Rohmah dan Wiwik baru saja pulang dari jalan-jalan di sekitar desanya. Keduanya nampak anggun dengan memakai jubah dan jilbab lebarnya. Kecantikan dan kemolekan tubuh mereka membuat keduanya menjadi incaran pemuda kampung. Tetapi tidak ada yang benar-benar berani mendekat karena takut dengan Kyai Kholil. Dewo merencanakan akan memperawani anak Nyai Siti dulu, dia meminta Nyai Siti untuk memasukkan obat perangsang dosis tinggi ke dalam minuman Rohmah. Dan kemudian meminta Nyai Siti untuk mengajak keluar Wiwik selama beberapa jam. Nyai Siti dengan tanpa membantah mematuhinya. Sesampainya di rumah, Nyai Siti menyambut mereka dan kemudian menyodorkan minuman. Rohmah tanpa curiga langsung menghabiskan minumannya dan kemudian pergi ke kamarnya. Nyai Siti dengan perasaan bersalah namun tidak bisa berbuat apa-apa, kemudian meminta Wiwik untuk mengantarkannya ke rumah sanak keluarga di desa sebelah dengan terlebih dulu memberitahu anaknya, si Rohmah. ”Mah, Umi mau pergi ke rumah budhe-mu dulu sama Wiwik, kamu hati-hati ya di rumah.” katanya. ”Iya, Mi.” sahut Rohmah dari dalam kamar. Maka berangkatlah Nyai Siti dan Wiwik dengan mengendarai sepeda, meninggalkan Rohmah berdua dengan Dewo. Minuman yang diberikan Nyai Siti atas perintah Dewo ternyata bukan hanya obat perangsang saja, tetapi juga telah diberi mantra pelet. Setelah lima belas menit, Rohmah mulai kelihatan gelisah, birahinya perlahan memuncak. Tanpa sadar tangannya mulai meremas-remas payudaranya sendiri. ”Kenapa aku jadi begini?” batin Rohmah dalam hati, ia menyadari ada sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya, tapi sama sekali tidak tahu penyebabnya dan sekaligus tidak bisa melawan. Malah seperti dituntun oleh kekuatan gelap, Rohmah keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu dengan masih melanjutkan remasan pada buah dadanya. Dewo yang mengintai dari balik pintu ruang tengah perlahan berjalan mendekat dan bertanya, ”Neng Rohmah, kenapa susunya diremas-remas, gatal ya?” tanya Dewo dengan seringai mesum. Rohmah tidak menjawab, tapi masih terus melanjutkan remasan tangannya. Ia tidak bisa menghentikannya, padahal tahu kalau perbuatan itu salah. Bahkan kini ada paman Dewo di depannya yang menonton dengan liur meleleh di bibir. Merasa kalau obat perangsang dan mantra peletnya sudah bekerja sempurna, Dewo makin berani bertindak. ”Mau saya bantu?” tanyanya kemudian. Dan Rohmah seperti orang linglung, hanya mengangguk mengiyakan. Melihat kesempatan itu, Dewo langsung meremas susu mulus Rohmah. Bisa dirasakannya payudara Rohmah yang baru tumbuh begitu empuk dan kenyal di genggaman tangannya. Beda sekali dengan punya Nyai Siti yang besar dan bulat, tapi sudah agak kendor. Payudara Rohmah masih terasa ’utuh’, nyata kalau benda itu tidak pernah terjamah oleh tangan-tangan yang tidak berhak. Tapi sekarang Dewo berhasil menguasainya. Dengan tidak sabar, Dewo menelusupkan tangannya masuk ke dalam BH mungil Rohmah. Sekarang bisa dipegangnya payudara gadis itu secara langsung. Ukurannya pas dengan cakupan tangannya, dengan puting mungil yang masih terasa sedikit rata. Dewo meremasnya, bergantian kiri dan kanan, merasakan teksturnya yang empuk dan kenyal, juga begitu hangat dan lembutnya benda itu. Tak lupa juga putingnya yang mungil ia pijit dan pilin-pilin sedemikian rupa hingga perlahan membuatnya makin menegak dan menegang keras. Mendapat perlakuan seperti itu, Rohmah yang tidak pernah disentuh oleh laki-laki, jadi kelojotan sendiri. Tubuh mudanya perlahan mengejang dan menggelinjang, rintihan dan desisan silih berganti keluar dari bibir mungilnya. Apalagi ditambah obat perangsang Dewo yang makin kuat mencengkram iman tipisnya, dalam waktu sekejap, ia langsung orgasme. Cairan kewanitaan menyembur deras dari relung liang memeknya yang bahkan belum diapa-apakan oleh Dewo. Melihat Rohmah sudah terkulai kelelahan dalam pelukannya, Dewo tersenyum semakin lebar. Nyai Siti saja yang sudah sering memberikan pengajian kepada ibu-ibu, takluk kepada dirinya, apalagi anak bau kencur seperti Rohmah, dengan mudah Dewo menjalankan rencananya. Tanpa perlu sungkan-sungkan lagi, ia pun bertanya. ”Neng Rohmah, mau nggak melihat kontol Paman?” Rohmah hanya tersipu malu menanggapi, tapi matanya tetap melirik ke arah tonjolan besar yang ada di selangkangan Dewo. Ia pasrah saja saat Dewo menarik tangannya dan meminta agar gadis itu mengelus-elus pelan batang penisnya. Dari luar celana saja benda itu sudah terasa begitu keras dan panjang, saat mencoba menggenggamnya, tangan mungil Rohmah tidak bisa mencakup semuanya. Rohmah sedikit terhenyak menghadapinya. ”Gede banget, Paman!” lirihnya antara takut dan suka. Dewo kemudian memelorotkan celananya, juga celana dalamnya, hingga kontol hitamnya yang sebesar pisang ambon tegak mengacung di depan Rohmah. Dengan sabar terus dibimbingnya tangan anak Kyai Kholil itu agar tetap menggenggam dan mengelus-elusnya pelan. ”Ayo, Rohmah, emut dan sepong kontolku, pakai bibirmu!” kata Dewo saat mulai tak tahan. Ia memang paling suka kalau kontolnya diemut oleh perempuan. Bahkan dengan Nyai Siti, Dewo lebih banyak ejakulasi di mulut perempuan cantik itu daripada di memek Nyai Siti yang sempit. Tidak membantah, meski agak sedikit kesulitan pada awalnya, Rohmah mencoba mengoral kontol Dewo. Ia mencoba menelannya bulat-bulat, tapi hanya muat kepalanya saja. Akhirnya Rohmah hanya menghisap ujung kontol Dewo sambil sesekali lidahnya terjulur untuk menjilati batangnya yang berurat tebal, tanpa pernah bisa melahapnya sama sekali. Dewo yang merasa tanggung dengan sepongan Rohmah, segera memberi tahu cara yang benar. ”Tahan nafasmu, Neng Rohmah. Anggap saja Neng lagi makan eskrim, nanti lama-lama juga bakal terbiasa sendiri.” kata Dewo memberi saran. Rohmah segera mengikutinya. Dengan saran Dewo, ia mulai bisa menyepong kontol walaupun tetap terlihat agak sedikit kaku. Tapi sudah lumayan dibanding yang tadi. Sekarang sudah hampir setengah kontol Dewo yang masuk ke dalam mulutnya. Dewo juga mulai merasakan nikmat, bahkan lama-lama ia menjadi tak tahan hingga tanpa sadar mulai memegang kepala Rohmah yang masih terbungkus jilbab dan menggerakkannya maju-mundur dengan cepat. Ia memompa kontolnya ke mulut mungil gadis muda itu, sampai akhirnya... Crooot! Crooot! Crooot! Spermanya muncrat memenuhi mulut basah Rohmah. ”Aghmph... uhuk, uhuk!” Rohmah sedikit kaget dan terbatuk-batuk saat menerimanya, tapi sama sekali tidak bisa menolak. ”Ayo, Neng telan maniku! Aarrghhh... aku keluar!!” erang Dewo sambil menembakkan seluruh isi kontolnya ke mulut Rohmah. Tidak ingin tersedak, dan juga penasaran ingin merasakan rasa air mani, Rohmah segera menelan seluruh sperma Dewo. Ia jilati seluruh cairan putih kental yang keluar dari kontol Dewo hingga tidak tersisa sedikitpun, bahkan yang masih