rmlink a { background: none repeat scroll 0 0 #E37F52; border-radius: 4px; color: #FFFFFF !important; font-size: 10pt; font-weight: 700; line-height: 1; padding: 1px 3px 1px; text-transform: uppercase; }

Thursday, 2 October 2014

Muslihat Kakek Dewo 9


Hari masih sangat pagi ketika Dewo melangkahkan kaki menyusuri jalanan kampung yang mulai ada aktivitas. Beberapa orang menyapanya; mulai dari para petani yang akan berangkat ke sawah, hingga ibu-ibu genit yang sudah pernah merasakan kontol panjang si Dewo. Ya, sejak bisa menguasai Nyai Siti, Wiwik, dan Rohmah, Dewo bisa meniduri semua wanita yang ia inginkan. Tentunya dengan bantuan mereka bertiga. Dan kini, setelah 3 bulan berlalu, hampir separuh wanita di kampung ini pernah dientotinya. Karena terkena pelet Dewo, mereka rela memberikan mulut, memek dan anusnya untuk dientot oleh laki-laki tua itu. Tidak cuma ibu-ibu, Dewo juga mengincar anak gadis dan cewek-cewek yang masih perawan, meski untuk mendapatkannya harus sedikit sulit karena ilmu peletnya harus ia gandakan berkali-kali lipat. Sangat menguras tenaga, namun hasilnya sungguh setimpal. Dewo merasa lebih muda sepuluh tahun kalau sehabis meniduri gadis perawan! “Mau kemana Pak Dewo?” tanya Nuning, istri si Jamil juragan tahu. Dewo tersenyum pada wanita itu. “Cuma jalan-jalan aja.” jawabnya sambil tersenyum, menampakkan gigi-giginya yang hitam dan tak rata. Nuning mengerling genit, “Nggak mampir dulu? Tahu saya enak lho, sudah dari tadi malem saya angetin.” tawarnya nakal. Dewo hanya mengangguk saja menanggapinya. Nuning memang adalah salah satu korbannya. Ia sudah menidurinya dua kali. Yang pertama atas bantuan Nyai Siti, sedang yang kedua saat ada pengajian di Musholla. Dewo yang disuruh untuk mengambil kue di rumah Nuning, memanfaatkannya untuk mencicipi sebentar wanita yang masih kelihatan cantik meski sudah punya dua anak itu, sebelum kembali ke Musholla tak lama kemudian. Tidak ada yang curiga. Dan Nuning sendiri tampak ketagihan, sejak saat itu ia selalu merayu Dewo dan mencari-cari kesempatan agar bisa berdua saja dengan laki-laki tua itu untuk mengulangi lagi perbuatan mereka. Sayang kesempatan itu tidak pernah tiba. Yang ada Dewo malah mendapatkan wanita lain untuk menyalurkan hasratnya yang menggebu-gebu. Nuning harus sekuat tenaga menahan nafsunya. Dan hari ini, kembali ia harus menelan ludah karena Dewo terus berlalu tanpa sedikit pun berniat mampir di tempatnya. Dewo meneruskan langkah. Di depan, ada sekumpulan gadis berseragam SMA yang akan berangkat sekolah. Dewo segera menyapa mereka. “Pada mau sekolah nih?” tanyanya. Mereka tersenyum, salah satu diantaranya menjawab. “Iya, Paman.” Dewo mengenalinya sebagai Rizka, anak Pak RW. Ia juga sudah menikmati tubuh gadis itu, bahkan diantara tiga anak yang ada disana, Dewo sudah mengentoti 2 orang. Tinggal satu yang belum, dan Dewo yakin bisa mendapatkannya dalam waktu dekat dengan bantuan dari Wiwik tentunya. Dewo melanjutkan langkah. Tujuannya sudah semakin dekat sekarang. Di belokan ujung kampung, beberapa orang kembali menyapanya. Disana Dewo sedikit mengerjapkan mata saat melihat sesosok perempuan yang sangat cantik. Dewo mengenalnya sebagai Salamah, anak Haji Tohir, yang sebentar lagi akan segera menikah. Dewo sudah lama mengincarnya, namun tidak pernah bisa mendapatkannya. Kalau perawannya gagal, saat sudah menikah juga boleh. Yang penting ia bisa menikmati tubuh sintal gadis itu. Dewo menganggukkan kepala, yang dibalas Salamah dengan cepat-cepat masuk ke dalam rumah. Gadis itu risih dengan tatapan mata si Dewo yang seperti menelanjanginya. Kalau Salamah risih, beda dengan Nurul, kakak iparnya, yang langsung saja tersenyum melihat kedatangan Dewo. “Mau kemana, Paman?” tanya ibu muda beranak satu tersebut. Ya, benar, Nurul memang sudah takluk kepada Dewo. Mereka sudah tidur berdua berkali-kali. Bahkan Nurul yang saat ini hamil 2 minggu, kemungkinan besar mengandung anak si Dewo. Dewo hanya menyahut seperlunya, ia lagi males dengan wanita itu. Hamil muda membuat Nurul jadi tidak bisa dipakai. Dewo sudah punya incaran lain, wanita yang tidak kalah cantik dan seksi, yang bersedia melakukan apapun demi bisa mendapatkan sepongan di mulut, memek dan anusnya. Langkah Dewo memelan di depan sebuah rumah. Pintunya tampak terbuka sedikit, menampakkan bagian dalamnya yang mungil dan sederhana. Dewo segera berbelok kesana. Ia memutar langkah ke belakang saat dilihatnya seorang laki-laki sedang asyik merokok di bawah pohon jambu. Itulah Kang Hamdi, salah satu teman akrab Kyai Kholil. Bukan