Thursday, 2 October 2014
Muslihat Kakek Dewo 4
;
;
;
;
;
Nyai Siti terbangun di pagi hari setelah mendengar anaknya memanggil-manggil nama si Dewo, dia dengan berbisik segera membangunkan laki-laki tua yang sedang memeluk tubuhnya itu, ”Mas Dewo, bangun...”
”A-ada apa, Nyai?” tanya Dewo. Ia menggeliat hingga kontolnya yang besar kembali bergesekan dengan kulit paha Nyai Siti.
”Anakku memanggilmu di luar… gimana ini?!” tampak raut muka Nyai Siti memucat, takut ketahuan.
Dewo dengan tenang menjawab, ”Ahh, gitu aja mesti bingung... ibunya aja jadi lonteku, masa anaknya nggak mau jadi gundikku.”
Jawaban spontan dari Dewo tidak membuat Nyai Siti marah, justru sebaliknya, ia segera tersenyum dan mengangguk mengerti. Dewo telah merencanakan sesuatu.
”Kamu diam disini, Nyai! Biar aku keluar sebentar menemui anakmu.” kata Dewo sambil bangkit berdiri, dipandanginya tubuh molek Nyai Siti yang masih tergolek lemah di atas ranjang bututnya.
Sebelum keluar menemui Rohmah, Dewo membasahi tangannya dengan minyak yang ada di dalam lemari bajunya. Itu adalah minyak pelet, untuk jaga-jaga kalau Rohmah tiba-tiba sadar.
”Ada apa, Non Rohmah?” tanya Dewo saat sudah menjumpai gadis muda itu di ruang tengah.
”Paman lihat ibuku tidak? Aku cari dari tadi tidak ada, mungkin paman tahu,” jawab Rohmah tanpa curiga, sepertinya sisa pelet Dewo tadi malam masih berbekas pada gadis itu.
Tapi untuk berjaga-jaga, Dewo segera memegang tangan Rohmah, dioleskannya minyak pelet yang baru ke ujung jari gadis itu. ”Ayo masuk dulu ke kamar, nanti aku kasih tahu dimana ibumu.” kata Dewo sambil merapal mantra pelet dalam hati.
Diserang dengan dosis dobel seperti itu kontan membuat Rohmah takluk, tanpa banyak bertanya ia mengikuti Dewo masuk ke dalam kamarnya. Sambil menuntun gadis itu, Dewo memberitahu kalau Nyai Siti sedang tidur di kamarnya. Awalnya Rohmah tak percaya, tapi setelah melihat dengan mata kepala sendiri, ia akhirnya percaya, bahkan terkesima. Ibunya tampak tergolek lemas di atas ranjang Dewo, dengan tubuh nyaris bugil dan lelehan sperma di ujung bibir buah dadanya. Nyai Siti tersenyum malu melihat kedatangan anaknya.
”Maafkan aku, Rohmah,” kata Nyai Siti. ”tetapi memang harus kuakui, bahwa aku sangat mendambakan pria perkasa seperti Mas Dewo, dengan kontolnya yang panjang dan keras itu.” jelasnya.
Rohmah hanya diam saja, bahkan saat Dewo mulai merangkul dan meremas-remas bongkahan payudaranya, ia juga tetap diam. Melihat kepasrahan gadis muda itu, Dewo jadi makin berani dengan melumat bibir tipis Rohmah penuh nafsu. Rohmah membalasnya dengan tak kalah bernafsu. Nyai Siti yang melihatnya hanya diam saja, dibiarkannya Dewo menikmati tubuh mulus anaknya sampai puas. Dia bahkan mulai meremas dan mengusap-usap memeknya sendiri sambil melihat Rohmah yang kini mulai menyepong kontol panjang Dewo penuh nafsu. Hisapan dan jilatan Rohmah membuat benda itu menegang dengan cepat. Saat sudah mencapai ukuran maksimal, dengan kasar Dewo kemudian mendorong Rohmah hingga telentang di atas tempat tidur, lalu disingkapnya jubah gadis muda itu sambil mulai memasukkan kontolnya dengan paksa.
”Aduh! Sakit!!” rintih Rohmah pilu saat memek sempitnya kembali didesak oleh kontol Dewo yang besar dan panjang. Dia masih merasa nyeri akibat persetubuhan kemarin, dan sekarang harus kembali mengalaminya, ah akan jadi apa lubang kencingnya nanti?! Rohmah tidak sempat berpikir lebih lanjut karena Dewo sekarang sudah menggoyang dan menggenjot tubuhnya begitu keras, tampak tidak perduli dengan segala rintihan dan desahannya.
Namun Rohmah bersyukur karena lambat laun kesakitannya berubah menjadi rasa nikmat, bahkan begitu nikmatnya hingga ia mencapai orgasme pertamanya tak lama kemudian. Dewo yang masih belum apa-apa terus menggenjot tubuhnya kuat-kuat, membuat Rohmah jadi kembali nikmat dan meraih orgasme untuk yang kedua kalinya beberapa menit kemudian. Dewo yang keenakan terus mencecar tubuh gadis muda itu, sambil menggoyang ia memenceti payudara Rohmah yang baru tumbuh secara bergantian. Dewo baru berhenti setelah Rohmah orgasme untuk yang ketiga kalinya. Sebenarnya Dewo masih ingin terus, tapi dilarang oleh Nyai Siti.
”Kasihan dia, ayo ganti sama aku, Mas.” ajak Nyai Siti sambil menunggingkan pinggulnya. Dewo yang masih tetap perkasa segera mengalihkan sasarannya, dengan cepat ia mencoblos anus perempuan cantik itu. Dewo menyetubuhi Nyai Siti sampai istri Kyai Kholil itu orgasme.
Dewo yang juga akan mencapai klimaks, kemudian berganti ke Rohmah, ia suruh gadis itu untuk tidur telentang. Dewo segera menaiki dadanya dan memasukkan batang kontolnya ke dalam mulut Rohmah, Dewo puas jika dia bisa orgasme di tenggorokan lawan jenisnya. Terus digenjotnya mulut mungil Rohmah sampai akhirnya… ”Arghhh… aku keluar, lonteku! Minum pejuhku! Ini gua entot mulutmu!” erang Dewo saat orgasme. Bertetes-tetes air mani masuk ke dalam tenggorokan Rohmah sampai gadis itu tersedak dan terbatuk-batuk dibuatnya, tapi Rohmah tetap berusaha untuk menelan semuanya meski masih ada beberapa yang meleleh keluar.
Nyai Siti yang melihatnya segera mendekat untuk menjilati mulut anaknya, ia mencari sisa-sisa air mani Dewo yang dapat ia telan. Nyai Siti rupanya juga menyukainya. Kini kedua ibu dan anak itu sudah jatuh ke dalam pelukan si Dewo.
Dewo sudah akan merangkul dan mencium keduanya saat dengan tiba-tiba pintu kamar terbuka. Ia pun terkesiap, dikiranya Kyai Kholil yang datang. Di ujung ruangan, tegak sesosok tubuh perempuan menatap mereka dengan matanya yang bulat. Ternyata Wiwik. Dia menatap tanpa berkedip. Tangan kanannya tertangkup di dada, sementara yang kiri tampak meremas-remas ujung gaun panjangnya yang kini terangkat di atas lutut. Mukanya sudah memerah dengan nafas yang sudah ngos-ngosan parah.
Tidak ada kemarahan di wajahnya, adik Nyai Siti itu malah tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Sejenak dia hanya diam. Dewo sudah akan mendekatinya saat tiba-tiba Wiwik melangkah dan menyerbu ke arahnya. Gadis itu melingkarkan tangan ke leher Dewo dan menciumi si lelaki tua dengan penuh nafsu. Aneh, Wiwik sama sekali tidak marah meski sudah melihat kakak dan sepupunya digarap oleh Dewo. Yang ada gadis itu malah seperti bergelora nafsunya, seakan meminta ingin dipuaskan juga.
Dewo tersenyum gembira, tanpa perlu susah payah memelet Wiwik, ia sudah bisa mendapatkan tubuh gadis muda itu. Dewo akan memperawaniya, disini, sekarang, di hadapan Rohmah dan Nyai Siti. Benar-benar situasi yang di luar dugaannya.
Rupanya sudah sejak tadi Wiwik mengintip dari luar pintu, mulai sejak Rohmah masuk ke kamar ini. Wiwik curiga saat tanpa sengaja melihat Dewo menggiring Rohmah masuk ke dalam kamar, apalagi sudah sejak pagi ia tidak melihat Nyai Siti yang biasanya selalu rajin bangun pagi. Rupanya kakaknya itu juga berada di kamar si Dewo. Mengintip dari lubang kunci, Wiwik tercekat begitu melihat apa yang terjadi. Awalnya dia sama sekali tak percaya dengan apa yang ia lihat. Disana, di atas ranjang, dilihatnya Dewo dengan leluasa menggarap Rohmah dan Nyai Siti.
Wiwik begitu marah, ingin ia langsung menyerbu masuk dan memarahi mereka bertiga. Tapi segera diurungkannya begitu melihat ekspresi Rohmah dan Nyai Siti yang sepertinya begitu menikmati persetubuhan itu. Tanpa sadar, Wiwik jadi penasaran. Dia terus mengintip, dan lama-lama, rasa penasarannya itu berubah menjadi rasa gairah yang meletup-letup, yang membuat vagina sempitnya jadi gatal dan membanjir. Dan tanpa menunggu lama, saat Dewo sudah selesai menuntaskan hajatnya kepada Rohmah dan Nyai Siti, iapun membuka pintu dan meminta jatahnya.
Jadi disinilah dia sekarang, berpelukan mesra dengan si Dewo sambil menciumi bibir laki-laki tua itu dengan garang. Dewo yang sama sekali tak siap, jadi sedikit gelagapan dibuatnya. Tapi dia cepat menguasai keadaan. Segera dibalasnya ciuman itu, lidahnya terjulur dan bertemu dengan lidah Wiwik. Beberapa saat lamanya lidah mereka saling membelit seperti tak mau lepas. Wiwik dengan rakus menghirup air liur Dewo, sementara Dewo tanpa banyak kata menurunkan gaun panjang gadis itu ke bawah, menampakkan dua gumpal buah dada yang sedikit lebih besar dari milik Rohmah. Putingnya yang kemerahan terlihat meruncing dan tegang.
“Aku juga pengen, Paman.” kata Wiwik terengah sambil memberikan kedua bulatan buah dadanya kepada Dewo, yang tentu saja disambut oleh laki-laki itu dengan senang hati.
Dewo segera meremas-remasnya sambil tak lupa mulutnya mengulum dan menjilati putingnya yang mungil menggemaskan. Benda mungil itu ia kunyah sepuas hati. Wiwik langsung mendesah keenakan dibuatnya. Jemarinya mencengkeram erat kepala Dewo. Dibiarkannya laki-laki itu melepas celana dalamnya hingga kini ia telanjang bulat. Hanya tersisa jilbab model blusukan yang menghiasi kepalanya.
Pelan Dewo mengusap gundukan vagina yang tidak berambut milik Wiwik, terasa cairan bening mulai meluap keluar dari celahnya yang sempit. Wiwik terus merintih, apalagi saat jemari Dewo makin menyelusup ke liang senggamanya dan mulai menyentuh klentitnya yang menyembul indah dengan ujung jari. ”Akhh...” Wiwik langsung melolong tertahan dibuatnya. ”Geli, Paman!” desahnya tersentak sembari memeluk erat leher Dewo.
Dewo segera mengajaknya pindah ke dipan, Nyai Siti tersenyum menerima kedatangan adiknya. Sebenarnya dia sempat deg-degan juga melihat kemunculan Wiwik, tapi setelah tahu kalau Wiwik tidak marah, bahkan ingin ikut dalam permainan mereka, Nyai Siti jadi lega dibuatnya. Bersama Rohmah ia pun bergeser, memberi tempat bagi Wiwik untuk bercinta dengan Dewo, agar Wiwik bisa melepas kesucian dan keperawanannya.
Tak banyak cingcong, Dewo langsung merengkuh tubuh hangat Wiwik ke dalam pelukannya. Ia memeriksa kemaluan gadis itu, masih belum cukup basah untuk diperawani, masih perlu dicumbu sedikit lagi supaya gairah Wiwik lebih menggelora. Dewo kembali mencium bibirnya sambil tangannya menyusup untuk meremas-remas buah dada Wiwik yang terasa hangat dan kenyal. Benda itu berukuran sedang saja, tapi entah kenapa Dewo menyukainya. Mungkin karena putingnya yang sangat kecil, yang hanya sebesar biji kacang hijau. Tampak sekali puting itu sudah sedikit mengeras.
Perlahan tapi pasti, perbuatan Dewo itu membuat cairan pelicin milik Wiwik menjadi semakin banyak merembes keluar, tanda kalau memeknya sudah siap untuk dimasuki. Sambil memegangi kontolnya, Dewo pun melakukannya. Seperti memek perawan pada umumnya, vagina Wiwik juga terasa licin dan rapat. Batang kontol Dewo seperti menembus lipatan daging hangat yang basah oleh lendir. Susah sekali melakukannya. Tapi dengan pengalamannya, Dewo akhirnya bisa juga memasukinya.
”Auw! Arghhh!!” Wiwik menjerit lirih saat selaput daranya robek oleh kontol Dewo. Gadis itu melepas nafas panjang, merasakan betapa ngilu gesekan kontol Dewo di liang kemaluannya. Nyai Siti segera mengelus-elus pundaknya untuk menenangkan, bisa dilihatnya kalau Wiwik hampir menangis dibuatnya.
”Tahan, Wik. Nanti lama-lama juga enak kok.” kata istri Kyai Kholil itu.
”Iya, Mbak. Cuma sakit di awal saja.” tambah Rohmah sambil mengusap-usap memeknya sendiri.
Dewo mulai menggerakkan pinggulnya, merasa senang karena cita-citanya tercapai. Di kamar sempit berukuran 2x3 meter itu, ia bisa menikmati tubuh semua wanita yang ada di rumah Kyai Kholil. Apa bukan beruntung itu namanya?
Sepuluh menit pertama mereka mengadu rasa, Wiwik masih terus merengek dan merintih-rintih karena sakit. Baru setelah cairan pelumasnya semakin banyak keluar, ia mulai bisa menikmati persetubuhan itu. Pasrah ia memeluk Dewo dan membenamkan wajahnya di leher laki-laki tua itu. Nafasnya semakin lama semakin memburu, tubuhnya semakin panas. Titik-titik keringat mulai keluar dan lama-lama peluhnya semakin membanjir.
Di sprei, darah perawan Wiwik yang bercampur dengan cairan kenikmatannya tampak membekas tak bisa hilang. Dewo terus menusukkan kontolnya, sama sekali tak peduli dengan semua itu. Semakin lama, memek mungil Wiwik yang kini sudah tidak perawan lagi terasa semakin nikmat membungkus batang penisnya, hingga membuat Dewo semakin bersemangat menyetubuhi gadis muda itu. Wiwik membalas dengan menggerakkan pinggulnya berputar-putar, sesuai instruksi dari Nyai Siti. Ganas sekali putarannya, dia tampak sudah sepenuhnya menikmati persetubuhan itu.
Di sebelah mereka, tampak Rohmah dengan penuh nafsu menjilati kemaluan Nyai Siti. Melihat permainan Dewo dan Wiwik yang begitu panas dan mesra, rupanya membuat ibu dan anak itu jadi terangsang juga. Jadilah sekarang mereka saling mencumbu dan memuaskan satu sama lain. Dewo membantu dengan mengocok-ngocok memek Rohmah yang menganggur menggunakan dua jarinya, ia begitu puas bisa memiliki budak seks seperti mereka bertiga.
”Ahhh...” Wiwik mendesah nikmat sambil menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan. Lipatan memeknya yang hangat terasa semakin licin dan kenyal.
Dewo yang melihatnya jadi semakin aktif mengocok dan menekan batang kontolnya. Tulang kemaluan mereka beradu, bibir memek Wiwik yang tebal menahan tekanan itu dengan kuat, terasa hangat dan sangat basah karena lendir mani Wiwik sudah melimpah sedari tadi. Dua menit kemudian gadis itu melolong merasakan vaginanya berdenyut nikmat. ”Ooohhhhh... Paman!!”
Dewo membantu dengan menekan kontolnya semakin dalam seiring dengan mengalirnya air mani gadis itu yang begitu deras dan kencang, hingga merembes dari lipatan-lipatan kemaluannya.
”Enak sekali, Paman! Ooh!” desah Wiwik suka. Gurat-gurat kepuasan terpancar di wajahnya yang cantik. Sekilas Dewo melihat memek gadis itu yang memerah karena darah perawab dan bibir luarnya yang tampak membengkak parah, cairan-cairan lendir masih menetes dari sela-sela lipatannya yang sempit.
”Enak, Wik?” tanya Dewo sambil mencabut penisnya. Ia yang belum ejakulasi segera mengalihkan sasaran kepada Nyai Siti. Dientotnya istri Kyai Kholil itu di lubang memek.
Wiwik mengangguk dan kemudian bangkit untuk membenamkan wajahnya di susu Rohmah yang tidak seberapa besar, Wiwik menggoda sepupunya itu dengan mencium dan menjilati putingnya sesuka hati. Begitu dahsyatnya pengaruh Dewo hingga dia jadi begitu liar setelah kehilangan perawannya.
Lama mereka dalam posisi seperti itu, mungkin ada seperempat jam, sampai akhirnya Rohmah yang sudah tak tahan mendudukkan pantatnya di wajah Wiwik, menyuruh buliknya itu untuk mengulum dan menjilatnya. ”Ah, ayo, Mbak! Aku sudah tidak tahan lagi.”
Sambil meremas pinggang dan payudara Rohmah, Wiwik pun beraksi. Ia ganyang habis vagina lembut dan basah itu. Rohmah segera merintih-rintih ingin lekas melepas nikmat. Terlihat memeknya berdenyut-denyut kencang saat ia menyemburkan cairan kewanitaannya, membuat mulut Wiwik jadi basah dan lengket karenanya.
Di saat yang hampir bersamaan, Nyai Siti juga mencapai orgasmenya. Setelah terkejang-kejang sebentar, wanita itu ambruk di atas tubuh kurus Dewo. Berat sekali rasanya menahan tubuh istri Kyai Kholil yang begitu montok itu, Dewo segera menyingkirkannya. Ia yang belum ejakulasi mulai mencari sasaran baru lagi. Tampak kontolnya masih menegang dan basah bergelimang cairan memek Nyai Siti.
Disuruhnya Wiwik dan Nyai Siti untuk mengulumnya sebentar sebelum Dewo mengajak Rohmah untuk memulai ronde berikutnya tak lama kemudian. Ia bangkit berdiri, mendorong sedikit tubuh mulus gadis itu. Dewo ingin merasakan sesuatu yang lain, yang kemarin didapatnya dari Nyai Siti.
Ia menguruh Rohmah berdiri membelakanginya dan menumpukan kedua tangannya di dipan reyot yang ada di dalam kamar. Posisi Rohmah sekarang menungging di depannya. Nyai Siti yang mengerti apa yang diinginkan oleh Dewo, segera menyuruh anaknya untuk mengangkat pantatnya lagi. Dari belakang, disela-sela bongkahan pantat, nampak memek Rohmah yang membelah mungil masih meneteskan cairan kental banyak sekali.
Tapi bukan itu sasaran Dewo, lubang anus Rohmah lah yang ia inginkan. Dengan dua jari, Dewo mencoba menyingkapnya untuk mencari jalan, Rohmah langsung bergidik saat merasakannya. ”Paman, apa yang Paman inginkan?” tanyanya dengan buah dada bergetar menahan dentaman jantungnya yang meningkat dahsyat.
”Tenang saja, kamu tahan nafas ya?!” bukan Dewo, malah Nyai Siti yang menyahut duluan.
Rohmah segera melakukan apa yang dikatakan oleh ibunya. Ia menarik nafas panjang saat Dewo mulai menusukkan penisnya. Creepp... laki-laki itu berusaha keras memasuki liang anusnya, tapi gumpalan pantat Rohmah yang bulat sekal sedikit menahan gerakannya. Dewo mencoba lagi dan menekan lebih kuat ke depan. Akhirnya... masuk juga. Oh, rasanya seperti dijepit dan dipilin-pilin, Dewo menyukainya. Ia menekan lagi, semakin dalam dan kencang.
”Emhh...” rintih Rohmah tertahan.
Dewo mulai bergerak maju mundur dan menekan-nekan, sekujur batang kemaluannya rasanya seperti dicengkram oleh anus Rohmah yang masih perawan. Sambil agak membungkuk, ia mencoba meraih buah dada gadis itu, Dewo meremas keduanya dari belakang. Hangat dan sangat kenyal terasa di kedua telapak tangannya. Dewo memutar-mutar putingnya dengan ujung jari, membuat Rohmah yang mulai bisa menikmati jadi menggelinjang dan merintih karenanya. Ia bahkan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi agar kejantanan Dewo bisa masuk lebih dalam ke dalam lorong anusnya.
Dengan tubuh penuh keringat, Dewo terus menekan dan menggosok-gosok dinding pantat Rohmah dengan batang kontolnya. Memang sedikit agak sulit, tapi dia sangat menikmatinya. Kemaluan mereka sudah begitu erat menyatu bermandikan cairan merah, darah dari anus Rohmah yang lecet parah. Tapi bukannya mengeluh kesakitan, Rohmah justru merasa kenikmatannya semakin meningkat, semakin lama semakin menghebat.
”Aghh... hhh...” gadis itu menggeram menahan rasa. Nafasnya berat dan melenguh-lenguh, keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya. Denyutan-denyutan penuh rasa nikmat menyerang batang kontol Dewo. Samar dilihatnya memek Rohmah menyempit dan surrr... keluar cairan kental yang sangat banyak, menyembur deras hingga berceceran di lantai kamar. Yang ditusuk sebelah atas, tapi yang di bawah yang bocor.
Tubuh Rohmah bergetar menahan rasa geli yang luar biasa, sementara Dewo terus menekan batang kontolnya semakin dalam. Saat sudah tidak tahan lagi, ia pun mencabut penisnya dan mengarahkannya ke muka Rohmah. Wiwik dan Nyai Siti yang tidak ingin ketinggalan, segera menghambur mendekat. Dengan sabar Dewo membagi air maninya pada ketiga wanita itu.
Begitulah, sejak saat itu, jika Kyai Kholil tidak ada di rumah, Dewo dengan sesuka hati menggenjot Wiwik, Rohmah dan Nyai Siti, tergantung siapa yang ada. Mereka melakukannya tak pandang tempat, tidak hanya di kamar, di dapur dan halaman belakang juga sering. Dan tidak cuma dientot, Dewo juga bebas menyuruh apapun pada ketiga wanita itu, dan ketiganya sama sekali tidak menolak. Mereka benar-benar pasrah menjadi budak seks Dewo, dengan imbalan dientot di memek dan anus oleh laki-laki tua itu.
BERSAMBUNG
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment