia sudah tidur dengan Wiwik, dan kemarin malam -atas bantuan Dewo- ia juga tidur dengan Imah. Hanya Rohmah yang masih belum karena sedikit kesadaran di pikiran Kyai Kholil melarangnya untuk meniduri anak sendiri. Pelet Dewo masih belum bisa menjangkau kesana. Mengangguk mengiyakan, Kyai Kholil keluar dari kamar, meninggalkan Dewo dan Nyai Siti menyelesaikan urusan mereka. Ia bergegas pergi ke dapur dan menyiapkan sarapannya sendiri. Tapi baru saja menyendok nasi, didengarnya suara seseorang mengucapkan salam dari luar. ”Assalamu’alaikum...” ”Wa’alaikum salam... tunggu sebentar,” balas Kyai Kholil, tanpa mencuci tangan ia pergi ke pintu depan. Saat dibuka, dilihatnya seorang wanita cantik berjilbab lebar dengan pesona yang sungguh memukau. Apalagi dengan baju gamisnya yang cukup ketat hingga mencetak jelas bentuk tubuhnya yang sangat menggairahkan. Kyai Kholil langsung tergoda. Dulu, sebelum terkena pelet Dewo, ia tidak mungkin punya pikiran seperti ini. Kyai Kholil adalah orang yang lurus dan beriman. Tapi sekarang, begitu merasakan kenikmatan memek wanita-wanita berjilbab, ia jadi berubah seperti srigala pemangsa. Di dalam pikiran Kyai Kholil langsung terbayang erangan-erangan mereka yang menjerit penuh nikmat di atas ranjang dengan masih memakai jilbab. Ia jadi ingin merasakannya lagi, dengan wanita ini tentunya. Wanita yang bernama Anita. ”Eh, Anita... mari, mari masuk, silakan.” sapa Kyai Kholil dengan sopan. Anita dengan tersenyum malu melangkahkan kaki ke ruang tamu. Begitu melewati pintu, sebentuk hawa sejuk tiba-tiba menerpa mukanya, membuatnya jadi terdiam dan terbengong-bengong untuk beberapa saat. Kyai Kholil tersenyum, tahu kalau pelet Dewo sudah mulai bekerja. ”Ada perlu apa, Nit?” tanya Kyai Kholil, masih dengan sopan. Padahal di balik sarung, kontolnya sudah mulai ngaceng dan mengeras. ”Eh, itu... aku... emm... apa ya?” Anita menjawab bingung, tiba-tiba lupa dengan tujuannya kemari. Yang ada di pikirannya sekarang malah paras Kyai Kholil yang kelihatan jadi jantan dan menarik, membuat memeknya jadi basah dan lembab dengan begitu cepat. Kyai Kholil tersenyum, ”Kamu duduk aja dulu, saya ambilkan minum.” Sesuai pesan Dewo, agar lebih memperkuat khasiat pelet, harus ditambah dengan minuman yang sudah diberi jampi-jampi. Dewo sudah menyiapkannya di dapur, di dalam sebuah kendi yang ditaruh di atas lemari. Meminum seteguk ramuan itu akan membuat wanita langsung hilang kesadaran dan menuruti apapun mau kita. Kyai Kholil sudah mencobanya kemarin kepada Imah, dan sekarang ia ingin memberikannya pada Anita. Anita sendiri adalah wanita yang sangat cantik, baru saja menikah dan belum dikaruniai anak. Sehari-hari selalu memakai jilbab, perilakunya sangat alim dan religius. Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk menekuni akhirat, dan yang pasti selalu berbuat kebajikan. Suaminya seorang da’i muda yang sering memberikan ceramah di mana-mana. Anita jadi sering ditinggal sendiri, membuatnya jadi harus menahan nafsu yang menggebu-gebu. Siapa sangka, di balik jilbab lebarnya, Anita ternyata mempunyai naluri seks yang sangat tinggi, yang sama sekali tidak bisa diimbangi oleh suaminya. Maka jadilah Anita selalu kecewa, tapi selalu bisa ia sembunyikan. Sebagai istri solehah, ia memang tidak boleh menuntut. Menurut agama, itu sangat tabu. Kewajiban istri adalah melayani suami, bukan meminta kepuasan. Karena itulah, begitu pelet Dewo mulai bekerja, Anita tunduk dengan begitu mudah. Ia diam saja saat Kyai Kholil memberinya minum dan kemudian duduk di sebelahnya, padahal seharusnya mereka tidak boleh berposisi seperti itu karena bukan mahram. Kalau dua orang berdiam di satu tempat, maka yang ketiga adalah setan. Setan yang berwujud pelet maut Dewo. ”Habis menikah, kamu tambah cakep aja,“ puji Kyai Kholil tanpa malu-malu, ia memandangi Anita sambil tersenyum. Mukanya sudah mupeng, ingin segera menyetubuhi perempuan cantik itu. “Ah, Pak Kyai bisa aja,” Anita tertawa manja. ”Kok sepi, kemana Bu Nyai?“ tanyanya dengan menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengusir rasa gatal aneh yang mulai menyelubungi tubuh sintalnya. Yang tentu saja itu tidak mungkin, pelet Dewo sangat mustahil untuk dilawan. “Bu Nyai lagi pergi, mungkin belanja.” jawab Kyai Kholil berbohong dengan hidung mengendus-endus, bau wangi tubuh Anita menusuk hidungnya, membuatnya jadi makin terangsang dan bergairah. “Oh... berarti kita cuma berdua ya?“ Anita tersenyum, seperti mengerti dengan kode aman dari Kyai Kholil. ”Iya,” Kyai Kholil mengangguk, “tahu nggak, kecantikan kamu bikin aku jadi kesengsem nih.“ godanya yang dijawab dengan pelototan mata dari Anita. Bukan karena marah, tapi lebih karena kaget melihat Kyai Kholil yang terang-terangan menggodanya. “Pak Kyai kok jahil, sih...“ Anita mengipas-ngipaskan tangannya, mulai merasa panas akibat pengaruh pelet Dewo. Ia berusaha membenahi jilbabnya yang berwarna merah muda dan tersenyum. “Eh, Pak Kyai... saya mau tanya... tapi aaah...“ ucap Anita dengan suara mulai tak teratur. “Tanya apa, soal seks ya?“ pancing Kyai Kholil dengan kurang ajar, membuat Anita yang meski sudah menyerah jadi sedikit terkejut juga. “Iyaa... eh, tidak... ah, anuu... soal rumah tangga!“ ralat Anita yang semakin kacau, panas tubuhnya semakin meningkat membakar gairahnya. “Kamu kok kelihatannya nggak tenang, panas ya... apa kamu gerah?“ tanya Kyai Kholil sambil mendekatkan tubuhnya, merangsek lebih menempel ke tubuh montok Anita. Anita sendiri tidak menyingkir, ia diam saja dan malah memijit-mijit kepalanya, “Nggak tahu nih, Pak Kyai... tiba-tiba saja saya nggak enak badan.” katanya. ”Ada yang bisa kubantu?” tawar Kyai Kholil. ”Uuh... gimana ya, saya mau minta tolong... tapi aaah...“ ujar Anita semakin bingung. Kyai Kholil langung mengambil inisiatif dengan memandangnya sambil tersenyum. Anita terkejut dipandangi seperti itu, tapi sama sekali tidak bisa menolak. Yang ada nafsunya malah semakin melambung dan ikut tersenyum. Anita kembali menenggak sisa minuman yang ada di meja, yang tentu saja membuat badannya menjadi kian panas. Kyai Kholil terus mendekat sedikit demi sedikit, hingga akhirnya Anita memejamkan mata saat merasakan rangsangan dari minuman itu kian menggerogoti tubuh sintalnya. Ia juga diam saja saat Kyai Kholil mulai menggenggam belahan tangannya. ”Pak Kyai...” lirih Anita sedikit terkejut. “Tenanglah, aku akan membuatmu nyaman.“ kata Kyai Kholil sambil mulai memijit lengan Anita. Dengan bimbingan dari Kyai Kholil, Anita segera merebahkan diri di sofa, jilbabnya ia atur sedemikian rupa agar tidak lecek, sebelum kemudian mulai memejamkan mata. Pelan Kyai Kholil terus memijat bahu Anita. “Uh, Pak Kyai... rasanya panas.“ keluh Anita tetap tidak tenang. ”Hembuskan nafasmu pelan-pelan,“ Sambil terus memijit, Kyai Kholil menggiring tangan Anita agar menyentuh selangkangannya. “Iya, Pak Kyai...” Anita membuka matanya sebentar, lalu memejamkannya lagi. ”Eh, apa ini?!” teriaknya kencang saat tangannya nemplok di selangkangan Kyai Kholil yang sudah ngaceng berat. Kontan Anita langsung membuka matanya. Namun Kyai Kholil yang sudah tidak tahan lagi, langsung menundukkan kepala dan melumat bibir tipis Anita dengan penuh nafsu, ia pegang kepala perempuan berjilbab itu agar tidak dapat bergerak lagi. Mereka berciuman dengan sangat-sangat panas. “Oh, Pak Kyai… aaahh...“ jerit Anita dengan mata tertutup. Akibat pengaruh pelet Dewo, ia menanggapi lumatan Kyai Kholil dengan tak kalah bernafsu. Mengetahui kalau mangsanya sudah berhasil dijerat, Kyai Kholil mengendurkan lumatannya, kini ia cuma memagut pelan. Anita menikmati pagutan itu dengan tetap memejamkan matanya. Kyai Kholil terus mencium dan mencucup mesra, ia mainkan bibir Anita dengan lidahnya. Gadis itu tetap terdiam, menerima semua perlakuan Kyai Kholil dengan senang hati. Namun Anita sedikit terkejut saat merasakan ada tangan yang mulai menggerayangi buah dadanya, membuatnya jadi sedikit membuka mata. “Pak Kyai...“ lirihnya untuk yang terakhir kali. Kyai Kholil pantang untuk mundur. Sambil mulai meremas dan memijiti bulatan payudara Anita dari luar baju kurung, ia peluk perempuan cantik itu dan dihujaninya lagi dengan ciuman dan pagutan. Payudara Anita terasa sangat empuk dan kenyal dalam genggaman tangannya. Meski terlapisi oleh beberapa helai kain, tapi kelembutannya begitu terasa. Ukurannya yang besar dan di atas rata-rata juga membuat Kyai Kholil semakin menyukainya, membuatnya semakin bernafsu dan bergairah. “Ah, Pak Kyai... enak... terus... uuuh...“ kembali Anita mengerang saat Kyai Kholil bertindak semakin nakal. “Akan kuberikan kenikmatan surgawi kepadamu, Anita sayang.“ rayu Kyai Kholil semakin menggila. Ia tindih tubuh mulus Anita yang kini semakin tenggelam dalam lautan birahi. Disingkapnya rok panjang perempuan cantik itu dan diterobosnya celana dalam Anita yang menyembunyikan jembut tebal. “Uuh... enak, Pak Kyai... uuh!“ lenguh Anita ketika dengan nakal Kyai Kholil mengelus dan menekan-nekan lubang vaginanya yang telah membasah penuh. “Pegang punyaku, Nit.“ seru Kyai Kholil pada wanita berjilbab ini. Anita membuka matanya saat melihat Kyai Kholil berdiri untuk membuka sarung. Di depannya langsung tersaji kontol Kyai Kholil yang sudah ngaceng berat. Meski tidak begitu panjang tapi sangat kaku sekali. Anita melotot sebentar saat melihatnya. ”Uhh... penis Pak Kyai gede,“ ungkapnya dengan racauan mulut sudah keluar dari logika. Kyai Kholil memberikan pagutan lagi sebelum menyuruh Anita untuk mengulumnya, “Emut, Nit...” Anita menggeleng ragu. ”Saya belum pernah...” dia berkata. ”Enak kok... coba aja, ayo!” rayu Kyai Kholil jorok. Ia tarik tangan Anita dan diarahkan ke batang penisnya. Begitu sudah memegangnya, Anita langsung tersenyum. Ia pandangi batang Kyai Kholil dengan penuh nafsu, gejolak birahinya tahu-tahu naik dengan drastis. Ini semua adalah efek dari pelet Dewo. Pelan-pelan Anita memajukan kepala dan membuka mulutnya. Kyai Kholil mengatur jilbab perempuan itu agar jadi lebih rapi, tidak menghalangi aksinya dalam mengulum penis. Sementara Anita mulai mencucup dan menciumi kontolnya, tangan Kyai Kholil ikut nakal dengan meremas-remas buah dada Anita yang masih tertutup pakaian gamis. Hanya rok Anita yang terlihat tak karuan karena sudah disingkap oleh Kyai Kholil tadi. Terlihat betapa mulus dan putihnya paha perempuan cantik itu. Juga pinggulnya yang bulat menggoda, membuat Kyai Kholil makin ngaceng berat dibuatnya. Di depannya, Anita dengan kaku mulai menelan batangnya. Menghisapnya pelan-pelan dan mulai mengulumnya dengan begitu rupa. “Tahan sebentar!“ Kyai Kholil menahan kepala Anita, ia tarik batangnya hingga terlepas dari jepitan mulut gadis alim itu, sebelum kemudian duduk di sofa. “Sudah, emut lagi!” katanya sambil mengelus paha mulus Anita. Anita pun kemudian membungkuk, mengulum kembali kontol Kyai Kholil. Dengan cepat mereka saling membelai, Kyai Kholil mengelus dan meraba-raba bokong bulat Anita, sementara Anita melayani batang Kyai Kholil dengan segenap nafsu dan gairah. “Sssh... ahhh... enak sekali seponganmu, Nit... ahhh... terus kulum kontolku... kamu benar-benar menggairahkan, berjilbab tapi ngemut kontol...“ Kyai Kholil menarik ikatan jilbab Anita yang terikat ke belakang agar tidak jatuh ke depan. Ia terlihat semakin dilanda birahi, namun Kyai Kholil berusaha sekuat tenaga menahan diri mengontrol nafsunya agar tidak cepat-cepat keluar. Ia ingin bisa bercinta dengan Anita, tidak cuma menikmati sepongan mulut gadis itu. Anita yang juga sudah terbakar birahi, terus melumat dan menghisap kontol Kyai Kholil penuh nafsu. Kehormatannya sebagai seorang istri setia yang alim dan soleha, kini telah hilang. Tergantikan oleh nafsu setan dan gairah yang menggebu-gebu, yang menuntut untuk dipenuhi dan dituntaskan saat ini juga. “Terus, Nit... uhhh... kamu pintar!” rayu Kyai Kholil semakin menggila, membuat Anita semakin cepat mengulum batang penisnya. Ia membalas dengan mengelus belahan memek Anita pelan-pelan. “Sssh... s-sudah, Pak Kyai... g-geli... ahhh...” desis Anita dengan suara tidak terdengar jelas karena mulutnya tersumbat kontol panjang Kyai Kholil. Kyai Kholil segera mendorong tubuh Anita ke depan, ia tarik celana dalam perempuan alim berjilbab itu hingga terlepas. ”Mau tahu yang lebih geli?” tanyanya sambil menaikkan rok Anita ke atas dan langsung menyerbu vagina perempuan itu dengan begitu rakus. Anita langsung memejamkan mata karena saking nikmatnya. “Oh, Pak Kyai... enaknya... aaah... aauh... terus, Pak Kyai... terus!!“ ucap Anita kembali terlanda birahi. Serangan Kyai Kholil pada lubang vaginanya membuat Anita melayang antara sadar dan tidak sadar. Jantungnya berdegup kencang merasakan jilatan Kyai Kholil yang begitu cepat dan lihai, mengorek-ngorek seluruh isi memeknya hingga jadi begitu basah dan lembab. Anita sampai menggeliat tak karuan karenanya. “Pak Kyai nakal... aahh... tapi enak... terus, Pak, terus... aaah... ssssh...“ lenguh Anita yang jilbabnya kini semakin tak teratur akibat gelengan kepalanya. Namun dengan sigap tangan Kyai Kholil segera naik membenahinya, ia tidak ingin jilbab itu sampai terlepas. Kyai Kholil paling suka menyetubuhi perempuan yang memakai jilbab. Setelah cukup lama lidahnya bermain-main di memek sempit Anita, Kyai Kholil akhirnya menarik lepas bibirnya. Pelan ia pagut kembali bibir tipis Anita dan dikulumnya dengan begitu lembut. “Ayo, kontolku sudah siap mencoblos memekmu!“ bisik Kyai Kholil yang dijawab Anita dengan anggukan mesum penuh nafsu. Kyai Kholil mengocok pelan batangnya agar tetap ngaceng sementara Anita mempersiapkan diri. Wanita itu duduk mengangkangi kontol Kyai Kholil yang tetap duduk diam di sofa, siap memangkunya. Pelan Anita mendekatkan selangkangannya, ia pegang batang Kyai Kholil agar tepat menusuk di lubang kemaluannya. Sementara tangan Kyai Kholil sendiri masuk ke gamis Anita untuk meremas-remas buah dada indah yang masih tersembunyi disana. Entah kenapa, sampai sekarang Kyai Kholil masih belum melepas baju Anita. Padahal kan nikmat sekali bercinta dengan tubuh sama-sama telanjang. “Tekan, Nit!“ ajak Kyai Kholil yang disambut tekanan lembut di selangkangan Anita. Pelan tapi pasti, batang Kyai Kholil mulai tenggelam di belahan memek Anita yang sempit dan legit. “Auw! Aduuh… aaah…“ erang Anita merasakan batang Kyai Kholil yang mulai menerobos liang surgawinya. “Tenang, Nit... rasanya nanti akan nikmat kalau kamu sudah menggenjotku.“ rayu Kyai Kholil sambil terus menekan batangnya ke atas. “Iya, Pak Kyai... aaoh... batang Pak Kyai gede banget!“ keluh Anita suka. “Ini kontol namanya, Nit...“ sahut Kyai Kholil jorok. “Iya, kontol... aaah... kontol Pak Kyai... auhh...“ sahut Anita semakin tak karuan. Desakan di lorong vaginanya semakin membesar akibat Kyai Kholil yang terus menekan pinggulnya, membuat batangnya semakin melesak lebih dalam lagi. “Genjot pelan-pelan, Nit.“ ajak Kyai Kholil saat batang kontolnya sudah terbenam penuh. Anita menyambut perintah itu dengan mulai menggerakan pinggulnya pelan-pelan, menggoyangnya naik-turun hingga membuat kontol Kyai Kholil melesak masuk lebih dalam lagi. “Aaaaaw...“ jerit Anita penuh kenikmatan. “Ayo, genjot terus!“ ajak Kyai Kholil dengan tangan terus bermain-main di gundukan payudara Anita yang mulus dan lembut. Ia remas-remas benda bulat padat itu sambil tak lupa memilin-milin putingnya yang semakin terasa kaku dan menegang. Menerima semua rangsangan itu membuat Anita semakin kuat menggerakkan tubuhnya, terus ia genjot batang Kyai Kholil sampai mereka berdua semakin larut dalam api birahi. “Ahh... enak, Pak Kyai... sssh... sssh... uuuh...“ lenguh Anita tak tahan akan kontol Kyai Kholil yang terus mengoyak lorong vaginanya. Ia bergerak semakin cepat karena merasa akan mencapai orgasme, hal yang sudah lama tidak ia rasakan bersama sang suami. Anita terus menekan lebih dalam, bahkan sampai kontol Kyai Kholil mentok di ujung vaginanya. “Pak Kyai... aaaah... saya nggak kuat! Aaaaaah...“ erang Anita sambil menghujamkan pinggulnya kuat-kuat. Di saat yang bersamaan, celah vaginanya menyempit ketika menyemburkan cairan cintanya yang begitu banyak dan basah. Dengan kepala terdongak ke atas, Anita memejamkan mata, sementara dadanya yang besar makin kelihatan membusung dalam genggaman Kyai Kholil. Tubuhnya kelojotan beberapa saat dalam pangkuan laki-laki itu. Kyai Kholil segera memeluk tubuh Anita yang masih tampak ngos-ngosan untuk memberikan ketenangan. Ia rasakan memek perempuan cantik itu mengalirkan cairan banyak sekali, bahkan hingga sampai membasahi sofa. Masih dalam pelukan Kyai Kholil, Anita tampak mulai bisa menguasai diri, nafasnya sedikit lebih tenang meski tubuhnya sudah keringetan disana-sini. Kyai Kholil berusaha terus menenangkan dengan mengelus-elus kepala Anita yang masih tertutup jilbab. Sementara penisnya masih tetap tertanam penuh di lorong kewanitaan Anita yang sekarang jadi terasa hangat dan menyedot-nyedot ringan. Tak lama kemudian Anita menarik kepalanya dan memandang Kyai Kholil dengan perasaan setengah takjub. “Pak Kyai sangat luar biasa, baru kali saya merasakan yang seperti ini.” bisiknya dengan nada penuh pemujaan. Kyai Kholil tersenyum, ”Ini semua karena tubuhmu yang molek dan indah, Nit.” balasnya membual. “Saya puas main dengan Pak Kyai.“ ungkap Anita dengan menunduk mengusap mukanya dan kemudian hendak membuka jilbabnya. “Eh, jangan dibuka.” sela Kyai Kholil, ”Saya paling suka main sama yang berjilbab. Ayo sini, tinggal selangkah lagi aku sampai.” ajaknya sambil memandang kecantikan Anita. “Baiklah, kalau memang itu yang Pak Kyai mau...” gumam Anita mengiyakan. Ia biarkan tangan Kyai Kholil menelusup masuk ke balik baju gamisnya untuk mengelus-elus bulatan payudaranya yang putih mulus. ”S-sudah, Pak Kyai... geli ah... katanya tadi udah mau nyampai.” Anita menggelinjang karena Kyai Kholil kini bertindak semakin nakal dengan menaikkan pakaiannya ke atas, mengangkat terus dan akhirnya melepas kain itu melewati tubuh montok Anita. Anita sama sekali tidak melawan atau mencegah. Diperhatikannya Kyai Kholil yang sekarang tampak melongo mengagumi keindahan payudaranya. Laki-laki itu memandang sambil menggeleng-geleng. “Cium, Pak Kyai... jangan cuma dilihatin aja.“ ucap Anita dengan perasaan ditahan, tanpa terasa gairahnya mulai muncul kembali. Itu semua karena kontol Kyai Kholil yang masih terjepit kuat di celah selangkangannya, membuat Anita jadi cepat lupa daratan jadinya. “Aku pengin menggenjotmu dengan menungging, Nit!“ ajak Kyai Kholil sambil memeluk tubuh molek Anita dan menggulingkannya ke samping. Langsung ia tindih dan tusuk keras-keras begitu Anita memberikan pinggulnya. Anita sendiri kontan melenguh merasakan desakan batang Kyai Kholil yang tanpa membuang waktu sudah bergerak dengan begitu cepat. “Ahhh... Pak Kyai... e-anak banget kontol bapak!!“ aku Anita dengan mata terpejam. ”Iya, Nit. Coba rasakan ini!” sahut Kyai Kholil sambil terus menggerakkan pinggulnya kuat-kuat hingga membuat Anita semakin mengerang penuh kenikmatan. “Aaah... cepat selesaikan, Pak Kyai... saya udah nggak tahan... arghhh!!” pekik Anita keenakan. “Kamu ketagihan kan sama kontolku?!” Kyai Kholil tertawa, ”Lagian kamu berjilbab, tapi nafsu tetep gede...” ejeknya sambil menahan tangan Anita agar ia bisa leluasa meraba dan meremas-remas payudaranya yang besar. “Aah... i-itu karena Pak Kyai yang merangsangku.“ Anita mencoba mencari pembenaran dari perbuatan maksiatnya. “Kita lihat saja... kalo kamu sampai ketagihan sama kontolku, jangan salahkan aku...“ Kyai Kholil semakin cepat menggerakkan pinggulnya hingga membuat Anita sampai melenguh saat menerimanya. Kyai Kholil menghentikan genjotannya sebentar saat penisnya tiba-tiba selip dan terlepas. Anita menggigit bibir, ada secercah kecewa di wajahnya saat batang itu terlepas, sikapnya berubah jadi sedikit masam. Namun kemudian ia bisa tersenyum lagi saat Kyai Kholil menarik tangannya dan membawanya ke dekat meja yang ada di ruang tamu. Kembali Kyai Kholil meremas-remas buah dada Anita sampai membuat Anita melenguh dan mendesah-desah penuh kenikmatan. Jilbabnya ia atur kembali agar tidak terlepas. “Naikkan kakimu ke meja, Nit.“ perintah Kyai Kholil yang disambut senyum oleh Anita. “Belum pernah aku diginiin sama suamiku, Pak Kyai... “ aku Anita jujur. “Kamu pasti suka,” rayu Kyai Kholil. ”Nah, sekarang aku coblos lagi memekmu ya... tahan!” ajaknya dengan selangkangan merapat ke pantat Anita yang bahenol. “Iya, Pak Kyai.“ jawab Anita singkat. “Nanti malam aku ke rumahmu ya… akan kuberikan kepuasan lagi kepadamu.“ pancing Kyai Kholil membuat mata Anita membesar. “Silahkan, Pak Kyai. Mumpung suami saya lagi nggak ada di rumah.” jawab Anita dengan senang hati. Dan ia kembali memekik saat batang Kyai Kholil kembali menusuk celah kemaluannya. “Uuuh… ayo, Pak Kyai... tusuk yang keras... ahhh… enaak... shhh… aaah…” jerit Anita dengan kepala menggeleng-geleng, membuat jilbab lebarnya jadi ikut bergerak ke kiri dan ke kanan. Kyai Kholil segera memeganginya dan mengajak Anita untuk saling mengadu lidah. Anita pun langsung menanggapi dengan memagut bibir Kyai Kholil kuat-kuat, membuatnya semakin tenggelam dalam lautan birahi. Sementara Kyai Kholil terus menekan batangnya sambil tangannya memeluk dada bulat Anita dan meremas-remas lembut disana. “Uuuh... remes yang keras, Pak Kyai… lagi, remes yang kuat... ughhh… enaak... ssssh… ahhh…“ erang Anita kelojotan. Kyai Kholil terus menggerakkan penisnya dan mendesak lagi lebih kuat hingga membuat jeritan Anita semakin meninggi karenanya. Batang Kyai Kholil terasa ludes mentok di bagian terdalam dari lorong vagina Anita. “Ahhh… Pak Kyai… terus entotin aku... saya suka sama kontol yang gede... rasanya… aah!!” racau Anita dengan mata merem melek keenakan disodoki kontol Kyai Kholil dari arah belakang. Roknya yang tersingkap membuat pahanya yang putih mulus jadi terlihat jelas. Kyai Kholil meraba lembut disana setelah puas dengan buah dada Anita. “Aaah… Pak Kyai… ughh… enaknya… aduh… saya jadi nggak tahan nih...” erang Anita semakin menggila dan bersemangat, bahkan sampai menekan pinggulnya ke belakang saat dirasa tusukan Kyai Kholil kurang memuaskan. “Duh, enak banget, Pak Kyai... ayo genjot… sodok… sodok terus punyaku!!“ ajak Anita dengan pinggul digoyang-goyang, ia berusaha mengimbangi kontol Kyai Kholil yang terus meluncur keluar-masuk di lorong kewanitaannya. Kyai Kholil terus bergerak, membuat Anita mulai menggelinjang pelan. Tangannya kembali meremas buah dada gadis cantik itu sambil sesekali mengurut paha Anita yang naik ke atas meja. Dari arah belakang, ia terus menyodokkan pantatnya dengan begitu kuat. “Enak, Pak Kyai... ohhh... nikmat! Terus... aaah... aauh... ssssh...” erang Anita semakin senang. “Jilbabmu jangan sampai terlepas, Nit.“ ingat Kyai Kholil yang dijawab oleh Anita dengan anggukan kepala, ia segera memperbaiki letak jilbabnya yang mulai miring ke samping. Kyai Kholil terus menggenjotnya dengan cepat untuk memberikan kenikmatan. “Uhhh... kontol Pak Kyai kok enak ya... beda sama punya suamiku!” sungut Anita dengan kepala berpaling, ia tatap Kyai Kholil sambil tersenyum. “Itu namanya kamu sudah mulai ketagihan, Nit.” sahut Kyai Kholil sambil terus menggenjot memek Anita, ia pegang ekor jilbab perempuan cantik itu dan disingkirkannya ke samping agar ia bisa leluasa meremas-remas buah dadanya. “Iya, Pak Kyai... sepertinya begitu. Saya suka dengan kontol Pak Kyai!” lenguh Anita dengan tangan kiri mengelus-elus bagian atas vaginanya yang terlihat menggelembung akibat dorongan penis Kyai Kholil. ”Aku juga suka dengan tubuhmu!” balas Kyai Kholil. “Cepetan dikit, Pak Kyai... s-saya sudah hampir sampai!” ajak Anita yang mulai tak tahan menikmati gaya seks di meja itu. Kyai Kholil langsung bergerak lebih cepat hingga membuat tubuh montok Anita menjadi tergoncang-goncang hebat karenanya. Payudaranya yang bulat besar, yang menggantung indah di atas meja, bergoyang-goyang seiring tusukan Kyai Kholil. Kyai Kholil meremasnya sebentar sebelum tangannya berpindah mengelus pantat Anita yang mulus dan bahenol. Anita semakin membungkukkan badannya sehingga Kyai Kholil jadi semakin cepat menggerakkan penisnya. “Ahhh... Pak Kyai... ayo, saya udah nggak tahan nih... ayo cepetan... saya sudah mau...” jerit Anita dengan mata merem-melek keenakan, buah dadanya yang menggelantung indah kembali diremas-remas oleh Kyai Kholil. Ia terlihat sudah tak tahan menerima rangsangan, apalagi Kyai Kholil juga terus menggenjotnya dengan begitu cepat, menghujamkan batangnya keras-keras hingga membuat Anita sampai menjerit-jerit. “Aaah... aaah... aaah...” erang Anita semakin melemah karena tenaganya kian habis akibat digenjot terus oleh Kyai Kholil. Tapi di lain pihak, lorong vaginanya terasa menyempit, menjepit kuat batang Kyai Kholil, dan akhirnya Anita mendapatkan orgasmenya dengan menjerit panjang. Dari vaginanya mengucur cairan panas yang amat banyak, membasahi batang Kyai Kholil sehingga laki-laki itu semakin lancar memaju-mundurkan pinggulnya. ”Ahh...” melenguh keenakan, Kyai Kholil meremas buah dada Anita kuat-kuat untuk memberikan sensasi maksimal pada orgasmenya. Tubuh Anita terus berkelojotan, sementara Kyai Kholil terus menggenjotnya sampai membuat wanita cantik itu kelimpungan dan akhirnya rebah di atas meja dengan tubuh remuk redam karena kelelahan. Kakinya sekarang menjadi selonjor. Meski jadi sedikit kesulitan, tapi itu tidak menghalangi Kyai Kholil untuk terus menggenjot dengan cepat karena ia sendiri juga sudah tak tahan. Kyai Kholil terus menghujam berkali-kali sampai tubuh montok Anita tergoncang-goncang kesana kemari. Tak kuat lagi, Kyai Kholil pun membenamkan penisnya dalam-dalam ke celah kewanitaan Anita yang kini sudah terasa begitu basah dan lengket. “Craaat... craaat... craaat...“ Air mani Kyai Kholil menyembur deras ke dalam rahim Anita. Wanita itu sedikit terkejut saat menerimanya, namun sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan kepala yang masih tertutup jilbab, Anita rebah di atas meja sambil menggigit bibirnya kuat-kuat. “Aaah.... banyak sekali, Pak Kyai...” lenguh Anita bimbang. ”Gimana kalau saya sampai hamil?” tanyanya dengan nafas masih berantakan. ”Bukankah kamu punya suami... nggak bakal ada yang curiga.” jawan Kyai Kholil ringan sambil menarik badannya menjauh. Kontolnya yang mulai menciut langsung terlepas dari jepitan memek Anita. Tampak cairan lendir kental belepotan di batang itu, demikian pula dengan vagina Anita. Dengan nafas masih berat, Kyai Kholil duduk di sofa dan mengelap penisnya dengan baju gamis Anita hingga jadi bersih kembali. ”Ihh... Pak Kyai!!” pekik Anita melihat pakaiannya yang jadi belepotan oleh lendir kental. ”Apa-apaan sih?!” protesnya. Kyai Kholil tertawa, “Buat kenang-kenangan, biar kamu selalu ingat sama aku.” Saat itulah, dari dalam kamar, keluar Dewo dan Nyai Siti yang juga baru selesai menuntaskan hasrat bejat mereka. Keduanya tersenyum melihat Anita dan Kyai Kholil. Anita langsung berusaha menutupi tubuhnya, sementara Kyai Kholil tampak tenang-tenang saja. ”Tidak apa-apa, santai saja.” Kyai Kholil berusaha menenangkan. Ia lalu berpaling pada Dewo. ”Pak Dewo, mau merasakannya juga?” tanyanya menawarkan tubuh mulus Anita. Dewo tersenyum dan menggeleng, ”Mungkin lain kali. Sekarang aku capek banget gara-gara istrimu ini, pagi-pagi sudah minta ditusuk dua kali.” Nyai Siti tertawa mendengar omongan itu. ”Habis siapa juga yang tahan melihat kontol besar Pak Dewo.” balasnya genit. Anita melongo, sama sekali tak menyangka akan melihat pemandangan ini di keluarga Kyai Kholil yang terkenal alim dan religius. Anita menyangka hanya dia saja yang berani berbuat mesum, tak tahunya... Tapi sebelum dia berpikir lebih jauh, Kyai Kholil sudah memeluk tubuhnya dan berbisik, ”Kamu nggak buru-buru pulang kan?” Anita menoleh dan melihat kontol Kyai Kholil yang perlahan mulai kaku dan menegang, siap untuk memulai ronde yang kedua. Ia pun tersenyum dan mengangguk. ”Sepertinya saya punya waktu luang sampai dhuhur nanti.”

No comments:

Post a Comment