laki-laki itu yang ingin ditemui oleh Dewo, tapi Astri, istrinya yang cantik dan seksi. Pertama kali menjumpai Astri, Dewo langsung tertarik padanya. Selain cantik, Astri juga sangat pemalu dan pendiam, tipe yang sangat disukai oleh Dewo karena bisa bikin penasaran. Beberapa kali ia mencoba merayu wanita itu saat Astri bertamu ke rumah Kyai Kholil, tapi tidak pernah berhasil. Kalau bukan karena Kyai Kholil yang tiba-tiba muncul, pasti karena Kang Hamdi yang buru-buru ngajak pulang. Pendeknya, Dewo jadi makin mupeng dan makin penasaran dibuatnya. Hingga akhirnya, ia menemukan suatu cara. Saat membuka-buka kitab lama warisan sang guru, Dewo tak sengaja membaca sebuah pelet ‘khusus’. Disebut khusus karena yang dipelet adalah laki-laki agar mau menyerahkan istrinya. Dewo langsung mencobanya pada Kyai Kholil, dan berhasil! Buktinya malam kemarin, saat Kyai Kholil baru pulang dari sholat isya di musholla, ia segera menjebak laki-laki itu agar mau diajak ke dapur. Disana Dewo memberikan secangkir kopi yang sudah dimasuki pelet. Hasilnya; Kyai Kholil sama sekali tidak marah saat Dewo mengentoti Nyai Siti tepat di depannya. Malah yang ada, laki-laki itu ikut terangsang dan turut menggoyang tubuh sintal Nyai Siti setelah Dewo selesai. Nyai Siti sendiri tampak tersenyum gembira dan bahagia. Impiannya untuk bebas main dengan Dewo kapanpun dan dimanapun akhirnya terwujud. Ia kini tidak takut lagi dimarahi oleh sang suami. Wiwik dan Rohmah yang melihat semua itu, pelan-pelan ikut bergabung. Jadilah di malam yang gelap tanpa bintang itu, Kyai Kholil sekeluarga nge-seks bareng, dengan dipimpin dan diatur oleh Dewo. Kyai Kholil bergantian menyetubuhi Wiwik dan Nyai Siti, sedangkan kepada Rohmah ia masih sungkan, mengingat kalau gadis ini adalah anak kandungnya sendiri. Padahal kalau seandainya Kyai Kholil meminta, Rohmah akan dengan senang hati memberikan tubuhnya. Pelet maut Dewo membuat pikiran gadis muda ini jadi tumpul, tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan yang salah. Yang ada cuma hasrat birahi menggebu-gebu yang harus dituntaskan saat itu juga. “Mulai sekarang, setiap bikin kopi buat suamimu, pake gula yang ada di kaleng ini. Kalau gulanya habis, bilang padaku, nanti akan aku kasih lagi.” kata Dewo pada Nyai Siti yang tergolek pasrah di bawah tubuhnya. “Dengan begitu, kita bisa terus bebas melakukan apa saja di rumah ini.” tambahnya. Nyai Siti mengangguk mengiyakan, ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk sekedar mengucapkan sesuatu. Di sebelah mereka, Rohmah sudah tampak tertidur pulas. Sementara agak sedikit lebih jauh, terlihat tubuh molek Wiwik yang meringkuk lemah di dalam pelukan Kyai Kholil. Begitulah, saat pagi tiba, Dewo bergegas pergi ke rumah Kang Hamdi. Ia yakin, dengan pelet ini ia bisa mendapatkan tubuh molek Astri. Kang Hamdi segera menoleh dan tersenyum kepadanya saat melihat Dewo berjalan mendekat. “Tumben nih, ada perlu apa sampai membuat Pak Dewo datang kemari?” tanya Kang Hamdi. “Nggak ada apa-apa. Saya cuma jalan-jalan, dan kebetulan lihat kamu lagi sendirian. Emang nggak boleh ngajak ngobrol?” tanya Dewo berkilah. Kang Hamdi tersenyum. “Boleh, tentu saja boleh. Sini, Pak Dewo, duduk sini.” Dia mempersilahkan Dewo untuk duduk. Kang Hamdi sama sekali tidak tahu, itu adalah kesalahan terbesarnya hari ini. Dewo pun duduk dan mulai mengajak laki-laki itu untuk ngobrol. Mereka berbincang-bincang mulai dari masalah tanaman hingga cuaca. Sambil ngobrol, Dewo menawari Kang Hamdi rokok. Yang tentu saja bukan sembarang rokok, sudah ada ‘pelet khusus’ di dalamnya. Kang Hamdi mengambil satu dan mulai menghisapnya. Dewo tertawa puas dalam hati. Mereka melanjutkan obrolan sampai mentari mulai merangkak naik menerangi bumi. Dari dalam rumah, terdengar kesibukan Astri yang lagi memasak di dapur. Dewo tidak bisa melihatnya, tapi ia bisa membayangkan bagaimana rupa perempuan cantik itu. Dalam pikirannya, Dewo menebak kalau Astri mengenakan baju panjang dan jilbab lebar seperti biasanya, yang makin menambah kecantikan, juga kemontokan tubuhnya. Dewo melirik ke samping, dilihatnya Kang Hamdi mulai tidak fokus. Pelet Dewo sudah mulai bekerja mempengaruhi pikirannya. Dewo mencoba bertanya untuk mengetes, “Istri Akang cantik ya, siapa namanya?” “Astri,” jawab Kang Hamdi tenang, seharusnya ia curiga dengan pertanyaan seperti itu. “Saya selalu ngaceng lho kalau lihat istri Akang.” kata Dewo lagi. Kang Hamdi menatapnya, tetap tidak marah. Tidak ada sedikit pun emosi di dalam wajahnya. “Saya juga, karena itu tiap malam dia saya entoti. Tapi saya selalu kalah, selalu muncrat duluan.” Dewo tertawa. “Mau aku bantu? Saya bisa lho bikin dia puas...” Kang Hamdi mengangguk. “Hm, gimana ya... kalau saya sih nggak masalah, tapi nggak tahu kalau istri saya.” Ini dia jawaban orang yang sudah kena pelet si Dewo. Dewo tertawa samar. “Ah, itu gampang. Serahkan itu sama saya. Sekarang dimana istrimu?” tanyanya tak sabar. Kang Hamdi menunjuk pintu dapur yang terbuka lebar. “Dia di dalam, coba Pak Dewo cari ke dalam.” jawabnya tanpa rasa berat sedikitpun. Dewo segera beranjak, tapi sebelum pergi ia sempat berpesan, “Akang tunggu disini, jaga pintu ini. Kalau ada orang datang, Akang harus menghalangi orang itu masuk ke dalam. Dengan begitu aku bisa total memuaskan istrimu. Gimana, Akang sanggup?” Kang Hamdi dengan tanpa membantah mengangguk mengiyakan, tingkahnya persis seperti boneka penguin di pasar malam yang bisanya cuma menganguk-angguk. Dewo masuk ke dalam rumah. Di dapur, ia tidak menemukan keberadaan Astri. Tapi didengarnya ada suara dari arah kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Dewo segera pergi kesana. Dibukanya ganggang pintu kamar yang tidak terkunci dengan cepat, pemandangan vulgar yang sangat segar dan indah langsung tersaji di depannya. Disana, tanpa tertutup oleh sehelai benangpun, tampak Astri yang sedang membasuh tubuh sintalnya. Ia tepat menghadap ke arah pintu, hingga kontan saja perempuan itu menjerit-jerit kaget saat melihat Dewo yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Astri berusaha menutupi tubuhnya, namun tidak bisa semuanya. “Pak Dewo! Apa yang bapak lakukan disini?! Keluar! Cepat tutup pintunya kembali!“ teriak Astri sambil menarik handuknya yang tersampir. Kontol Dewo langsung ngaceng bak gagang cangkul melihat semua itu. Kesintalan tubuh Astri benar-benar luar biasa indahnya. Dewo terus memandanginya sepuas hati sambil tersenyum. Astri yang ketakutan kini meringkuk ke pojokan kamar mandi, ia terus berusaha menutupi tubuhnya meski tidak pernah berhasil karena begitu kecilnya handuk yang ia pakai. Dewo yang sudah tidak tahan, segera melucuti pakaiannya dengan cepat. Tak lama, ia sudah telanjang bulat seperti Astri. Dilihatnya istri Kang Hamdi itu makin terkaget-kaget menyaksikan aksinya. “Akang! Tolong! Tolong aku!“ teriak Astri pada sang suami, yang tentu saja sia-sia. Suaranya bahkan lenyap ketika Dewo dengan paksa menarik handuk yang ia pegang dan ganti menggunakan kain itu untuk membekap mulutnya agar tidak lagi menjerit-jerit. “Tenang, Mbak Astri.“ bisik Dewo sambil mendekap tubuh montok Astri erat, ia memeluknya dengan begitu mesra dan mulai meraba bagian buah dadanya yang sintal dan padat. Astri berontak dengan kuat, namun tentu saja ia tidak berdaya melawan Dewo yang kadung diburu nafsu. “Tolong! Lepaskan aku!” hibanya saat sudah tidak bisa meronta lagi. “Kamu seksi sekali, Mbak...“ bisik Dewo lagi, lalu dengan gemas merangsang Astri dengan mengarahkan tangannya ke belahan vagina perempuan cantik itu. Astri melonjak ketakutan saat Dewo mulai mengusap-usap selangkangannya yang penuh dengan rambut itu, ia kembali berusaha untuk memberontak. Namun setelah dirasa percuma dan sia-sia, lama-lama ia menjadi pasrah. Anehnya ia tidak menangis, tapi tangannya masih berusaha mencakar-cakar tubuh Dewo. Dewo membalas dengan meremas buah dada Astri kuat-kuat hingga membuat istri Kang Hamdi itu menjerit kesakitan. “Auw! Hentikan, Pak Dewo! Sakit!” teriak Astri menghiba. “Aku pengin ngentot denganmu, Mbak Astri sayang!“ kata Dewo dengan vulgar, membuat Astri sampai mendelik. Apalagi sekarang kontol Dewo sudah menempel ketat di bongkahan pantatnya, membuat Astri semakin melotot saja jadinya. Tapi di lain pihak, perlawanannya malah semakin melemah, sehingga Dewo dengan berani melepaskan bekapan tangannya. “Pak Dewo... jangan! Jangan lakukan! Jangan perkosa saya! Lepaskan! Aku mohon!“ Astri berkata memelas, namun tidak berusaha untuk memberontak, malah bagian pantatnya terlihat semakin menempel ketat di selangkangan Dewo. Dewo tersenyum gembira, peletnya sudah mulai bekerja sekarang. Tadi sambil merangkul tubuh montok Astri, Dewo memasukkan pengaruhnya. Dan berhasil. Astri kini sudah sepenuhnya takluk dalam kekuasaannya. Meski masih sedikit melawan, itu hanya dorongan sesaat saja. Begitu Dewo makin merapatkan kontolnya, perempuan itupun langsung terdiam. “Mbak, kita sudah sama-sama telanjang... aku pengin menikmati tubuhmu!” rayu Dewo semakin nakal, ia terus menekan-nekan selangkangannya sambil memberikan ciuman di pipi Astri yang putih mulus. Astri berusaha menyingkirkan kepalanya agar tidak dicium, namun Dewo terus mengejarnya hingga mendapatkan bibir Astri yang memerah tipis. Dewo langsung melumatnya dengan rakus dan penuh nafsu. Astri berusaha memberontak lagi, namun Dewo menguatkan dekapannya sambil pantatnya mulai bergoyang-goyang, menggesekkan batang kontolnya ke selangkangan perempuan cantik itu. Membuat Astri jadi kembali melotot lebar. “Jangan, Pak Dewo! Ampun... ini dosa... tidak boleh! Jangan berbuat kurang ajar... aku ini istri orang... bukan istrimu!“ debat Astri untuk yang terakhir kali. “Sudahlah, Mbak... sebaiknya nikmati saja!” kata Dewo sambil terus menyerbu bibir Astri dengan rakus. Setelah tidak ada perlawanan lagi, ia pun memutar tubuh istri Kang Hamdi itu dengan cepat. Dewo mengangkat dan kemudian mendudukkan Astri di atas bak mandi. Astri berusaha untuk turun, namun saat melihat batang Dewo yang sudah ngaceng keras, ia langsung terdiam pasrah. Memang tangannya masih sempat digunakan untuk menutupi mukanya. Namun dari tutupan tangan itu, Dewo bisa melihat kalau celah-celah jari Astri sedikit terbuka, menandakan kalau wanita itu penasaran dan ingin mengintip batang kontol Dewo yang besar panjang! “Nggak usah malu-malu, Mbak... waktu cuma milik kita berdua saat ini.” kata Dewo sambil berusaha merangsang, ia elus-elus paha Astri yang putih mulus, terasa begitu licin dan halus dalam genggagam tangannya. Begitu juga buah dada perempuan cantik itu. Selain ukurannya yang besar, bentuknya juga sangat bulat dan padat sekali. Rasanya jangan ditanya lagi, sudah dari tadi Dewo tidak berhenti-berhenti memijit dan meremas-remasnya, ia seperti ketagihan oleh bulatan daging kembar itu. “Ahh... Pak Dewo... jangan!“ Astri mulai merintih. Dewo langsung menyerbu bibirnya dengan rakus, ia pancing Astri dengan menjulurkan lidahnya sambil terus meremas-remas buah dadanya. Astri memang tidak membalas, ia masih tetap mengatupkan bibirnya rapat, namun istri Kang Hamdi itu sudah terlihat pasrah, tidak memberontak lagi seperti tadi. “Ssh... shh... hhh...“ dan tak lama, Astri pun mulai mendesis ketika Dewo semakin gencar meremas buah dada dan menghujani bibirnya dengan pagutan dan ciuman yang sangat membangkitkan gairah. Pelan-pelan bibirnya mulai terbuka dan menyambut lumatan Dewo. Ia mulai menanggapi walau masih kaku. Dewo terus mengajaknya untuk saling berpagut mesra, dan kali ini Astri membalas dengan lebih lembut. Dan tak lama, saat Dewo merangsangnya semakin gencar, ia pun terlena. Astri tidak membantah saat Dewo mengangkat dan membopong tubuhnya menuju ke kamar. “Pak Dewo, kita mau kemana?” tanyanya dengan lemas tak berdaya. Tidak menjawab, Dewo membawa Astri keluar dari kamar mandi dan membuka sebuah kamar yang ada di dekat dapur dengan kakinya. Rupanya itu kamar tamu, terlihat jarang sekali dipakai. Dewo melemparkan tubuh montok Astri yang masih basah ke atas ranjangnya yang berdebu dan langsung menindihnya. Dewo menghujani perempuan cantik berambut panjang itu dengan pagutan dan rangsangan. Ia remas-remas buah dada Astri dengan dua tangan, sambil mulutnya menjelajah ke daerah yang lain. “Uuh... Pak Dewo! Kenapa begini?! Ahh...” sergah Astri sambil menahan kepala Dewo yang ingin menjilati ujung putingnya. Tapi Dewo terus memaksa hingga Astri jadi tak bisa melawan lagi, terpaksa ia relakan dua tonjolan mungil yang sangat sensisif di puncak buah dadanya itu menjadi sasaran mulut Dewo. Astri cuma bisa merintih dan menggigit bibir untuk menahan rasa nikmatnya. Ia sudah tidak melakukan pemberontakan lagi. Melihat itu, setelah puas menikmati bongkahan payudara Astri, Dewo melorot turun dan menyorongkan kepalanya ke bawah. Tanpa aba-aba, ia langsung menjilati memek Astri yang berambut tebal. “Pak Dewo, jangan aah... jijik!“ tahan Astri dengan menutupi lubang memeknya memakai tangan, namun Dewo segera menariknya hingga terlepas, lalu pelan-pelan ia kembali menjilati lubang mungil yang terlihat sangat menjanjikan tersebut. “Auh... jangan, Pak Dewo... aah... aah... ssh... hhh...“ desis Astri sambil menggigit bibirnya semakin keras. Ia terus mendesis tak karuan, tubuhnya menggelinjang kesana-kemari saat Dewo dengan gemas terus menjilat sambil meremas-remas lembut kedua buah dadanya. Astri sudah tidak meronta lagi, kali ini malah memegang kepala Dewo agar tidak menjauh dari selangkangannya. Ia sampai terpejam merasakan jilatan Dewo yang menusuk semakin nakal mengorek liang surgawinya. Dewo menjilat rakus liang itu dengan lidahnya sampai membuat Astri mendesis dan pelan-pelan tubuhnya merebah pasrah. “Terus, Pak Dewo...“ kata Astri pada akhirnya, memberi akses bagi Dewo untuk merangsang tubuhnya sepuas-puasnya. Dewo yang tersenyum senang, terus menyusuri segitiga emas milik Astri dengan lidahnya, ia menghisap-hisap lembut lubang sempit itu hingga membuat Astri makin mendengus terangsang. Meski penuh jembut, tapi belahan memeknya terlihat sungguh rapat, tidak mudah bagi Dewo untuk mencobloskan lidahnya. Perlu perjuangan keras untuk menaklukkan belahan itu. Dewo menghitung, ukuran kontolnya tampak tidak sebanding dengan ukuran memek Astri yang sempit. Namun ia lekas mengesampingkan semua urusan itu, yang penting baginya sekarang adalah bagaimana merangsang birahi Astri agar saat bercinta nanti ia bisa merasa nikmat. Astri terus berbaring telentang ketika Dewo menjilati vaginanya dengan posisi membungkuk, “Ssh... shh… auh... aah... ssh... hhh...“ desisnya dengan suara mendesah. Dewo menyingkap belahan daging yang menutup lubang itu pelan-pelan, ia rasakan ada cairan yang keluar dari lorongnya yang sempit, membuat area terlarang itu kini mulai membasah deras. Dewo kembali menjilat, menyusupkan lidah ke dalam sana sambil tangannya terus memegang dan meremas-remas buah dada Astri dengan lembut, hingga membuat istri Kang Hamdi itu sampai menggeleng-gelengkan karena saking enaknya. Astri memejamkan matanya dengan erat, tampak sangat meresapi setiap juluran lidah dan bibir Dewo yang mengobok-obok liang vaginanya. “Terus, Pak dewo... aah... j-jangan berhenti... aah... auh... ssh...“ lenguh Astri semakin menggila. Di luar, hari tampak mulai terang menuju siang. Astri terus menggeliat tak karuan, kakinya bergerak-gerak, kadang ditekuk kadang diluruskan merasakan jilatan Dewo yang semakin lama semakin membuat lubang vaginanya membelah dengan cepat. Penolakannya kini sudah mulai menghilang, matanya tetap terpejam, sementara tangannya meremas sprei kuat sekali. “Pak Dewo, aah... uuh... enak sekali... sssh... ahh...“ erang Astri semakin tidak karuan, antara penolakan dan kenikmatan bercampur menjadi satu. Namun ketika sudah dibuai oleh birahi, ia pun lupa akan segalanya; lupa kalo dirinya seharusnya tidak layak melakukan hubungan seks di luar nikah, apalagi dengan pria tua seperti Dewo yang pantas menjadi ayahnya! Dewo semakin gencar melakukan rangsangan, terlihat Astri semakin lama semakin menikmati jilatannya yang semakin nakal. Badan perempuan itu menggeliat kesana-kemari, sambil kaki kirinya menopang ke punggung Dewo. “Terus, Pak Dewo... aah... enak... ngg... ahh... a-aku nggak tahan... terus... duh enaknya!“ erang Astri semakin menggila. Nafsu buta akibat pelet Dewo telah menutupi logika dan mata hatinya, yang ada kini hanyalah kepuasan birahi yang harus dituntaskan. Gelora rangsangan itu datang cepat sekali, mata Astri terbuka, ia mengangkat kepalanya untuk melihat Dewo yang masih asyik bermain di belahan vaginanya. “Ooh... aah... vaginaku... rasanya... aah... nikmat...“ desis Astri dengan kedua kaki menjepit kepala Dewo kuat-kuat. Dewo yang tahu kalau memek Astri sudah hampir memuntahkan segala isinya, terus menjilati semakin kuat. Ia tahan gerakan tubuh Astri yang semakin menggeliat-geliat dengan tangan kiri, sementara yang kanan terus memegang dan meremas-remas bulatan dada perempuan cantik itu. Hingga tak lama, gelombang orgasme yang mereka tunggu-tunggupun datang menghampiri. Astri langsung melenguh panjang. “Aaauuuwww…!!!“ dengan tubuh menegang dan berkelojotan tak karuan, kepala Astri mendongak ke belakang. Dari liang vaginanya mengucur cairan panas yang sangat banyak, menerpa bibir Dewo. Lidah Dewo terus menjilat, merasakan betapa cairan itu ternyata asam dan sangat amis, namun begitu nikmat. Dewo mengelus-elus paha mulus Astri untuk menunjukkan perhatiannya. Kemudian Dewo membuka paha perempuan itu agar lebih melebar, sementara Astri masih terpejam rapat menikmati orgasmenya. Dewo maju dan segera meludahi tangannya, lalu ia kocok-kocok batangnya yang sudah menjulang tajam. Astri masih terpejam dengan nafas ngos-ngosan. Dewo mengarahkan batangnya ke vagina Astri yang sudah membuka, lalu pelan- pelan ia tekan memek perempuan cantik itu dengan sekuat tenaga. “Eh, tunggu... jangan!“ erang Astri membuka matanya, kakinya langsung merapat agar bisa menolak tubuh Dewo supaya tidak lebih maju lagi. Namun terlambat, kontol panjang Dewo sudah keburu mencoblos duluan. “Aaaaaaaaaaah...“ Astri menjerit kesakitan, ia bangun untuk menahan dada Dewo, sementara matanya tertuju pada lubang mungil di selangkangannya yang kini sudah dipenuhi oleh batang kontol laki-laki tua itu. Dewo meneruskan tusukannya, kemaluannya kian melesak hingga membuat Astri kembali mengerang kesakitan, “Aaaaah... aduh, sakit...!“ teriaknya dengan mata kembali terpejam. “Jangan kau tolak kenikmatan yang kuberikan, Mbak Astri yang cantik... kau pantas mendapatkan kontol besarku!“ bisik Dewo membuat Astri membuka matanya, memandang kepadanya dengan sorot sayu. “Tapi sakit...“ Astri masih mengeluh, namun sudah tidak menolak lagi seperti tadi. “Sudah terlambat, nikmati saja!” kata Dewo sambil menekan lagi sampai membuat Astri menjerit merasakan kontol besar Dewo yang lebih dalam menyeruak di liang surgawinya. “Aah... uhh... s-sakit... aah... batangmu…“ erang Astri dengan memegang kepala Dewo yang kembali menyerbu bibirnya. “Enak kan kontolku, sayang?“ rayu Dewo semakin edan. Astri hanya mengangguk perlahan, nafasnya memburu dengan cepat. “Siap-siap ya, akan kugenjot dirimu...“ kata Dewo lagi sambil menarik batangnya dan lalu memajukannya perlahan hingga membuat Astri menjerit lagi. “A-ampun... aah... s-sakit!!!“ lenguh Astri kesakitan karena sempitnya lubang memek miliknya saat menampung batang Dewo yang besar lagi panjang, ia sampai menutup mukanya dengan kedua tangannya. Dewo kembali meremas-remas buah dada Astri, ia memainkannya untuk beberapa saat sementara batangnya terus ia tekan agar menusuk lebih dalam lagi. Kini sudah masuk hampir separo, Astri semakin menggigit bibirnya ketika tangannya telentang menggapai-gapai apa saja yang bisa ia raih. Desakan kontol Dewo sudah semakin dalam dan sudah mencapai lebih dari separo, Astri jadi semakin menggeliat dan meronta dibuatnya, ia terlihat begitu kesakitan. Dewo terus memaksa batangnya tenggelam di liang vagina Astri yang sempit dan legit. “Pak Dewo, aah... pelan-pelan!” Astri kembali merintih, namun terlihat semakin ingin dimasuki lebih dalam lagi. Kakinya mengangkang sangat lebar hingga bagian atas vaginanya semakin menggelembung karena batang Dewo yang semakin tenggelam di liang senggamanya. “Ooh Pak Dewo... sakit… tapi enak… aah... terus... masukkan batangmu!“ erang Astri dengan membuka matanya. “Sebut dengan kontol, Lonteku!“ balas Dewo tak mau kalah. ”Ini namanya kontol, bukan batang!“ desaknya sambil kembali meremas-remas buah dada Astri penuh nafsu. “Ah iya... kontol... ooh... auh... ayo tenggelamkan kontolmu!” sahut Astri menyerah bulat. Dewo mendesakkan kontolnya lebih dalam lagi hingga tinggal beberapa centi saja yang masih ada di luar. Astri kembali menjerit keras dibuatnya, “Aaaah... a-aduh... kontolmu gede banget, Pak Dewo!“ jeritnya sambil memandang Dewo dengan mata membesar. “Enak kan?” tanya Dewo saat mulai bergerak memaju-mundurkan pantatnya. “Iya, aah... enaknya... ayo, Pak Dewo... terus genjot!!“ pekik Astri tak tahan. “Genjot apanya?” tanya Dewo nakal. “Aah... uhh... y-ya vaginaku donk!“ sahut Astri dengan tersenyum. “Itu namanya memek, sayang!“ goda Dewo lagi sambil menggenjot tubuhnya pelan-pelan. “Aduh... iya... memek… uhh… memekku sakit... tapi enak!!“ sahut Astri dengan tertawa kemudian. “Kamu suka?” tanya Dewo lagi. “Sudah... jangan ngomong terus, ayo genjot memekku dengan lebih cepat!“ ajak Astri, ia sudah menyerah total pada nafsu bejat Dewo. Dewo memandangnya sejenak. “Ini, rasakan genjotanku!“ katanya kemudian sambil menggenjot tubuhnya lebih cepat lagi. Batangnya mulai lancar keluar-masuk di memek sempit Astri karena perempuan itu membuka belahan kakinya dengan lebih lebar lagi. “Aah... enak, Pak Dewo... terus... aah... duh enaknya... aku jadi nggak kuat... terus... jangan berhenti...“ erang Astri dengan mata terpejam, ia tampak menikmati sekali batang kontol Dewo yang menyodok-nyodok hingga mentok di bagian terdalam dari liang vaginanya. Namun meski begitu, batang Dewo tetap tidak amblas seluruhnya karena saking panjangnya bagi vagina Astri yang pendek dan dangkal. Sodokan demi sodokan terus dilakukan oleh Dewo dengan semakin cepat. Astri semakin terlihat tidak tahan; jeritan, lenguhan, erangan, dan desahan serta rintihan semakin lama semakin membuncah dengan liarnya dari mulut perempuan itu. Badannya juga menggeliat-geliat kuat bak cacing kepanasan. Dewo terus menggenjot dengan cepat, tampak memek Astri sudah tidak tahan menghadapi semua serbuan itu. “Pak Dewo, aah... aku nggak kuat...” teriak Astri yang hendak mencapai orgasmenya. Bola matanya sudah memutih, seolah-olah matanya terbalik. Sementara nafasnya semakin kacau tak beraturan. Dewo melihat buah dada perempuan cantik itu ikut bergoncang kuat seiring genjotannya yang kini semakin kuat. Dewo terus menusuk dan menghujam dalam-dalam beberapa kali sampai bisa mengantar Astri mencapai orgasmenya tak lama kemudian. “Aaaaaaaaaaaaaaaaah...!!!” erang Astri panjang, tubuhnya menegang dan matanya terpejam sangat erat, sementara bibirnya tergigit kuat. Ia berkelojotan tak karuan bagai ikan yang kena setrum. Dewo segera menghentikan sodokannya, ia peluk tubuh Astri begitu mesra sambil ia remas-remas buah dadanya yang besar. Ia belai kepala Astri yang berambut panjang, sementara di bawah, Dewo merasakan batangnya dijepit kuat oleh vagina Astri dengan sangat luar biasa. Dewo jadi sedikit mengernyit dibuatnya. “Pak Dewo hebat, kuat banget... padahal sudah tua! Suamiku aja sering kalah main sama aku...“ ujar Astri sambil tersenyum samar. “Tentu saja! Jangan panggil aku Dewo kalau tidak bisa memuaskanmu!” bangga Dewo. ”Sesuai dengan nama, punya Pak Dewo gede dan dowo!” sahut Astri mesra. “Jadi enakan mana, kontolku atau kontol suamimu?” tanya Dewo ingin lebih tahu masalah pilihan besar penis itu. “Ya jelas enak yang gede donk... semakin sesak semakin baik!“ ucap Astri kembali tersenyum. “Kalo aku kapan-kapan mau ngentotin Mbak Astri lagi, boleh nggak?” tanya Dewo, ingin mengajak Astri untuk lebih jauh lagi mengeksplorasi gairah seksualnya. “Seharusnya saya yang ngomong gitu...” Astri tertawa ringan. ”tapi nggak papa, saya selalu siap kalau Pak Dewo... duuuh... bapak jangan gerak... memekku jadi sakit lagi!“ Astri mengerang karena Dewo yang tiba-tiba menggeliat di depan pantatnya. “Kita ganti gaya, Mbak... aku cabut dulu kontolku ya?!“ ajak Dewo, tapi ditahan oleh Astri. “Aah, kok gitu? Saya masih pengin menjepit kontol Pak Dewo terus... jangan dilepasin!“ rengek Astri dengan mesra, ia tersenyum mesum sekali. “Iya, nanti aku tancepin lagi.“ Dewo membuat alasan, pelan ia mencabut batangnya yang terasa sesak. “Auw! Aah... gesekannya… b-bikin... aah... enak!“ erang Astri yang kemudian tertawa dan menghembuskan nafasnya dengan panjang. Dewo diam sebentar dan berguling ke samping, dilihatnya sebentuk kain biru yang teronggok di sebelah bantal. Melihat Dewo yang tetap diam, Astri segera beraksi dengan langsung menindihnya. Ia memegang batang kontol Dewo dan cepat diarahkan ke arah lubang vaginanya, namun Dewo lekas mencegah. Kontan Astri menjadi heran. “Kenapa, Pak Dewo?” tanya Astri dengan kesal karena tak sabar ingin memeknya segera dimasuki kontol lagi. Dewo menarik jilbab yang ada dekat kepalanya dan diberikannya pada perempuan cantik itu. “Aku pengin ngentotin Mbak Astri dengan berjilbab... kamu lebih cantik kalo berjilbab!“ “Hah? Nggak boleh!” sahut Astri cepat. ”Kenapa nggak boleh?” tanya Dewo. ”Pokoknya nggak boleh!” Astri tetap bersikukuh. “Kalo begitu... nggak aku entotin lagi!“ tolak Dewo dengan mendorong dada Astri menjauh. Astri justru malah melawan agar tubuh telanjang mereka tetap menempel erat. Namun akhirnya, setelah menyadari kalau Dewo serius dengan ancamannya, Astripun mengangguk. “Baiklah, akan kupakai... tapi awas kalau Pak Dewo nggak bisa muasin aku lagi!“ ucapnya dengan menerima jilbab warna biru itu, lalu cepat dipasangnya dengan tetap menduduki selangkangan Dewo. Tak lama ia sudah selesai. Astri tersenyum, tampak cantik dan anggun dengan jilbabnya. Tapi tidak dengan bagian bawah tubuhnya, malah Astri menyampirkan untaian jilbabnya ke samping agar tidak menutupi tonjolan buah dadanya yang bulat besar, yang sejak dari tadi terus dipegang dan diremas-remas olehsi Dewo. ”Nah, sudah... sekarang masukin kontolmu ya!“ ucap Astri dengan memegangi kontol panjang Dewo. “Lakukan saja sesukamu, Mbak Astri jalang!“ sambut Dewo yang disambut cubitan tangan Astri di kulit pahanya. ”Pak Dewo jahat... alim-alim begini masak dibilang jalang...” Astri menunjuk jilbabnya, ia sepertinya lupa dengan kondisi tubuhnya yang lain. Dewo tertawa gembira. ”Sudah ah... aku masukin kontol Pak Dewo sekarang... tahan ya!” ucap Astri sambil menekan pelan, matanya memandang ke arah selangkangannya. “Uuh... besar sekali kontolmu... pantesan bikin memekku jadi sesak begini!“ tambahnya dengan tertawa renyah, kemudian ia meringis keenakan ketika batang si Dewo pelan-pelan mulai menyeruak masuk ke dalam lubang memeknya yang sempit dan memerah itu. “Aduh... benar-benar enak memekmu, Mbak... nggak salah aku memilihmu...“ erang Dewo yang disambut tawa oleh Astri. “Hihihi... rasain, ini akibat kalo nyatroni memek milik istri orang!“ ejek Astri sambil dengan gemas menarik pantatnya, kemudian turun lagi. “Auw!” Dewo melenguh puas. ”Habis aku nggak punya memek sendiri, ya terpaksa nyari memek lain yang bisa aku entoti!“ erangnya semakin tenggelam dalam lautan birahi bersama istri Kang Hamdi ini. Astri sendiri juga lupa, perjuangannya menjadi istri yang baik dan alim lenyap bersama Dewo. Ia terlibat perzinahan dengan laki-laki tua itu, suatu perselingkuhan yang diawali oleh ilmu pelet, yang ternyata kini sangat dinikmatinya. Gairah seksnya yang tertahan selama 7 tahun pernikahannya dengan Kang Hamdi, kini terlampiaskan sudah. “Saya boleh kan minta dientoti terus sama Pak Dewo?” ajak Astri dengan tersenyum. “Selalu, Mbak... aku akan selalu memenuhi keinginan Mbak Astri... akan kuberikan siraman birahi padamu, lonteku sayang!“ jawab Dewo enteng. “Janji?” tanya Astri minta ketegasan. “Tentu saja!“ Dewo menjawab singkat. “Kalo gitu... nih rasain!“ ujar Astri sambil menekan kuat-kuat pinggulnya sehingga batang kontol Dewo melesak sampai separo. “Aaah!!” rintih Dewo gemas sambil mengelus buah dada Astri yang mulus dan bulat. ”Ayo goyang bareng , Pak Dewo... bantu aku masukin kontolmu ke dalam memekku...“ ajak Astri. Dewo segera menaikkan pantatnya, sementara Astri menurunkan selangkangannya sehingga alat kelamin saling bertemu dan terus semakin mengisi satu sama lain. Mili demi mili, batang kontol Dewo semakin tenggelam di liang vagina Astri. Astri sampai mendongak ke atas merasakan batang kontol Dewo yang membelah tajam di liang surgawinya. “Dikit lagi, Pak Dewo... uuh… enak sekali kontolmu... aku bisa ketagihan disetubuhi…“ Astri semakin gemas menarik dan menekan pinggulnya. “Mau telan spermaku, Mbak?” tawar Dewo yang disambut tawa oleh Astri. “Siapa takut... bisa awet muda lho itu...” sambutnya. Ia terus menekan, dan... “Luar biasa, Pak Dewo... kontolmu bisa menusuk sampe dalam sekali. Suamiku aja nggak sanggup lebih dari separoh, kalo nyodok kudu kuat-kuat agar bisa mentok... ini malah masih ada sisa... ahh!” Astri meracau penuh kepuasan. Dewo pun merasakan hal yang sama, ia semakin tidak tahan dengan memek Astri yang sempit, apalagi kedua kaki Astri kini melebar sehingga Dewo bisa merasakan kuatnya jepitan vagina perempuan cantik itu. “Sudah, cepat lakukan!” perintah Dewo sambil memegangi pantat Astri yang bulat padat. “Oke, aku genjot ya?” sahut Astri sama-sama tak tahan. Ia mulai bergerak pelan-pelan. Dewo pun menyambut gerakan itu dengan memeluk tubuh sintal Astri erat-erat. Tangan kirinya memegang buah dada perempuan cantik itu, sementara yang kanan mengelus dan meremas-remas bulatan pantatnya. “Ooh, Pak Dewo… enak… kontolmu enak… ssh… ahh…“ erang Astri bak cacing kepanasan, ia terus menunggagi badan kurus Dewo bagai seorang koboi yang menunggangi kudanya. Di selakangannya, batang kontol Dewo terus bergerak keluar-masuk dengan lancar. “Uuh... aku juga enak, Mbak... memek Mbak enak!“ sambut Dewo sambil terus meremas dan mempermain buah dada Astri yang bulat kenyal. “Iya, Pak Dewo... ssh... ahh...“ desis Astri dengan mata terpejam rapat. “Aku nggak tahan, Mbak…“ keluh Dewo sambil tetap bergerak menyodoki vagina Astri yang makin lama kian bertambah cepat. “Sama... aku juga...” sahut Astri dengan vaginanya terasa semakin menyempit. Ia semakin menggila dengan bergerak semakin cepat. Dewo pun jadi tidak tahan lagi. Sementara Astri kelojotan melepas orgasmenya, ia ikut menjerit sambil menyemburkan seluruh isi buah pelirnya dengan menyodok dalam-dalam di memek sempit Astri. Craaat... craaat... craaat... cairan itu menembak dengan keras dan kuat sampai membuat Astri memekik kegelian, “Aah... spermamu... keras nembaknya, Pak Dewo... aah!“ erang Astri dengan suara lenguhan lemah. Tubuh mereka terkapar dengan nafas hancur, dada mereka bergemuruh. Kontol Dewo melemas namun tidak loyo, masih terasa ngaceng di lorong memek Astri yang kini sudah menjadi sangat-sangat basah. “Janji ya, mulai sekarang, Pak Dewo kudu rajin ngentotin aku...” pinta Astri dengan manja. “Asal tetep memakai jilbab.“ sahut Dewo sambil memeluknya, ia elus-elus pelan punggung Astri, kemudian turun ke bawah dan meremas-remas gemas bongkahan pantat perempuan cantik itu. “Itu bisa diatur.” jawab Astri pendek. ”Dan satu lagi,” Dewo memberi syarat. ”Apa?” Astri bertanya menunggu. ”Aku mau lubangmu yang ini dan yang ini.” Dewo menunjuk anus dan mulut Astri. Astri mengangguk ringan saja, mengiyakan. ”Terserah Pak Dewo. Semua lubang di tubuhku adalah milikmu.” Dewo tersenyum. Untuk kedua lubang itu, sebaiknya disimpan untuk cerita di lain waktu. Sudah siang, sudah waktunya Dewo untuk pulang.

No comments:

Post a Comment