menempel di batang penis Dewo juga ia hisap hingga bersih. Rasanya ternyata tidak sejijik yang ia bayangkan. Rasa mani Dewo ternyata cukup enak juga. Rohmah menyukainya. Gadis itu sama sekali tidak sadar kalau itu akibat dari obat perangsang yang ditaruh Dewo dalam minumannya. Rohmah yang tadinya lugu dan pendiam jadi nakal dan liar seperti sekarang. Melihat Rohmah berani menelan maninya, Dewo merasa yakin bahwa gadis itu kini sudah benar-benar berada dalam genggamannya. Ia tidak perlu merapal lagi mantra peletnya untuk membuat Rohmah semakin bertekuk lutut dalam dekapannya. Maka, sambil tersenyum puas, Dewo pun kemudian meminta Rohmah untuk berjanji, ”Apakah kamu mau menjadi lonte, gundik dan budak seks-ku, Cah Manis?” Tanpa membantah dan berpikir lagi, Rohmah segera mengangguk mengiyakan. ”Iya, Paman!” ”Apakah kamu menyerahkan segenap jiwa ragamu untuk kontolku?” tanya Dewo sambil menatap lekat mata gadis muda itu. Rohmah dengan takzim menjawab, ”Aku akan selalu menjadi milik Paman, apapun yang Paman mau dan perintahkan akan saya laksanakan. Kontol Paman Dewo adalah segalanya bagiku, seluruh tubuhku hanya untuk kontol Paman. Mulutku, memekku dan anusku milik Paman semua. Paman boleh memasuki kapan dan dimanapun Paman ingin!” Dewo tertawa terbahak-bahak. Tambah satu lagi koleksi budak seksnya, dan kali ini adalah anak bau kencur putri Kyai Kholil. Setelah mendapatkan ibunya, kini ia mendapatkan anaknya juga. Sungguh beruntung dirinya. Tinggal Wiwik, adik Nyai Siti, yang belum. Tapi itupun juga tidak akan lama karena Dewo sudah merencanakan sesuatu pada gadis itu. Setelah semuanya bertekuk lutut, baru Dewo akan tenang menjalani sisa hidupnya. Melihat Dewo cuma tertawa-tawa sambil memandangi dirinya, Rohmah buru-buru menambahkan. ”Bahkan Paman juga boleh mengencingi saya jika Paman mau, akan kubersihkan dengan mulut saya setelah Paman buang air. Apapun hanya untukmu, Paman Dewo.” kata gadis muda itu. Mendengar janji Rohmah yang begitu muluk, Dewo tertawa semakin keras. Ia bagai malaikat saja di hadapan anak Kyai Kholil ini, pas sekali dengan namanya; Dewo! benar-benar seperti Dewa, begitu kuat dan perkasa, juga begitu berkuasa. Tidak ingin menyia-nyiakan keberadaan Rohmah yang sudah pasrah sepenuhnya, Dewo berniat untuk memperawani mulut, memek dan anus gadis cantik itu dengan kontolnya, sekarang, saat ini juga! ”Neng Rohmah, sekarang kamu lepas jubah dan celana dalammu. Setelah itu sepong kontolku sekali lagi, manisku!” kata Dewo dengan tersenyum buas. Tanpa diminta dua kali, Rohmah pun melakukannya. Bahkan dia tampak melakukannya dengan terburu-buru karena sudah tak sabar untuk memegang dan mengemut kontol Dewo sekali lagi. "Sudah ngaceng lagi ya, Paman... gede banget, Rohmah suka!" desahnya lirih ketika kontol Dewo mengacung tegak di depan wajahnya yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluan itu sebelum mulai menjilati ujungnya. Tampak matanya yang lentik menatap gemas ke arah kontol panjang Dewo. "Arghh... terus, Budak cilikku! Hisap pakai mulutmu!" erang Dewo ketika Rohmah mulai mengulum kepala penisnya. Rohmah terus menjilati lubang kencing Dewo, sebelum akhirnya mulai melahap dan mengulumnya setelah ujung kontol itu mulai melelehkan cairan beningnya. Sambil mengemut sebisa mungkin, tangan mungil Rohmah mengocok lembut batang kontol Dewo, sesekali juga diremasnya perlahan buah zakar laki-laki tua itu. Mendapat perlakuan seperti itu, rasa nikmat yang tiada tara langsung menghinggapi tubuh kurus Dewo, meski Rohmah hanya menghisap sebagian batangnya, tapi itu sudah cukup untuk membuatnya mengerang dan mendesis keenakan. ”Ya, terus begitu, Neng! Masukkan semuanya, jangan sampai ada yang tersisa!” Dewo memperhatikan kepala Rohmah yang masih tertutup jilbab bergerak maju mundur secara teratur menghisap batang penisnya. Gadis itu sama sekali tidak mengeluh meski kontol Dewo membuat mulutnya ngilu karena saking besarnya. Justru Dewo yang merintih kecapekan karena kelamaan berdiri. Ia pun segera pindah ke kursi dan meminta Rohmah untuk jongkok di hadapannya, ia menyuruh gadis itu untuk kembali mengemut dan menjilati kontolnya. "Isep lagi ya, Neng. Paman masih belum puas." kata Dewo lirih. Kembali mulut Rohmah hinggap di penisnya, menghisap lembut disana sambil sesekali menggigiti ujungnya yang sudah memerah tajam. Cairan bening yang terus keluar dari lubang kencingnya ditelan semua oleh Rohmah tanpa rasa ragu. Gadis belia itu sudah benar-benar berubah liar sekarang, sama seperti ibunya. Dewo tertawa senang melihatnya. Sambil mengelus-elus kepala Rohmah yang masih tertutup jilbab, diperhatikannya bagaimana kontolnya yang besar menyesaki mulut Rohmah yang mungil. Rasanya benar-benar begitu nikmat. Puas menikmati mulutnya, Dewo lalu meminta Rohmah untuk bangkit berdiri. Ia cium bibir gadis itu sambil meremas-remas tonjolan bukit payudaranya yang baru tumbuh dengan gemas. Tangan Dewo juga menyusup ke celah selangkangan Rohmah dan mulai mengusap-usap memeknya yang sudah terasa basah. Ia buka paha gadis itu sedikit lebih lebar untuk mengelus-elus lubang serta itilnya. Tubuh mulus Rohmah kontan menggelinjang mendapat serangan beruntun seperti itu, ia memekik dan merintih-rintih di dalam dekapan Dewo, tapi sama sekali tidak menolak. Seperti janjinya tadi, ia rela menerima apapun perbuatan Dewo pada tubuhnya! Dewo yang sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini, dengan kontol berdiri tegak, segera melepaskan pelukannya dan tidur telentang di lantai. Rohmah yang sudah telanjang bulat duduk bersimpuh di sebelahnya dengan muka menunduk merah, tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Maklum, ini adalah untuk pertama kalinya ia bersetubuh, dan selama ini ia belum pernah mendapatkan pendidikan apapun tentang seks dari kedua oarng tuanya. Bagi Kyai Kholil, adalah tabu membicarakan hal seperti itu dalam keluarganya. Maka jadilah Rohmah seperti kerbau yang dicocok hidungnya menghadapi Dewo yang sudah berpengalaman, tanpa membantah ia menuruti apapun perkataan laki-laki tua itu. Tanpa memberi tahu Rohmah apa yang akan ia lakukan, Dewo membimbing gadis muda itu agar ikut telentang di sebelahnya. Rohmah menurut. Ia juga tidak membantah saat Dewo mengangkat kedua kakinya hingga ke pundak, membuat memeknya yang tadi tersembul malu-malu kini jadi terekspos dengan jelas. Lubangnya yang mungil tampak membelah tipis, dengan lorong berwarna kemerahan yang sangat kecil, rambut-rambut halus tampak mulai tumbuh di sekitarnya, tapi masih belum begitu panjang. Dilihat dari segi manapun, sepertinya mustahil bagi kontol Dewo untuk menembus memek sekecil itu. Rohmah benar-benar masih perawan! Dewo tersenyum saat melihatnya. Ia benar-benar beruntung hari ini. Pelan, Dewo memposisikan dirinya hingga ujung kontolnya tepat berada di depan lubang memek Rohmah. Bisa dirasakannya kalau memek itu seperti menolak kehadirannya. Begitu sempitnya hingga kontol Dewo seperti membentur dinding saat mencoba menerobosnya. ”A-aduh… sakit, Paman!!” rengek Rohmah saat Dewo terus merusaha menekan kontolnya. ”Diam kamu, Lonte! Tahan… katanya kamu mau kuperawani!!” ancam Dewo dengan pinggul terus terdorong ke depan. Pelan tapi pasti, setelah usaha berkali-kali yang cukup menguras keringat, akhirnya batang kontolnya perlahan menggelosor masuk. Meski terasa kesat dan sangat sempit, Dewo terus memaksakannya, tak peduli dengan Rohmah yang merintih-rintih dan menjerit pilu di bawah tubuhnya. ”Diam kamu! Atau mau kupukul?!” hardiknya. Rohmah langsung terdiam. Untuk menahan rasa sakitnya, dia kemudian menggigit bibirnya agar tidak dimaki lagi oleh Dewo. Begitu kontolnya sudah menancap semua, tanpa memberi kesempatan memek Rohmah untuk menyesuaikan diri, Dewo mulai menggenjot tubuhnya dengan kasar. Rohmah yang menerimanya cuma bisa menangis dan merintih sepelan mungkin, ia tidak ingin membuat Dewo jadi tersinggung. Rohmah ingin Pamannya itu benar-benar menikmati saat-saat mengambil keperawanannya, tak peduli meski dirinya merasa sakit dan terhina. Apapun akan sekuat tenaga ia tahan, yang penting Dewo merasa nikmat. Darah perawan Rohmah yang mulai merembes keluar membuat kontol Dewo menjadi hitam kemerahan. Sambil terus menggoyang, tak henti-henti ia memijiti tonjolan buah dada Rohmah yang tersaji indah di depannya. Putingnya berulang kali ia pilin dan cubit keras-keras hingga membuat Rohmah menggelinjang kesakitan, namun tetap tidak mau berteriak. Gadis itu benar-benar pasrah pada Dewo. Untunglah setelah beberapa saat, Rohmah yang tadinya kesakitan kini merasa keenakan. Memeknya sudah mulai melar dan menerima kehadiran kontol besar Dewo. Benda itu bahkan mulai mengucurkan cairan pelumas lebih banyak lagi untuk membantu Rohmah menahan gempuran si kakek tua. ”Terus entot aku, Paman!” pinta Rohmah semakin memanjakan Dewo. Tubuh mungilnya bergerak seirama dengan goyangan badan Dewo yang menindihnya dari atas. Terkadang erangannya berhenti saat Dewo menyodorkan jemarinya untuk dihisap. Sambil terus menggenjot, Dewo sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga dapat menghisap bulatan payudara Rohmah. Enak sekali menikmati payudara kenyal gadis cantik ini sambil memompa kontolnya naik turun dengan liar. Gemas Dewo melahapnya sambil sesekali menjilati puting merah mudanya yang tegak menantang. Perbuatannya itu membuat erangan Rohmah semakin keras terdengar, Dewo jadi semakin bergairah dibuatnya. ”Oughhh… Paman, aku mau keluar! Ooughhh…!!” tanpa bisa ditahan, gadis itupun klimaks. Cairan cintanya yang keluar bersamaan dengan darah perawannya membuat lantai keramik putih yang menjadi alas persetubuhan mereka berubah warna menjadi merah, terutama disekitar pantat Rohmah. Tapi bukannya jijik, Dewo malah jadi sangat bernafsu dibuatnya. Goyangannya menjadi semakin liar dan brutal, begitu juga pilinan jari-jarinya di bukit payudara Rohmah, hingga membuat putri Kyai Kholil itu menjerit dan merintih semakin keras. ”Ahh, Paman... ehssh! Arghh!” tubuhnya menggelinjang dan makin terkulai pasrah dalam dekapan Dewo. Dia telah dua kali mengalami orgasme, tetapi tampaknya kontol si Dewo masih belum terpuaskan. Benda itu terus menusuk dan mengobok-obok memek sempitnya yang kini sudah tidak perawan lagi, dan terus bergerak liar disana sampai Dewo mencabutnya tak lama kemudian. Rohmah sedikit bernafas lega saat sumbat di memek sempitnya terlepas. Dia kira permainan ini akan segera berakhir, namun ternyata dia salah. Bukannya berhenti, Dewo malah meminta Rohmah agar membersihkan darah perawannya yang berceceran di lantai dengan menjilatinya. Tak bisa menolak, Rohmah pun melakukannya. Dengan sedikit menungging, ia menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat. Selama dia bekerja, Dewo tak henti-henti meremas pantat mulusnya sambil sesekali salah satu jarinya menusuk masuk lubang anus Rohmah yang masih tertutup rapat. Rohmah sedikit berjengit saat menerimanya, namun tidak bisa menolak. Ia sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Dewo selanjutnya. Setelah lantai kembali bersih, Dewo kemudian memberinya perintah lain. ”Isep lagi kontolku, pelacur cilik!” bisiknya dengan muka merah padam akibat menahan gairah. Tanpa banyak bertanya, Rohmah kembali mematuhi. Dengan bibir merah karena belepotan oleh darah, ia menjilati kontol besar Dewo yang tersaji mantab di depan mulutnya. Setelah bersih, dia kemudian berkata pada Dewo. ”Sudah, Paman. Sekarang apalagi yang bisa kulakukan untuk Paman?” tanyanya menantang. Merasa disepelekan, Dewo segera meminta Rohmah untuk menungging. ”Sebenarnya aku ingin melakukan ini di permainan kita yang kedua nanti, sama seperti yang kulakukan pada ibumu. Tapi karena kamu yang meminta, terpaksa akan aku lakukan sekarang.” jelasnya sambil mengelus-elus pantat mulus Rohmah yang tersaji indah di depannya. Dewo kelihatan sudah tak tahan ingin cepat-cepat mencicipi benda bulat itu. ”Lakukan, Paman. Apapun yang Paman inginkan, jangan sungkan-sungkan untuk memintanya. Tubuhku milik Paman sepenuhnya!” kata Rohmah. Melihat kepasrahan gadis muda itu, Dewo pun segera menyiapkan kontolnya. Berpegangan pada bokong Rohmah yang bulat sekal, dia mulai menusukkannya ke depan, menerobos memek sempit Rohmah dari belakang. “Tahan, gundikku. Akan aku berikan kepuasan pada lubang anusmu sekarang!” kata Dewo menyeringai. ”Silahkan, Paman. Perawani bokongku sesuka Paman.” balas Rohmah tanpa rasa takut sedikitpun. Setelah kehilangan keperawanannya, ia benar-benar bisa lepas menyalurkan hasrat seksnya. Apalah bedanya kehilangan ’lubang’ satu lagi, kalau tidak sekarang, toh Dewo bakal memintanya juga suatu saat nanti. Rohmah menahan nafas saat merasakan air liur Dewo yang membasahi lubang anusnya. Dewo meludahinya berkali kali sambil terus berusaha menguak dengan jari-jarinya hingga lubang anus Rohmah perlahan mekar dan terbuka, semakin lama menjadi semakin lebar. Setelah dirasa cukup, barulah Dewo menempatkan batang kontolnya persis di tengah lubang dan mulai mendorong. Belssh! Dengan agak seret kontolnya menerobos masuk. Rohmah hanya bisa diam menahan sakit. Terasa kontol panjang Dewo mentok hingga ke usus besarnya. ”Oohhh… Sempit sekali bo’olmu, Neng.” desis Dewo penuh kepuasan. Jepitan anus Rohmah tak kalah dengan cekikan dinding memeknya. Dewo menyukainya. Perlahan ia mulai menggenjot pinggulnya untuk menyodomi anus Rohmah dari belakang. Sambil melakukannya, sesekali Dewo juga menampar dan memukul pantat gadis muda itu serta meremasi buah dadanya yang menggantung indah. ”Ooughhh… enak, Paman… nikmat… terus... terus entot tubuhku, Paman… lebih keras… lebih cepat...” rengek Rohmah untuk menyenangkan hati Dewo. Sama seperti pada memeknya tadi, awalnya memang sakit, tapi lama kelamaan berubah menjadi enak, bahkan cenderung menjadi nikmat. Sangat nikmat malah hingga Rohmah mencapai klimaksnya tak lama kemudian. Cairan cintanya kembali membanjir keluar membasahi lantai keramik. Dewo yang melihatnya menjadi begitu bergairah. Dipeluknya tubuh mungil Rohmah yang masih berkedut-kedut pelan sambil terus menggerakkan batang kontolnya semakin cepat di liang vagina gadis itu. Jepitan anus Rohmah yang semakin terasa kencang membuat Dewo tak mampu lagi menahan gejolak birahinya. Tak perlu waktu lama, iapun menyusul Rohmah. Seperti biasa, beberapa detik sebelum pejuhnya meledak keluar, Dewo cepat-cepat menghentikan genjotannya dan menarik keluar batang penisnya. Memutar tubuh, ia berikan daging panjang itu kepada Rohmah. ”Emut, nduk!” perintahnya dengan tubuh gemetar dan badan mengkilat oleh keringat. Rohmah segera membuka mulutnya dan melahap kontol Dewo semampu mungkin. Dikocoknya benda itu dalam mulutnya hingga Dewo menggeram pelan, “Arghhh… terima ini, Lonteku! Arghhh… arghhh...” sambil memegangi kepala Rohmah yang masih tertutup jilbab, Dewo mengeluarkan cairan maninya. Berkali-kali benda putih lengket itu menyembur keluar hingga memenuhi tenggorokan Rohmah. Sama seperti kejadian pertama, Putri Kyai Kholil itu dengan sigap langsung menelannya. Tampaknya ia sudah ketagihan dengan gurihnya sperma Dewo. Rohmah terus menjilati kontol Dewo sampai akhirnya benda itu melemas dan mengecil tak lama kemudian. ”Aghh... sudah, Neng Rohmah!” Dewo menarik keluar kontolnya dan terduduk lemas di kursi ruang tengah dengan badan gemetaran karena lelah. ”Iya, Paman. Rohmah ucapkan terimakasih karena Paman telah sudi ngewe sama aku.” kata Rohmah sambil tersenyum dan berkedip penuh arti. Tepat setelah mereka selesai membersihkan tubuh, Wiwik dan Nyai Siti pulang ke rumah. Dewo dan Rohmah bersikap senormal mungkin, pura-pura tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. Hanya Nyai Siti yang tahu, tapi berusaha tidak menunjukkannya. Sedangkan Wiwik sama sekali tidak curiga karena Rohmah sudah membersihkan lantai ruang tengah yang penuh dengan noda darah perawannya hingga mengkilat. Rohmah juga berusaha menahan rasa sakit di memek dan lubang anusnya dengan sebisa mungkin berjalan seperti biasa. Nyai Siti tersenyum saat melihatnya. Dia kemudian menuju ke belakang, pergi ke kamar Dewo secara diam-diam. Sedangkan Wiwik yang sudah lelah langsung masuk ke dalam kamarnya. Rohmah juga sudah terlelap dalam tidurnya setelah kelelahan dientot oleh Dewo. Dengan perlahan-lahan Nyai Siti membuka pintu kamar Dewo, terlihat Dewo tengah duduk membelakanginya sambil menghisap rokok. ”Gimana, Mas, apakah kamu puas menikmati tubuh anakku?” tanya Nyai Siti. Dewo menoleh dan tersenyum. ”Kamu memang benar-benar lonteku yang baik, Nyai.” jawab Dewo. ”Bersimpuhlah di depanku, akan kuberikan hadiah kontol kesukaanmu.” ”Ohhh… terima kasih, Mas Dewo.” Nyai Siti segera bersimpuh di depan Dewo yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan sarung. Bau badan Dewo yang tidak mandi setelah menikmati keperawanan anaknya, malah membuat Nyai Siti semakin bernafsu. Dia masukkan kepalanya ke dalam sarung Dewo, dan mulai mengoral kontol Dewo sambil sesekali menjilati pelirnya. Dewo langsung mendesah mendapat perlakuan itu, setelah mematikan rokoknya, dia kemudian memegang kepala Nyai Siti yang berada di dalam sarungnya. ”Agrhh, lonteku… terus… rasakan kontolku di tenggorokanmu!!” raung Dewo sambil menekan kepala Nyai Siti kuat-kuat, ia berusaha memasukkan lebih dalam lagi kontolnya ke mulut manis Nyai Siti. Nyai Siti hampir tidak dapat bernafas karenanya. Ia berkali-kali tersedak, tapi tetap mengulum mesra karena ia menyukainya. ”Sebentar, Nyai.” kata Dewo sambil melepaskan kontonya dari mulut Nyai Siti. “Ada apa, Mas?” tanya Nyai Siti heran, tidak biasanya Dewo menolak hisapannya. ”Aku mau mau kencing dulu, Nyai.” jawab Dewo. Sambil tersenyum nakal, Nyai Siti berkata, ”Ah, Mas Dewo, kenapa harus repot kencing ke luar... nih, mulutku kan bisa buat nampung kencingmu.” Nyai siti kemudian membuka mulutnya sambil mengarahkan kontol Dewo ke dalamnya. ”Benarkah, Nyai?” tanya Dewo tak percaya. ”Pelan-pelan ya, Mas, kencingnya... biar bisa aku minum semuanya.” sahut Nyai Siti kalem. Mengangguk kegirangan, Dewo dengan pelan segera mengencingi mulut Nyai Siti. Air seninya yang berwarna putih kekuningan mengalir turun memenuhi mulut perempuan cantik itu. Dan seperti orang yang kehausan, Nyai Siti segera menelan dan menenggak semuanya, ia habiskan semua air kencing berbau pesing yang keluar dari kontol panjang Dewo. ”Nyai, cepat nungging di lantai, aku jadi tidak sabar pengen memasukkan kontolku ke dalam anusmu.” kata Dewo begitu kandung kemihnya sudah kosong, kebinalan Nyai Siti membuatnya jadi tak tahan. Nyai Siti pun segera menungging, dan tanpa menunggu lama... jleebss! Dewo menusukkan kontolnya, dan… arghhh! Ia mulai memompa anus istri Kyai Kholil itu. “Arghhh… terus, Mas… enak… ougghhhhh!!” genjotan Dewo yang sangat keras namun nikmat membuat Nyai Siti cepat orgasme tak lama kemudian. Cairan cintanya mengucur deras dari lubang memeknya, berjatuhan di lantai dan tikar tipis yang mereka gunakan sebagai alas. Dewo meraupnya dan segera meratakannya ke seluruh tubuh Nyai Siti. Diremas-remasnya payudara Nyai Siti yang bulat besar sambil terus menggenjot tubuhnya semakin keras. Kontol Dewo masih tetap perkasa, padahal Nyai Siti sudah dua kali mengalami orgasme. Laki-laki itu benar-benar luar biasa. Dengan kasar Dewo kemudian membalik tubuh Nyai Siti hingga wanita itu sekarang telentang di lantai. Dewo bergeser ke atas, sambil kembali memainkan payudara Nyai Siti yang menjulang indah, ia masukkan kontolnya ke dalam mulut Nyai Siti yang sudah siap menerimanya. Meski sudah berancang-ancang sebelumnya, tapi karena begitu gedenya kontol Dewo, tak urung Nyai Siti tetap tersedak juga. ”Ayo, Nyai lonteku… aku entot mulutmu…” Dewo menusukkan kontolnya kuat-kuat, begitu kuatnya hingga hampir masuk ke dalam tenggorokan Nyai Siti. Nyai Siti semakin terdesak dan tersiksa, namun sama sekali tidak bisa menolak. Untunglah tak lama kemudian Dewo sudah memuntahkan air maninya, Nyai Siti segera menelan semuanya karena Dewo tengah menacapkan kontolnya dalam-dalam, membuat spermanya masuk ke dalam kerongkongan Nyai Siti tanpa meluber sedikit pun. Kini Dewo sudah sepenuhnya menguasai tubuh Nyai Siti, wanita itu rela melakukan apapun asalkan dibayar dengan kontol si Dewo. Impian Dewo untuk menguasai wanita di rumah itu tinggal selangkah lagi, giliran Wiwik, adik kandung Nyai Siti yang akan menjadi budak nafsu selanjutnya.
Thursday, 2 October 2014
muslihat kakek dewo 3
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment